Bagian 2
Mario menahan tangan Kanaya kemudian mendekatkan wajahnya. Hembusan nafas Mario langsung terasa di wajah Kanaya. Jantung Kanaya langsung berdebar-debar tidak karuan. Dirinya tidak tau kenapa walaupun sudah lama menikah dengan Mario, tubuhnya bereaksi ketika berdekatan dengan suaminya itu. Kakinya bahkan terasa lemas saat Mario mulai mendekatkan bibirnya dan menyentuh bibir Kanaya. Matanya mulai menutup saat Mario mencium bibirnya dengan begitu lembut namun lama kelamaan menuntut. Tangan Kanaya yang berada di dada telanjang Mario, menahan suaminya itu agar berhenti. Mario langsung bertanya, “kenapa sayang?.”
“Kamu kan mau mandi. Ayo mandi dulu, nanti kita terusin.” Jawab Kanaya denagn malu.
Mario tersenyum, “apa kamu masih bisa tahan nunggu aku mandi?.” Mario bertanya dengan nakal. Kanaya malu sekali, wajahnya memerah seperti udang rebus. “Sekarang aja, atau kita mandi bareng aja gimana?.” Kanaya sudah ingin kabur saja, Mario selalu tau cara menggodanya. “Diem, berarti mau ya.” Tanpa menunggu jawaban Kanaya lagi, Mario mengangkat tubuh Kanaya dengan cepat. Mario membawa tubuh Kanaya ke dalam kamar mandi, dengan bibir yang terus menciumi Kanaya. “Aku yang lepasin baju kamu ya.” Kanaya hanya mengangguk saja dengan pipi yang sangat merah menjawab pertanyaan Mario.
Kemeja Kanaya yang berlengan pendek dilepaskan dari kancing terbawah dengan gerakan lambat hingga kancing teratas. “Mario, aku malu.” Ungkap Kanaya dengan jujur. Mario selalu punya fantasi liar, membuat Kanaya malu tapi mengikuti saja apa mau Mario. Kanaya mendedikasikan hidupnya hanya untuk Mario, suaminya.
“Kamu selalu aja malu, kamu itu cantik Kanaya. Bentuk tubuh kamu indah. Kamu harusnya bangga.” Ini yang membuat Kanaya sangat mencintai Mario. Mario selalu menyemangatinya untuk percaya diri. Mario juga selalu menyebutkan kelebihan Kanaya karena tau Kanaya adalah orang yang rendah diri juga sangat pemalu. “Kamu bikin aku mabuk.” Lanjut Mario sambil menciumi perut Kanaya dari atas sampei bawah setelah sebelumnya melempar kemeja Kanaya. “Sekarang celananya.” Jari telunjuk Mario menelusuri kaki Kanaya dari bawah sampei tepat dibawah perut bawah Kanaya. Kemudian perlahan membuka kancing hot pants Kanaya. Mario mencoba menyiksa Kanaya, agar Kanaya sekali-kali berbicara dan agresif. Mario ingin lawan mainnya tidak diam saja. Mario kadang merasakan bosan harus selalu dia yang bergerak. Tapi Mario tidak bisa mengatakannya pada Kanaya. Mario takut melukai perasaan istrinya itu, Kanaya adalah perempuan yang berhati sangat lembut.
“Kanaya bilang sesuatu.” Pinta Mario karena yang Mario dengar hanya erangan Kanaya saja atau mengatakan ah..
“Lanjutkan...” Hanya itu yang Kanaya katakan membuat Mario semakin ingin menyiksa Kanaya. Mario ingin tau seberapa lama Kanaya akan bertahan diam saja. Mario menulusuri daerah intim Kanaya dengan begitu lambat dan intensnya. Kanaya sudah mengerang terus menerus, tapi tidak mengatakan apapun. Mario melepaskan hot pants Kanaya, kemudian mencium paha Kanaya perlahan dan jari tangannya dimasukkan perlahan kedalam inti Kanaya. Setelah itu menciumi kembali paha Kanaya dan ternyata Mario tidak mendengar permintaan Kanaya untuk memasukinya atau berinisiatif melakuakn sesuatu. Akhirnya karena Mario yang tidak kuat, dia pun dengan sedikit agak kasar Mario melepaskan celananya dan menarik kepala Kanaya agar membasahi kemaluannay terlebih dulu. Kanaya sempat kaget dan bertanya lewat tatapannya, karena biasanya Mario tdiak menyuruhnya seperti itu.
“Ayolah sayang, sekali saja.” Kanaya yang tidak bisa menolak permintaan Mariopun mengikuti maunya Mario. Kanaya menunduk dan melakuakn apa yang Mario perintahkan, tapi baru sekali Kanaya menyerah. “Please udah ya?.” Tanya Kanaya dengan nada suara pelan sekali.
