Pustaka
Bahasa Indonesia
Bab
Pengaturan

Bab 9 Kata yang hilang

Dua ledakan pistol terdengar sangat kencang dan membuat kami semua didalam rumah kaget dan melihat ke arah jendela rumah. Kakek menurunkan ku dari pangkuan nya dan menyuruh ku berlari ke pelukan nenek. Kakek berlari ke dapur dan sedikit mengobrak-abrik laci didapur dan kembali dengan membawa shotgun berukuran panjang tipe M14 seperti siap membidik sesuatu dengan peluru nya.

" Nenek apa yang terjadi? Kenapa kakek membawa benda mengerikan seperti itu " Tanyaku pada nenek yang memelukku sambil menoleh ke kakek dengan ketakutan. Kakek tampak gagah tapi juga sedikit mengerikan karena ia membawa pistol seperti itu di tangannya. Adegan di TV sedikit berputar di ingatan ku seorang pria membidik beberapa musuh nya dengan membabi buta, aku takut kakek melakukan hal seperti itu disini di hadapan ku.

" Kakek! Kakek! Jangan pergi! Aly takut " Teriakku pada kakek berlari memeluk kaki nya yang besar nan panjang.

" Eliza! Bawa Aly masuk ke kamar nya " Ucap kakek dengan tegas. Nenek yang ingin berdiri dan menggendongku ku terhenti saat ada gedoran pintu yang cukup kuat.

Tokk-tokk-tokkkk

Suara gedoran pintu membuat aku memeluk nenek dengan kencang. Kakek mengisyaratkan agar terus diam dengan membuat menaruh jarinya di depan mulut nya. Bunyi peluru yang siap dilepaskan terdengar, kakek mengarahkan pistol tersebut ke arah pintu yang terus saja bergerak karena ketukan cukup kuat dari luar.

" Eliza! Jason! Siapapun! Tolong.. Tolong aku " Teriak seorang perempuan dari luar pintu yang membuat kakek menurunkan senjatanya dan nenek berlari menghampiri pintu membuka nya dan melihat nyonya rose sudah sangat berantakan.

" Rose! Ada apa ini! Suara senjata dan "

" Barrez, suamiku. Tolong dia " Sahut nyonya rose memotong pembicaraan nenek yang menanyakan apa yang sedang terjadi pada dirinya. Kakek menyentuh kepala ku dan mengatakan bahwa aku harus tetap berada didalam rumah.

" Eliza, tetaplah bersama Aly. Rose kau bisa disini untuk sementara "

" Biarkan aku yang mencari barrez " Tambah kakek memakai sepatu nya dan membawa senjata panjang nya. Terlihat beberapa lelaki datang ke rumah dengan membawa obor dan mempertanyakan apa yang terjadi.

" Kakek… . "

" Kakek akan baik-baik saja oke? Bantu aku. Bawakan air hangat juga handuk kecil? Kau mengerti sayang? " Mata ku memandang kakek sejenak lalu berlari ke dapur dan membawakan apa yang nenek minta. Nyonya rose terus menangis di pelukan nenek, membicarakan sesuatu yang tidak ku mengerti saat itu.

" Buck, apa kau mengerti apa yang terjadi? Dimana kakek " Gumamku berbaring di bawah sofa favorit kakek sambil memeluk tubuh Buck yang hangat. Buck hanya menjilat pelan tangan ku seakan ingin menenangkan ku.

" Aly, kau disini? " Sahut nenek membawakan satu gelas susu coklat hangat.

" Aly tidak mau ini. Aly mau kakek " Jawabku yang dibalas oleh nenek dengan helaan nafas nya yang panjang.

" Kakek akan baik-baik saja sayang. Kau tau dia kuat bukan? Jadi jangan mencemaskan nya. Pergilah tidur " Perintah nenek dengan lembut membawa ku ke kamar dan menutup pintu nya. Buck ikut masuk ke kamar ku saat nenek meninggalkan ku sendiri disini.

" Buck kau tidur? " Bisikmu bertanya padanya. Berguling ke sisi kasur dan melihat ia sedang tidur dibawah lantai yang ber karpet pink.

" Woff " Gonggong nya kecil. Buck benar-benar mengerti keadaan saat ini.

