Bab 2 Aku melihat nya
Orang tua ku sering bepergian bukan masalah bisnis atau pekerjaan tapi mereka hobi traveling. Mereka tidak membawa ku karena beralasan aku masih kecil dan perlu bersekolah dan meninggalkan dengan pengasuh bulalan. Mereka jarang sekali di rumah, bahkan aku bisa menghitung dengan jari berapa kali Ibu memasak untukku dan berapa kali Ayah mengantarkan ku ke sekolah.
*****
Pagi kembali bersinar dan aku kembali bangu dikamar ku yang penuh warna pink dan biru dan banyak corak bergambar ekor ikan yang cantik nan menawan. Mungkin nenek suka gambar aneh seperti itu. Sudah hampir seminggu aku disini seperti biasa,aku berlari lagi meninggalkan rumah dan menuju ke rumah pohon ku. Dengan suara angin yang meniup dedaunan membuat suara seperti lonceng kecil dan itu terdengar sangat indah. Nenek membuatkanku bekal sosing goreng juga beberapa potongan roti panggang kesukaan ku.
Ku tinggalkan bekal itu bawah pohon dan bermain bersama Buck si anjing golden Retriever ini. Buck berlari dan menggonggong sambil mengejar lemparan ranting yang ku lempar. Bermain dengan Buck adalah hal yang paling menyenangkan bagiku disini. Di pedesaan ini aku tidak memiliki teman, karena setiap rumah di pedesaan ini terletak cukup jauh antara rumah satu sama lain dan anak yang sudah berusia remaja akan keluar dari pedesaan kecil ini untuk pergi ke kota Vichigan atau kota Lisizan dan jarang sekali ada anak seusia ku
" Buck hei duduk , jika kamu duduk akan ku berikan sosis " pintah ku dengan mada sambil menunjuk nunjuk agar ia duduk
" Sosis ku !! "
" Dimana sosis ku " teriak ku kencang.
Aku berlari mengitari pohon yang letaknya cukup dekat dengan air. Sempat pikirku untuk menuduh Buck yang memakannya tapi ku tepis pikiran itu karena tidak mungkin Buck makan sementara ia terus bermain dengan ku.
" Apa hantu ? " Tanyaku sedikit gemetar, anehnya hanya sosis yang dimakan dan roti panggang berisi selai blueberry ditinggalkan.
" Apa hantu memilih soal makanan " tanyaku sambil membuka kotak bekal ku
Jika tupai , sepintar apa tupai tersebut bisa membuka kotak makanan ku dengan gampang. Air mata ku mulai mengalir , bukan apa sosis adalah makanan favorit ku dan itu dibuat oleh nenek ku sendira nenek membuat nya dengan persediaan seadanya karena belum sempat berbelanja ke kota kecil yg membutuhkan waktu dua jam dari rumah. Aku melihat nenek membuatnya untukku sembari aku menangis di halaman rumah karena aku ingin makan sosis dan jika hilang itu adalah sosis terakhir dari nenek dan aku belum merasakan nya.
" Tidak akan ku maafkan kamu pencuri " jawabku menggertak
Angin bertiup sedikit kencang seperti nya akan hujan seperti ramalan cuaca yang kudengar di radio usang milik kakek..
Tapi aku tak akan pulang sebelum aku tau siapa yang mencuri sosis berharga ku
Aku mengitari pohon dan semak semak berharap mendapatkan potongan sosis sebagai bukti. Sedikit bersemangat mencarinya karena ini seperti bermain detektif yang mencari bukti-bukti pencurian
Mencari sambil mendengar Buck menggonggong ke arah air membuat ku makin risih. Saat mengitari kembali pohon kaki ku menginjak batu yang licin dan membuat ku terjatuh dalam air.
" Guk guk " gonggongan Buck menyadarkan ku
Air, aku didalam air.. Gawat aku tidak bisa merasakan dasar permukaan sungai. Aku makin ketakutan bagaimana jika nenek dan kakek menemukan ku sudah tidak bernafas. Tangan ku terus menyepak sana kemari berharap aku bisa melakukan seperti kawan sekolah ku lakukan. Aku menyesal saat menolak ajakan Ibu untuk les berenang. Jika aku menerima nya aku pasti bisa berenang sekarang tanpa takut air sungai ini mulai memenuhi mulutku.
Angin bertiup kencang dan membuat arus sungai sedikit kencang aku terseret aliran sungai yang entah kemana aku akan dibawanya. Suara gonggongan Buck mulai tidak terdengar.
" Kakek... Tolong... " Teriak ku berusaha untuk agar didengar orang lain.Badan ku mulai lemas , pandangan ku mulai tidak terlihat. Paru-paru ku seakan sudah penuh dengan air. Kesadaran ku mungkin sebentar lagi akan hilang.
