Bab 8 Sebuah Tragedi
Kim mengatakan bahwa ada sesuatu yang harus ia selesai kan dan mengatakan bahwa ia tidak apa apa dan meminta maaf karna menenggelamkan dirinya begitu saja tanpa ada kata pamit.
" Tidak semua ikan itu jahat. Ada beberapa ikan bisa menjadi sahabat kita " ucap kim sambil menaruh mahkota bunga yang ia rakit di atas kepalaku. Aku menerima nya dengan senang hati, membolak-balikan badan ku seakan ada kaca yang akan memantul kan bayangan ku.
" Seperti lumba-lumba, aku pernah melihat nya di TV "
" Apa itu TV " Tanya nya sedikit memiringkan kepala nya dengan bingung. Aku mengatakan apa yang bisa ku jelaskan karna saat itu pengetahuan ku tentang dunia teknologi juga sangat minim.
Dia me anggukkan kepala nya seakan mengerti, tapi aku yakin ia tidak mengerti ucapan ku. Karna aku juga kebingungan dengan ucapan ku padanya. Ia hanya mencoba tidak menyinggung diriku saat itu.
Hari yang cerah kembali berwarna ke Oranye. Bunyi jangkrik terdengar tanda bahwa malam akan menjelang. Angin juga berubah menjadi dingin dan air laguna kembali bergelombang kecil saat angin mulai bertiup dingin.
" Aly " Sahut suara wanita yang lembut memanggil ku. Di saat yang cepat Kim menghilang setelah mengucapkan sampai jumpa besok aly. Ia benar-benar menghilang ke dalam air dengan cepat, air pun tidak mengeluarkan suara percikan atau gelombang kecil seperti saat kita melemparkan beberapa batu yang tenggelam. Air nya benar-benar sangat tenang.
" Nenek! " Sahut ku berlari menghampiri nenek yang berdiri menunggu kedatangan ku. Baju nya yang panjang terayun pelan di tiup angin juga rambut yang panjang bewarna abu-abu gelap senada dengan warna rambutku, nenek berdiri disana dengan tenang ia seperti lukisan.
" Hei! Pelan-pelan lah " Ucap nenek melihat ku memeluk kaki nya dengan kuat. Ia juga tersenyum saat aku menengadah menoleh ke arahnya. Buck juga menggonggong seakan ingin melakukan hal yang sama seperti ku.
" Wow, siapa yang merakit bunga ini Aly? Sangat cantik " Sahut nenek sedikit menyentuh mahkota bunga ku. Kim benar-benar terampil merakit nya. Dan aku bangga memakai nya seperti putri kerajaan yang diberi mahkota pertama oleh sang pangeran.
" Kim! Yang merakit dan memberikan nya padaku! Cantik kan? "
" Lihat Buck juga ada tapi dia mengalungi nya dileher Buck! Hei, Buck tunggu! Perlihatkan dulu kalung bunga mu pada nenek! " Teriakku mengejar Buck yang berlari mendahului ku. Aku ingin menunjukkan kalung bunga Buck hanya saja berbeda warna dengan ku dan juga bunga yang berbeda. Aku berlari mengejar Buck dan meninggalkan nenek di belakang. Buck sangat kegirangan berlari kesana kemari bahkan ia juga mengejar ekornya sendiri dan menjatuhkan ku rerumputan yang disinari matahari senja.
" Nek, sedang apa? Ayo kita pulang! " Teriakku berusaha menyingkirkan Buck yang berbaring di atas ku. Nenek sedang melihat kebawah kerumah pohon ku dan air laguna yang tenang memandangi nya seakan mencari sesuatu yang tak seharusnya ia cari sedetik kemudian ia tersadar akan gonggongan Buck dan tersenyum menghampiri ku dan membantu ku menyingkirkan Buck yang tetap keras kepala duduk di atas badan ku.
Aku tidak tau apa nenek yang lihat dan pikirkan saat itu? Tapi semoga saja itu adalah hal yang baik.
Terdengar suara hentakan kaki kuda dan melihat kakek sedang menunggangi Lil. Ia baru saja pulang dari desa sebelah setelah mengantarkan beberapa tumpukan jagung dan beberapa buah-buahan. Kakek dan nenek senang berbagi bahan-bahan makanan seperti buah-buahan dan sayuran ke desa sebelah atau desa lain nya. Kakek melakukan setiap 3 kali dalam seminggu. Mereka benar-benar baik bukan? Kuharap aku menjadi sebaik seperti mereka.
