Hari bahagia
Melepasmu dengan rasa yang setengah hati.
Aila dilanda gugup setengah mati. Dia baru saja selesai dirias di salah satu kamar hotel, yang sengaja di sewa untuk berlangsungnya pernikahan ini. Aila dapat melihat dari layar lcd di kamar hotelnya, prosesi ijab qobul yang berlangsung. Di sana Azlan memakai jas hitam, duduk fi fepan ayahnya.
Azlan menjabat tangan Akhtar. "Saudara Azlan Dylan Alfarizqi bin Wahyu Iskandar, Saya nikahkan engkau dan kawinkan engkau dengan anak saya, Aila Nuha Zahira binti Akhtar Pramudya Zahir dengan mas kawin emas 24 karat, uang tunai sebesar tiga juta tiga ratus sebelas ribu rupiah dan seperangkat alat salat dibayar tunai." Akhtar menghentakkan tangannya.
"Saya terima nikah dan kawinnya Aila Nuha Zahira binti Akhtar Pramudya Zahir dengan mas kawin emas 24 karat, uang tunai sebesar tiga juta tiga ratus sebelas ribu rupiah dan seperangkat alat salat dibayar tunai."
SAHHH
Semuanya membaca doa yang dipimpin oleh penghulu. Aila dijemput Hanifah dan Regita di kamarnya. Aisyah berdiri di belakang Aila, dia merapikan kerudung Aila. Aila memakai gaun pengantin berwarna putih dengan hijab syar'i yang terlihat sangat anggun.
Bohong kalau Azlan tidak terpana. Buktinya dia menatap Aila sangat intens dari atas sampai bawah. Aila mencium tangan Azlan dan Azlan mencium kening Aila.
Rasanya jantung Aila berdetak lebih cepat. Aila mengatur napasnya pelan untuk meredam detak jantungnya. Azlan tersenyum manis di depan Aila, Aila berkedip pelan untuk melihat kenyataan atau halusinasi yang dia lihat.
What? Si kutub tersenyum? Beneran nih senyum ke gue? OMG, gue nggak mimpikan ini?
Kini mereka meminta maaf kepada kedua orang tua Azlan. Regita menangis dan memeluk Azlan, anak semata wayangnya itu.
"Jaga Aila dengan baik ya, Mas." Azlan mengangguk dan memeluk Regita. Kini Regita bergantian memeluk Aila. "Bunda titip Azlan ya Nak." Aila mengangguk.
"Iya Bunda."
Mereka bergantian menyalami Akhtar. Aila memeluk Akhtar erat dan menangis di pelukan Akhtar. "Maafin Ai ya, Pah. Ai sayang Papah."
Akhtar menangis dan memeluk Aila. "Papah juga sayang kamu, Nak."
"Jaga anak saya dengan baik Azlan, jangan sakiti dia." Akhtar membelai kepala Aila.
Azlan mengangguk. "Siap Pah,"
❤❤❤
Upacara pedang pora dilaksanakan. Disaat payung pora, Azlan mengucapkan ikrar Wirasatya dan Azlan menyelipkan cincin di jari manis Aila, begitupula dengan Aila yang memasangkan cincin di jari manis Azlan. Azlan melirik Aila yang matanya kembali berkaca-kaca, dia menggigit bibir bawahnya untuk mencegah tangisannya.
Setelah upacara pedang pora, mereka duduk di pelaminan, Aila terlihat celingukan mencari seseorang. Semua itu tak lepas dari pandangan Azlan.
Menunggu seorang Danki kah? Kenapa rasanya sakit ya dada saya? Seperti di remas kuat-kuat. Apalagi ini.
Wajah Aila terlihat kecewa saat Hafizh datang sendirian dan memeluk Aila. Hafizh berbisik ke telinga Aila.
"Abang pergi bertugas, jadi nggak bisa datang." Hafizh menguraikan pelukannya pada Aila dan menepuk kepala Aila pelan. "Jangan nangis gitu. Nanti kalau dia pulang, abang siap hajar." Aila terkekeh dan berterimakasih pada Hafizh. "Jagain adek saya, awas kalau kamu menyakitinya, saya akan jauhkan dia dari kamu."
Azlan mengangguk. "Siap Kapten."
Tanpa disangka dan tanpa diduga oleh Aila, Aizan—cinta pertamanya di Jakarta, datang dengan membawa sebuah kado dan berdiri dengan senyuman manis di depan Aila. Membuat hati Aila goyah. Bahkan Aizan menyalami Aila dengan tetap mempertahankan senyumannya yang mampu menggetarkan hati Aila.
”Selamat menempuh hidup baru Aila, semoga kamu terus bahagia.” Aila kembali berkaca-kaca melihat bagaimana Aizan dengan gentlenya bersalaman dengan Azlan tanpa ada keraguan.
Tanpa mereka tahu, hati Aizan sudah menangis dari tadi, tapi dia di tekan untuk tetap tegar, karena bagaimanapun dia harus mengucapkan selamat ke mereka dan menunjukkan pada Aila, bahwa dia terlihat baik-baik saja.
Aizan turun setelah bersalaman dengan Azlan. Tak terasa air mata Aila menetes saat melihat punggung tegap Aizan telah menjauh dari pandangannya. Aila menghapus air matanya sebelum Azlan tahu, tapi sayangnya Azlan sudah melihatnya dari tadi.