Suara pintu yang berdenyit terdengar menandakan bahwa seseorang telah masuk kerumah. Aku melompat dengan cepat dari kasur dan menuju pintu kamar sedikit mengintip keluar. Berharap mendapatkan sesuatu yang ku lihat ataupun ku dengar. Buck berjalan mendahului ku menuju ke ruang tengah dimana nenek dan nyonya rose berada. Aku berjingkat pelan agar nenek tidak mendengar suara denyitan lantai kayu yang sudah tua ini. Bagaikan pencuri aku menyelinap bagaikan pencuri profesional. Berdiri di sisi tembok dan memasang alat pendengar canggih ku yaitu gelas kaca juga telinga dan menempelkannya di dinding. Mata ku terbelalak penuh dan sedikit lega saat mendengar suara kakek yang diikuti tangisan yang keras dari nyonya Rose.

Sebenarnya apa yang terjadi?

Malam makin larut suasana digubuk kecil milik kakek dan nenek semakin merundung. Suara isakan tangisan nyonya rose masih terdengar sayup-sayup. Beberapa orang yang datang membawa obor juga telah meninggalkan rumah.

Aku terperosok di lantai menunggu kapan selesai nya mereka yang sedang mengobrol. Nyonya rose juga terus mengucapkan nama seseorang dan terus menerus menangis menyesali apa yang terjadi. Nenek yang disamping nya terdiam dan sesekali melihat bulan purnama yang sangat indah di malam ini.

" Aly, sedang apa kau disini? " Tanya kakek yang mendapati ku terkantuk-kantuk di belakang dinding tempat persembunyian ku sebagai mata-mata.

" Sudah selesai? Bolehkah kita tidur bersama malam ini " Tanyaku balik kepada kakek. Kakek mengusap wajah nya berusaha mencari kata yang tepat agar tidak menyakiti ku hatiku. Kakek mengangkat diriku dan membawa ku ke kamar tidur nya. Kamar yang mendominasi berwarna putih dan abu abu ini membuat kesan kantuk ku makin menjadi-jadi ditambah lampu tidur yang berwarna kekuningan dengan ranjang yang empuk seperti aku akan tenggelam didalam nya. Dengan tenaga yang tersisa mata ku sedikit mengerjap mencari sosok kakek yang membawa ku kesini. Ia membaringkan dan memberikan selimut yang beraroma buah pear seperti aroma nenek. Dengan sedikit mengelus-elus kepala ku kakek bersandung pelan walaupun mulutnya tertutup. Aku tidak yakin suara senandung yang kakek buat adalah lagu, walaupun begitu senandung nada dari suara kakek yang berat benar-benar membuat ku terhipnotis dan membuat mataku tertutup , terlelap menuju alam mimpi dan melupakan tentang malam yang menegangkan tersebut.

Selang beberapa jam, badai yang tiba-tiba saja datang tanpa ada ramalan cuaca. Seharusnya malam hari ini cerah tapi tiba-tiba saja hujan datang tanpa permisi dan membasahi seluruh tanah yang ia jatuhi. Petir dan gemuruh juga ikut serta membuat suasana malam itu menjadi makin mengerikan, semua tiba-tiba saja setelah tangisan nyonya rose berhenti. Seperti alam juga ikut menangis

Seperti alam menyambut sesuatu yang tidak bisa dijelaskan atau bisa saja alam membuat benteng agar sesuatu yang buruk tersebut tidak sampai disini.

" Tidurlah Aly kecil … i dan a.. "

Darrrr darrrr

Kilatan dan petir menyambar dua kali saat nenek mengucapkan sesuatu. Aku tidak yakin saat itu tapi seperti nya alam tidak ingin aku mendengar kan ucapan nya. Seperti ucapan nya adalah kutukan atau petaka yang tidak memperbolehkan aku mendengarkan nya. Aku menempel lekat saat nenek mencoba berbaring disampingku. Suara gemuruh dan angin yang kuat membuat tidur malam ku tidak nyenyak. Mata ku sedikit mengerjap melihat situasi, nenek berbaring di samping ku dan kakek tertidur di kursi kecil dengan melipat tangan nya seperti petugas satpam yang sering tertidur di jam kerja di sekolah ku.

" Nenek… " Gumamku membalikkan badan ku melihat wajah nya yang sangat cantik. Hidung yang mancung juga kulit yang putih tanpa ada kerutan di wajahnya. Rambut nya yang panjang bewarna abu senada dengan warna ku menyatu. Aku mendekatkan wajahku dan mencium pipi nya ia yang tersadar membuka mataku dengan sedikit menyipitkan matanya. Dengan senyum yang hangat ia kembali memeluk ku seakan tidak akan melepaskan dalam waktu yang lama.

Malam itu dilewati dengan berbagai masalah juga terasa sangat lama hingga matahari menampakkan bentuknya.

Unduh sekarang dan klaim hadiahnya
Scan kode QR dan unduh aplikasi Hinovel