" Kalian disini " Tanya kakek melihat Aku dan nenek berdiri menunggu kedatangan nya menghampiri kami. Aku kegirangan melihat kakek menunggangi kuda dengan gagah. Nenek tersenyum lembut dan memeluk kepala kuda dan menutup mata sejenak serentak dengan Lil.
" Kau sudah berusaha keras Lil " Gumam nenek tak berapa lama Lil mengeluarkan suara mengibaskan kepala nya dan meloncat kecil bagaikan ia sudah terisi tenaga dengan penuh. Kakek tersenyum pada nenek yang dibalas senyuman hangat nya, kakek memberikan topi koboi besar nya pada Istrinya. Ia meangkat diriku dan menempatkan ku didepan dirinya dan kakek mengulurkan tangan nya pada nenek yang disambut dengan genggaman yang kuat dari nenek. Kakek mencoba menarik nya dan nenek berhasil duduk dibelakang kakek, aku tersenyum lebar pada nenek dan berteriak agar Lil segera berjalan. Kakek menghentakkan kakinya dan Lil berlari dibarengi Buck yang berlari duluan didepan nya. Nenek memeluk kakek dan menyandarkan kepala nya dan aku memeluk Lil yang dibarengi suara nya yang melengking. Suara hentakan kaki kuda menjauhi ku dari rumah pohon beserta air laguna yang tenang dan mendekatkan ku pada gubuk kecil nan hangat ini.
Aku dirumah
***
Kakek meneriakkan namaku saat aku meloncat dari pangkuan nya dan berlari menuju dapur. Aroma pai apel ini benar-benar menggoda hidung ku dan perut ku yang tidak berhenti berbunyi agar segera memakan nya.
" Pai apel! "
" Yah benar. Pohon kita berbuah lebih cepat dari yang nenek perkirakan, bagaimana harum? " Tanya nenek dengan lembut memotong pelan-pelan pai apel yang cukup besar.
" Bean! Rambutmu bahkan belum rapi tapi kau sudah berlari meninggalkan ku " Sahut kakek membawa sisir bewarna pink dengan pelangi sebagai hiasannya.
" Biarkan ia makan, kau lihat? Aly menikmati pai apel yang ku buat " Jawab nenek menarik kursinya dan duduk memandangi ku makan. Aku melihat kakek dan meangkat kedua alis ku dengan cepat padanya yang dibalas nya dengan tawa berat nya.
" Dimana bagian ku? " Tanya kakek bersiap diberikan potongan pai apel yang wangi. Ia juga tidak lupa memegang pisau dan garpu untuk bersiap memakan nya.
" Aku membuat kan nya khusus untuk Aly " Sahut nenek menggoda kakek yang sudah memuncungkan bibirnya kedepan dan terlihat seperti angsa. Aku dan nenek hanya tertawa melihat nya.
Malam itu dilewatkan dengan cepat. Aku berlari menuju kakek yang sudah terduduk di kursi favorit nya dan melompat tinggi yang di tangkap dengan cepat oleh kakek.
" Aly benar-benar ingin menimpa kakek, tapi kakek selalu saja menangkap Aly " sahut ku yang sedang duduk di perut kakek yang cukup keras. Apa ini otot?
" Badan mu belum cukup untuk bisa menimpa tubuh ku sepenuhnya hahaha " Ucap kakek tertawa besar seperti merasakan kemenangan dari perlombaan untuk mempertahankan gelar nya.
" Badan mu terlalu ringan Aly " Sahut kakek yang sedang menerbangkan tubuhku dengan satu tangan nya. Nenek memarahi tindakan kakek karna bisa saja mencederai diriku. Tapi aku dan kakek tidak memperdulikan hal tersebut hanya tertawa dan merentang kan tangan ku bagaikan pesawat yang siap meluncur. Ia bisa mengangkat sekeranjang penuh dengan strawberry atau sekedar mengangkat sebatang kayu yang cukup besar. Kakek memang mempunyai kekuatan yang tidak bisa kubayangkan saat itu.
" DORRRR DORRR "
Dua ledakan pistol terdengar sangat kencang dan membuat kami semua didalam rumah kaget dan melihat ke arah jendela rumah.