" Maafkan Aly kakek , nenek.. " batin ku penuh putus asa.
Tiba-tiba, seperti ada yang memegangku dari dalam air. Ku pikir itu adalah ekor ikan atau rumput laut yang tertanam di dasar sungai. Tapi sebuah tangan itu mulai mengitari tubuhku dan membawa, mengangkat diriku ke atas air agar aku bisa bernafas.
Masih teringat betapa dingin nya hari itu. Tanpa ku sadari aku sudah tergeletak di pinggir sungai dan melihat seorang anak lelaki di hadapanku tapi anehnya badan nya setengah tenggelam.
" Apa kamu tidak kedinginan " tanya batin ku setelah melihat anak kecil yang sepertinya seusia dengan ku.
Dan dia berkata
" Maafkan aku telah mencuri sosis mu dan membuatmu mengalami hal ini " katanya sambil menunduk. Tangan ku ingin menggapai si pencuri tersebut yang juga menyelamatkan ku. Disaat yang sama mataku sedikit ingin tertutup dan terdengar suara gonggongan Buck dan teriakan kakek.
" Aly , astaga Aly.. Aly sadar.. kamu masih disana sayang " tanya kakek sambil mengguncang tubuh ku. Dan dengan sekejap anak lelaki itu menghilang dan melompat kembali ke dalam air dan kesedaran ku hilang sepenuh-Nya
" Aly, syukurlah.. kenapa kamu sampai jatuh hah, sayang " ucap nenek sambil memeluk ku. Aku hanya menangis di pelukan nya, aku begitu takut saat itu
Aku takut membuat kakek dan nenek menangis karena kehilangan ku.
"Jangan, jangan bermain disana lagi.. sudah nenek beritahu kan .. menjauh lah dari air sayang,. Ku mohon.. Ikutilah perkataan ku " ucap nenek sambil sedikit meninggi kan suara nya. Tapi aku tau, nenek bukan marah padaku hanya khawatir jika terjadi sesuatu padaku. Yang ku ingat hanyalah pelukan nenek yang menenangkan ku saat itu. Nenek membalut ku dengan handuk lembut miliknya dan mencoba menghangatkan badanku yang dingin karena air laguna tersebut. Wajah nenek sangat cemas dan aku merasa bersalah melihat nya.
" Harusnya aku pulang saat angin mulai kencang, maafkan aku nenek.. kakek… " ucapku sambil menundukkan pandangan ku. Aku tak berani menatap mereka yang telah mengkhawatirkan ku sampai berlari mengitari pinggiran laguna dan meneriakkan namaku. Tak kusangka , pelukan hangat dari kakek dan nenek menyelimuti badan ku. Rasanya aku tak perlu memakai selimut milik nenek cukup pelukan mereka itu membuatku nyaman.
" Aku tidak ingin kehilangan mu Bean.. maafkan aku telah memarahi mu " ucap nenek sambil memelukku.
" Syukurlah kamu selamat.. " ucap kembali kakek Jason sambil menepuk kepala kecil ku saat itu.
Angin yang bertiup kencang mendatangkan hujan yang cukup lebat, sempat berpikir bagaimana keadaan anak tersebut apa dia kedinginan. Jika dia kedinginan aku akan mengizinkan dia tinggal dulu dirumah pohon milik ku sembari menunggu hujan reda. Hujan yang lebat membuat kakek menyalakan api unggun , untuk menghangatkan seluruh ruangan dirumah kecil ini sebenarnya ada mesin penghangat tapi itu cukup kecil untuk dipakai 3 orang sekaligus. Aku berdiri sambil melihat keluar jendela melihat arah luar sambil bertanya tanya siapa anak kecil tersebut.
" Bean, kemari lah,. Mari duduk.. Sudah ada coklat hangat untuk mu " ucap nenek sambil menepuk sebelah kursinya yang kosong.
" Dan dimana coklat hangat untukku sayang? " Tanya kakek sambil mengerutkan bibirnya kedepan.
" Bikinlah sendiri Jason, aku membuatnya spesial hanya untuk Aly " ucap nenek kembali.
" Oh ayolah, " Ucap kakek sedikit gerutu
" Kakek bisa meminum nya bersama ku, iyakan nek " tanyaku sambil memberikan sesendok susu coklat.
"Lihatlah cucuku, dia memberiku susu hangat ini.. " ucap kakek seperti mengejek nenek
" Sudah, Aly sudah memberi satu sendok susu. bukankah itu cukup kek? " jawabku dengan sedikit mengejek.
" Itu mana akan cukup Bean " ucap kakek kesal sambil mengelitiku. Kami tertawa riang di depan api unggun tawa yang hangat. Aku berharap akan terus begini dalam waktu yang lama.
