
Ringkasan
Aila, perempuan muda yang terluka karena meninggalnya sang mama. Dia dijidohkan oleh keluarganya secara sepihak. Azlan, seorang angkatan darat berpangkat letnan satu. Sedikit mementingkan egonya sebagai lelaki.mampukah cinta mereka bersatu?
Awal
Hatimu lebih kejam, daripada ombak di lautan.
Gadis berkerudung coklat itu melambaikan tangannya pada sahabat baiknya, mereka berpisah dan masuk rumah masing-masing. Aila, nama gadis kecil itu Aila Nuha Zahira. Gadis kecil yang menjadi kebahagiaan di keluarganya. Karena dia perempuan sendiri, dia dimanja oleh semuanya. Tapi tak pernah menjadikannya seorang gadis kecil yang semaunya sendiri. Karena dia didik oleh kalangan militer, membuatnya menjadi pribadi yang mandiri.
"Mama, Aila pulang nih Ma. Mama di mana?" Teriak Aila saat dirinya masuk ke dalam rumah minimalis bercat Putih hitam.
Aila terus saja berjalan menuju teras belakang. Biasanya jam segini Inara sedang menata tanaman anggrek kesayangannya. Sayup-sayup terdengar suara percekcokan antara Inara dan Akhtar. Aila tak berani mendekat, dia hanya bersembunyi di balik sekat pembatas dapur dan teras belakang.
"Sudah berapa lama kamu menikahinya Mas?" Inara terisak-isak bertanya pada Akhtar. Akhtar hanya bisa menunduk tidak berani memandang wajah istrinya. "Jawab aku Mas, jangan kamu mendadak bisu seperti ini." Inara mengusap air matanya kasar. Membenarkan kerudung instan miliknya yang merosot.
Inara merasakan sesak di dadanya. Inara memegang dadanya dan meremasnya, berharap bisa berkurang rasa sakitnya.
"Kamu juga seorang perempuan, bagaimana bisa kamu tega menghancurkan keluarga saya?" Wanita yang sedang mengandung itu berlutut di depan Inara.
"Maafkan saya mbak. Saya minta maaf.". Perempuan itu bersimpuh di kaki Inara, namun Inara menepisnya.
"Lepaskan. Jangan sentuh saya," desis Inara.
"Dek," Akhtar memanggil Inara dengan sebutan Dek.
"Kamu sudah menghancurkan keluarga kita Mas." Inara meremas dadanya yang semakin terasa sakit.
"Akhh." ringis Inara.
"Inara, kamu nggak papa?" Tanya Akhtar khawatir. Inara mengisyaratkan tangannya agar Akhtar tidak mendekat.
"Jangan sentuh saya." Inara menekankan setiap katanya.
"Mama.. Mama kenapa Ma?" Aila berlari untuk memeluk Inara. "Kita kerumah sakit ya Ma?" Inara mengangguk.
"Pak Agus, tolong siapkan mobilnya," teriak Aila. Aila berhenti dan menengok ke Akhtar. "Aila benci Papa. Dan perempuan itu. Kalian sudah membuat Mama seperti ini."
"Ai," panggil Akhtar, tapi Tak ada Jawaban dari Aila.
Aila memapah Inara menuju mobil. Belum sempat sampai di rumah sakit. Inara sudah tidak sadarkan diri. Tiba di rumah sakit, Aila dibantu beberapa perawat mendorong brankar Inara ke ruang UGD.
Aila menunggu Dokter yang sedang memeriksa Inara di dalam. Tiga puluh menit, dokter keluar dari UGD.
"Gimana Mama saya dok?" tanya Aila.
"Silahkan masuk, pasien ingin bertemu dengan anda." Aila langsung masuk dan duduk di brankar dekat Inara.
Aila tidak tega melihat Inara seperti ini. Inara menggunakan selang oksigen untuk bantuan dia bernafas. Aila menangis melihat keadaan Inara.
Tidak lama kemudian sepasang suami istri datang dan menepuk bahu Aila. Mereka adalah Aisyah dan Hamzah-- adik dari Akhtar yang sangat dekat dengan Inara dan Aila.
"Mama." Inara menggenggam tangan Aila. Aila tak mampu menyembunyikan kesedihannya. Dia meneteskan air matanya di depan Inara.
"To..Lo..long.. ja..jaga.. Aila," ucapnya terbata-bata. Aisyah menangis dan mengangguk.
"Iya mbak, saya akan jaga Aila.".
"Mama ... Mama yang kuat ya, kita bisa marahin Papa nanti.." Inara menggelengkan kepalanya lemah.
"Ma..AF..kan Papa kamu ...." Aila menggeleng.