Andaikan boleh, aku ingin memeluk kak Aizan sekejap.
❤❤❤
Aila kini berada di kamar hotel berdua dengan Azlan. Aila hanya diam tanpa berkata-kata. Momennya awkward banget.
"Saya mandi dulu." Aila mengangguk dan menyalakan TV. Banyak chat di ponsel miliknya. Tapi belum dia buka sama sekali. Aila hanya menunggu pesan dari Aizan. Ah, rasanya hati Aila bersedih saat bertemu dengan Aizan kembali. Semoga kamu mendapatkan jodoh yang baik, kak.
Sepuluh menit Azlan keluar dengan wajah segar dan lengkap dengan piyama berwarna biru Dongker. Aila masih fokus menatap layar televisi yang menayangkan film twilight. Azlan duduk disampingnya dan mencolek-colek lengan Aila.
"Mandi sana, Dek." Aila menoleh ke Azlan yang sudah segar.
"Bentar lagi Mas. Eh, tadi manggil aku apa?"
"Dek," jawabnya malas. Aila hanya mengangguk dan kembali fokus pada film tadi. "Mandi buruan!"
"Bentar mas, bentar lagi adegannya--"
Azlan mencium bibir Aila sekilas. Aila terpaku dan hanya diam tak bergerak. Dua detik kesadarannya kembali, dia berlari ke kamar mandi dengan wajah merah padam menahan malu. Azlan tertawa terbahak-bahak melihatnya. Manis banget kamu Ai.
"Bego bego bego. Kenapa lo lengah sih Ai. Bego lo, itu tadi first kiss lo." Aila merendamkan badannya di bathtub agak lama.
Dua puluh menit bagi Aila sangat lama. Dia akhirnya keluar dengan memakai piyama bergambar Doraemon dan kerudung instan warna biru. Tanpa banyak bicara Aila duduk di tempat tidur. Azlan tidur di samping Aila. Aila hanya diam.
"Tadi first kiss kamu?" Aila mengangguk kaku dan membelakangi Azlan. Azlan gemas sendiri dibuatnya.
Sem, napa tau sih.
Aila merasakan tangan kekar melingkar di perutnya. Aila menegang dan menoleh ke arah belakang, sekarang mereka berhadapan.
"Kamu ..." Azlan mengerem kata-kata yang harusnya keluar. Aila hanya diam menunggu. Kamu cantik Aila. Harusnya itu keluar dari mulut gue.
Sebuah telepon masuk dari ponsel Aila di nakas sebelah kiri. Aila menyambar ponselnya, dia tersenyum kala siapa yang menelepon.
Bang Habib Anak Laut
"Assalamualaikum." Terdengar suara kekehean. Aila menegakkan tubuhnya dan bersandar di kepala kasur. Mengabaikan Azlan yang memandang dirinya datar.
"Waalaikumsalam adekku, maaf abang gak bisa datang dek. Abang ada tugas di Jakarta."
Aila hanya menghela napas panjang. "Terserah deh. Males ngobrol." Aila langsung mematikan sambungan teleponnya. Dia menyimpan kembali ponselnya di nakas, dan berbaring kembali.
"Siapa Dek yang telepon?" Aila menghadap Azlan yang kini juga memandangnya.
"Danki AL." Aila memejamkan matanya, mencoba untuk tidur.
Azlan mencium kening Aila agak lama. "Dek, kamu cinta banget ya, sama Danki itu?" Aila membuka matanya dan menatap mata Azlan, kemudian dia menggeleng.
"Aku sayang dia Mas." Yang aku cinta itu Aizan.
Azlan merasakan sakit di dadanya. Serasa sesak. Azlan mencoba mengatur napasnya agar tenang dan meredam rasa sakit itu.
"Tidak adakah tempat yang kosong di hatimu buat aku Dek?" Aila mengangguk dan tersenyum manis sekali di depan Azlan.
"Ada Mas, di sini," tunjuk Aila di dadanya yang tertutup kerudung instan.
Hancur sudah pertahanan Azlan. Wajah yang semula dia buat datar kini sudah memerah akibat perkataan Aila. Azlan blushing melihat senyum manis Aila untuknya, hanya untuk Azlan.
"Mas ... blushing?" tanya Aila yang mengulum senyum. Azlan hanya berdehem untuk menghilangkan rasa gugup di depan Aila. Aila tertawa terbahak-bahak melihat Azlan salah tingkah.
Aila menangkup wajah Azlan yang sibuk mengalihkan pandangan dari mata hazel Aila.
"Mas, ganteng deh. Nggak usah salting gitu." Aila mengulum senyumnya. Azlan berdecak sebal. "Jangan datar-datar amat itu muka, akan aku buat wajah mas dengan bermacam ekspresi nantinya."
Aila kembali tersenyum manis di depan Azlan. Tanpa banyak bicara, Azlan langsung mencium bibir Aila kembali. Kali ini menciumnya dengan lembut dan membuat Aila terbuai dengan ciuman Azlan. Ciuman yang memabukkan bagi Aila, namun bagi Azlan, ciuman ini menjadikan candu untuknya.
❤❤❤