Mario sebenarnya kesal karena dari beberapa film porno yang dia tonton biasanya sang wanita merasa bahagia dan enak tapi Kanaya malah terlihat seperti jijik. Mario jadi merasa tersinggung. Dalam benaknya bertanya, ‘apakah punya gue sebegitu menjijikkan buat dia sampei dia gak mau melakukannya?.’
Tanpa menjawab Mario menarik tubuh Kanaya kemudian menempelkannya ke tembok. Mario langsung memasukkan miliknya kedalam milik Kanaya. “Ah.. Mario...” Bisik Kanaya sambil mengerang.
“Ah.. sayang...” bisik Mario juga tepat disamping telinga Kanaya. Mario menciumi leher dan bahu telanjang Kanaya dengan brutal. Kanaya merasa melayang diperlakukan seperti itu, dirinya merasa dipuja dan disayang oleh suaminya itu. “Kamu mau lakuin sesuatu buat aku?.” Pertanyaan Mario membuat Kanaya berdebar-debar. Biasanya jika Mario sudah mengatakan hal seperti itu, Mario akan meminta Kanaya melakukan hal yang diluar nalar. Mario ingin mewujudkan fantasinya. “Boleh, apa sayang?.” Tanya balik Kanaya saat dia terus di masuki oleh Mario.
“Aku pengen kamu pole dance, di tiang shower ini.” Jawab Mario dengan susah payah.
Mata Kanaya terbuka lebar sekali. Kaget sekaligus terkejut mendengar permintaan Mario. “Aku... gak bisa pole dance Mario.”
“Kamu bisa sayang.” Ini lah yang kadang tidak disukai Kanaya. Saking terlalu percaya Kanaya bsia melakukan apapun, Mario memaksanya melakukan hal yang tidak ingin Kanaya lakukan. Kanaya bahkan tidak tau caranya menari pole dance. “Ayo.. aku mohon sama kamu.”
“Oke..” Kanaya kembali melakuakn hal yang diinginkan oleh Mario. Kanaya sangat takut kehilangan Mario. Dengan keberanian dan tekadnya, Kanaya berjalan ke tempat shower kemudian memegang shower itu dan meliuk-liuk kan badannya disana. Mario yang memang suka dengan hal diluar kebiasaan itu terangsang dan menarik tubuh Kanaya kemudian memasukkan miliknya kembali dari arah belakang. Kanaya bernafas lega akhirnya Mario mengakhiri pole dancenya. Mario memasuki Kanaya dengan begitu semangat dan kerasnya kemudian tidak lama setelah itu Mario mencapai puncaknya. “Ah...” Dengan leganya Mario mengatakan hal itu, tanpa memikirkan kalau Kanaya belum mencapai puncaknya.
“Kamu puas sayang?.” Tanya Kanaya saat membalikkan tubuhnya. Kanaya tidak memikirkan mengenai dirinya sendiri. Baginya, kebahagiaan Mario diatas kebahagiaannya sendiri. Mario adalah belahan jiwanya, mataharinya dan segalanya.
Mario mengelus wajah Kanaya dengan sangat perlahan. “Sangat puas sayang. Sekarang kita mandi ya.” Mario mengambilkan sabun cair kemudian memakaikannya pada tubuh Kanaya. Perlahan Mario membersihkan tubuh Kanaya. Senyum Kanaya terbit karena merasakan kasih sayang Mario yang tulus. “Gantian ya, udah ini kamu yang mandiin aku?.”
“Boleh sayang.” Kanaya melakukan hal yang sama pada Mario. Dengan teliti dan juga perlahan, Kanaya membersihkan seluruh tubuh Mario bahkan mengeramasinya. Keduanya bercanda sambil bermain air. Kanaya merasa sangat bahagia. Tidak ada lagi kebahagiaan yang bisa mengalahkan kebahagiaan yang sederhana ini. Kanaya sangat suak jika mandi berdua dengan suaminya. “Mau aku bersihin kaki kamu?.”
“Boleh.”
“Oke, kamu duduk ya.” Kanaya mengambil bangku kecil yang ada dipojokkan kemudian menggosok kaki Mario dengan telatennya tanpa rasa jijik. Kanaya memastikan kaki suaminya itu bersih sekali. “Selesai, kaki kamu sekarang bersih banget.” Beritahu Kanaya dengan perasaan bangga. Entahlah, Kanaya selalu merasa puas dan bahagia saat bisa mengurus dan memberikan pelayanan terbaik pada suaminya
