Pustaka
Bahasa Indonesia
Bab
Pengaturan

Bab 5 KIM

Setelah berterima kasih kepada nenek dan menciumi dirinya, Dengan cepat aku berlari keluar kandang sapi milik kakek. Dan terdengar suara nenek yang menyuruhku agar pulang lebih awal dari pada semalam. Tak kusangka hari sudah mulai siang waktu bermain ku dirumah pohon pasti sangat singkat.

Aku terus berlari agar sampai lebih cepat ,

Hari ini tidak ada Buck yang menemani ku untuk bermain karna ia sedang dibawah oleh Luwis si tukang koran keliling untuk pergi ke kota dan membawa Buck ke tempat dokter hewan untuk di vaksin. Tapi tidak apa, sekarang aku sudah punya teman.

Walaupun aku belum tau nama dia siapa?

Langkah kaki ku semakin cepat karna ingin segera bertemu dan menanyakan namanya.

" Drapp drapp drapp "

Bunyi langkah kaki ku yang mulai pelan pelan mendekati rumah pohon ku. Ku lihat kanan kiri tiada siapa pun disini. Aku berharap anak lelaki yang tak ku ketahui namanya itu ada disini. Dan seperti janji ku pada nya aku akan memberikan ia makanan yang nenek buatkan untukku.

Rasa kecewa tak dapat terelakkan, dulu aku yang masih kecil bisa juga merasakan kekecewaan seperti saat itu.

Hati ku sesak , Air mataku rasanya ingin tumpah. Aku terlihat begitu cengeng.

Mata ku memerah air mata terbendung dengan sempurna dibawah kelopak mataku. Aku tak dapat menahan nya lagi dan akhirnya aku menangis terjongkok sambil menundukkan kepalaku.

" Huaaaaaaaaaaa hiks " tangis ku makin jadi karna teringat Buck yang sedang di suntik vaksin dan Buck yang tak dapat menemani ku bermain hari ini. Aku menangis , karna ku kira aku sudah punya teman yang seusia dengan ku walaupun ia selalu saja menenggelamkan setengah badan nya ke air.

Walaupun begitu, aku sudah menganggap nya teman dari saat dia menerima kue stoberi milik nenek. Air mata yang mengalir dipipi ku menjadi dingin saat angin cukup kuat meniup ku dibawah rumah pohon.

" Kamu "

" Jelek sekali saat menangis .. hehe " sahut anak kecil tersebut yang tiba-tiba saja muncul didepan batu pijakan yang kemarin membuat aku terpeleset dan terjatuh ke dalam air. Mendengar ucapanya membuat aku kaget serta senang sambil menyeka ingus yang sudah menutupi jalur nafas ku, aku menatap lama mata anak tersebut sambil menahan air mataku dan tak lama aku berdiri dan langsung memeluk dirinya yang sedikit basah.

Wajah kaget nya terlihat saat aku memeluk dirinya dia mematung bak dihipnotis oleh tukang sihir. Tubuh nya sangat pucat dibanding teman-teman ku di sekolah tapi aku benar-benar tidak memperdulikan hal seperti itu. Kehadiran nya benar-benar seperti obat bius untukku.

" Hiks,, aku mengira kamu tidak akan datang "

" Aku seperti merasa kehilangan teman baru ku .. hiks " ucapku sambil memeluk dirinya. Hentakan tangan kecil nanti dingin menepuk punggung ku. Dia menepuk-nepuk pelan mencoba menenangkan diriku yang masih menangis.

" Ini yang dilakukan sama manusia kan saat mereka mengeluarkan air dari mata nya ? "

" Sudah tenang? " ucap anak kecil tersebut. Aku melepaskan pelukan ku dan duduk dihadapannya. Kami saling menatap cukup lama hingga aku mengatakan bahwa aku tidak bisa lama lama disini karna sore hari akan segera tiba. Raut wajah nya sangat sedih terlihat dari alis nya yang menurun. Aku menawarkan bekal double ku untuknya, bekal tersebut berisi roti panggang sosis goreng juga kentang tumbuk yang dibikin oleh nenek. Itu super lezat hingga membuat anak kecil tersebut memakan nya dengan lahap.