“Papa udah jahat sama Mama, Ai, gak mau maafin Papa.” Dengan tangisnya yang masih sesenggukan.
"Ham..zah.. to..Lo..Ng.. su..ruh.. mas.. Akh..tar..ni..Kahi..dia.." Hamzah mengangguk.
Inara mulai merasakan sesak kembali Dadanya. Hamzah dengan sigap langsung memanggil dokter, tapi Allah sudah berkehendak lain. Inara meninggal dunia. Aila menangis histeris.
"MAMA..hiks...MAMA." Tangisan pilu yang menyayat hati. Membuat Aisyah memeluk Aila dengan eratnya.
Aisyah dan Hamzah membawa Aila untuk keluar sebentar. Akhtar yang sedari tadi hanya memandang Inara dari balik pintu, rasanya tak karuan. Dia sangat merasa bersalah, karena kedatangannya bersama Raya, membuat Inara meregang nyawa. Inaranya telah meninggal untuk selamanya. Akhtar menggenggam tangan Inara yang telah dingin. Dia menangis, tak mampu hatinya melepaskan istri tercinta. Namun, Tuhan berkata lain. Istri tercintanya itu telah tiada.
"Inara, maaf." Tangisnya semakin menjadi, dadanya sangat sesak untuk melepas kepergian Inara. Ini adalah ujian terberatnya, kehilangan istri tercinta. Akhtar memang salah, dia patut dibenci oleh Aila nantinya. Dia patut diasingkan. "Inara, aku tetap cinta kamu untuk selamanya."
Akhtar mengahpus air matanya, dia mencium kening Inara untuk terakhir kalinya. mensedekapkan tangan Inara dan menutupnya dengan kain. "Selamat tinggal sayang. Selamat tinggal." Air matanya kembali mengalir.
Raya memandang Akhtar dari balik jendela, dia melihat sendiri bagaimana rapuhnya seorang Akhtar yang selalu tegas dan dingin padanya, menangis pilu seperti ini. Seakan tak ada lagi harapan untuk hari esok. Raya tersenyum, karena istri sah Akhtar telah tiada, tak ada lagi halangan untuk dirinya bahagia setelah ini.
***
Antara lingkungan alam dan masyarakat tidak bisa dipisahkan dan besar pengaruhnya terhadap kehidupan masyarakat. Berbicara mengenai alam, diperkirakan bumi kita ini telah berumur 250 juta tahun. Berdasarkan penelitian geologi ditemukan pembagian jaman. Jaman Arkaikum, jaman Paleozoikum, jaman Mezoikum dan jaman Neozoikum atau Kainozoikum.
Pelajaran paling dasar untuk menjadi seorang angkatan laut yang hebat, adalah bagaimana dia bisa bertahan di tengah laut. Dengan berbagai cobaan dari sang penguasa lautan. Ombak besar menghantam sisi kapal KRI. Tapi tidak menggoyahkan kapal besar nan gagah itu.
Seorang lelaki berpakaian khas angkatan laut, memandang kearah jendela, yang menampakkan bagaimana sang ombak itu berusaha membuat kapal gagah yang dia tumpangi itu hancur.
Kapal gagah ini tetap bertahan, kekuatan dan doa dari para awak kapal adalah kunci utama dia bertahan dari gempuran keras sang ombak. Ombak besar itu akhirnya mengalah, dia memilih menjadi tenang, di saat kapal gagah ini melintas dengan damai dan tenang.
"I love the sea," lirihnya.
Dia merogoh agenda yang selalu dia bawa, menyebutnya dengan Life note. Kisah tentang perjalanan hidupnya dengan berbagai ilusi cinta yang membuat hatinya terkoyak.
Tersenyum kecut, saat menyadari jika foto gadis itu masih bertengger manis di dalam agenda birunya. Gadis cantik dengan segala tingkahnya, dan dengan segala impiannya. Gadis yang membuat hatinya terkoyak.
Mengusap memutar foto itu dengan ibu jarinya. Setiap kali dia berlayar, setiap kali pula dia akan melihat foto itu lagi. Harusnya dia sadar, bahwa gadis itu tidak memilihnya, dia bahkan melihat sendiri gadis itu memeluk seorang laki-laki yang dia sebut sahabatnya.
"Mungkin melupakanmu akan lebih muda untuk hatiku."
Detik selanjutnya, foto itu sudah dia sobek kecil, menguatkan hatinya untuk membuang foto itu ke tong sampah.
Kisah mereka sudah berakhir, sejak gadis itu berpelukan dengan sahabatnya. Bahkan sebelum dia mengungkapkan isi hatinya pada gadis itu.
"Selamat tinggal, semoga kamu bahagia."
***