" Naiklah, apa kamu tidak kedinginan dibawah air sana.. "

" Hei bagaimana kita main lompat tali " ucap ku sambil sambil meminum sekotak susu.

" Ehh! Bagaimana dengan petak umpet " Tanya ku kembali dengan sangat excited.

" Aku tidak bisa naik "

" ini juga tidak dingin jangan mengkhawatirkan aku.. andai saja aku bisa ikut bermain " jawabnya sambil menunduk pandangan nya padaku. Perkataan nya sangat aneh, tapi aku benar-benar tidak menggunakan menggubris hal tersebut.

" Tidak apa apa, kita bisa main permainan lain.. hehe " ucapku sambil menyemangati diri nya. Ia tersenyum manis sambil memegang potongan sosis goreng yang setengah nya sudah dimakan. Setelah menghabiskan bekal tanpa sisa. Kami bercanda dan tertawa aku mengajari nya bermain batu gunting kertas dan ajaib nya ia selalu mengalah kan diriku yang tak pernah kalah dari kakek selama ini

" Huh! Lagi lagi kalah! " Seruku sambil memuncung kan bibirku kedepan.

" Heheheh… " tawa nya sambil menggaruk kepala belakang nya yang seperti nya tidak gatal sama sekali.

Angin sore mulai berhembus, hawa dingin mulai menyelimuti rumah pohon tersebut

Bunyi langkah kaki kuda terdengar, Iya itu suara Lil juga kakek. Aku memutuskan untuk berpisah dan mengajaknya kembali esok lagi. Dia mengangguk paham dan melambaikan tangannya padaku.

" Kim.. namaku Kim… Aly? " ucapnya sambil tersenyum ke arahku.

" Kim…. " Ucap perlahan diriku

" Siapa? " Kata kakek yang tiba-tiba saja muncul dan mengagetkan ku. Sontak aku memukul pelan kakek yang disambut tawa geli kakek melihat ekspresi kaget campur kesal di wajahku. Aku melihat kembali batu dimana ia muncul tadi, Kim telah hilang.. kemana ia pergi pun aku tidak tau hanya saja aku berharap ia pulang ke rumahnya dan tidak sabar akan menunggu hari besok seperti diriku ini.

***

Dirumah wangi aroma masakan nenek masih menyeruak di seluruh dapur walaupun makanan nya telah habis ku makan bersama kakek.

" Pergilah ke depan Bean, biar nenek yang membereskan ini semua " ucap nenek lembut sambil mengangkat piring demi piring ke wastafel.

" Biarkan Aly membantu nenek " ucapku sambil menawarkan diri untuk membantu nenek dan seperti biasa nenek mengiyakan keinginan ku , seperti pekerja yang mendapat kan pekerjaan aku segera bergegas bergerak mencuci dan mengelap piring demi piring.

" Bermain cukup lama hari ini ? " Ucap nenek yang memecah keheningan.

" Mm?? Tapi bagi Aku itu sangat singkat " sahutku sambil menatap nenek.

" Boleh kah besok makanan double lagi untuk Aly nek ? " Pintaku kepada nenek dan dengan iya nenek Mengiyakan nya.

Malam semakin dingin, aku melihat kakek menyalakan api unggun di ruang tengah warna api yang oren kekuningan menerangi ruangan tengah gubuk kecil kakek nenek. Tak lama , nenek membawakan selimut kecil dan susu coklat buat menutup malam yang dingin tersebut.

Kami bercerita semua yang bisa diceritakan tertawa sekeras nya. Aku bersandar di pelukan nenek yang hangat dan nenek mengelus pelan kepala ku.

" Nek, bisakah aku tinggal disini… " ucapku sambil mendongak melihat nenek

" Sayang ,. Kamu harus menyelesaikan sekolahmu di kota kamu tau sendiri disini tidak ada sekolah sama sekali " ucap pelan nenek sambil menangkup pipi aku.

" Aku tidak ingin pulang, ke rumah gelap dan.. tidak ada siapapun nek.. "

" Kakek…. Ku mohon… Aku tidak perlu bersekolah.. Aly bisa hidup seperti kakek dan nenek " ucapku sambil menahan tangis ku.

Unduh sekarang dan klaim hadiahnya
Scan kode QR dan unduh aplikasi Hinovel