Bab 2. Tunangan Kelvin
"Makasih, Kek. Semoga peletnya manjur dan si Nenek langsung klepek-klepek." Emilia berjalan mengantar pria tua itu ke luar dari tendanya
"Dia bukan Nenek-nenek! Dia masih muda, Mbah. Gini-gini, selera saya masih sangat bagus," celetuk pria tua itu yang terdengar sebal dengan suara gemetar khas suara kakek-kakek.
"Eh hehe, maaf. Semoga Mbaknya langsung ngajakin Kakek nikah, ya," balas Emilia dengan senyum yang meringis, "Ngomong-ngomong, panggilan saya Miss. Lia, Kek. Jangan manggil Mbah," lanjutnya.
Kakek itu kemudian pergi setelah benar-benar pamit. Ia meninggalkan Lia yang merasa sangat gemas.
"Pacarnya ga mau dipanggil ' Nenek', gue malah dipanggil 'Mbah'. Kalau seusia itu dianggap Mas atau Mbak, terus gue apaan? Pithecanthropus? Manusia purba, dong, gue!" ucap Lia kesal menatap kepergian pria tua itu yang tengah berjalan kesulitan.
Emilia melihat ke sekeliling, ia tidak melihat lagi Grace dan bayinya itu. Tega sekali ibu anak satu itu meninggalkannya tanpa memberitahu terlebih dahulu, pikirnya. Karena dilihat situasi sepertinya tidak ada lagi pasien yang akan datang, Lia memutuskan untuk menemui Grace.
Sahabatnya itu ternyata tengah berjalan-jalan di taman mumpung lokasinya kini sedang berada di taman bermain.
Grace langsung mengangkat satu tangannya saat ia melihat Lia vang celingukan mencari keberadaan dirinya. Mereka kini duduk di bangku taman itu, ditemani dengan suara berisik pengunjung yang tengah bermain dengan keluarga mereka.
"Udah selesai prakteknya, Mbah?" Grace langsung menyindirnya seraya tertawa.
Lia langsung menatapnya sinis. "Diem, deh, lo! serunya kesal.
"Sorry .. sorry, Miss. Lia," kata Grace sembari mengatup bibirnya menahan tawa.
Lia dan Grace kemudian melihat dan mendengar tawa para pengunjung taman bermain itu yang tampak bahagia bersama keluarga mereka.
"Lo ga pengen apa ... punya keluarga kecil begitu? Coba. deh, kodein Kelvin. Udah 2 tahun ini, emang kalian mau pacaran terus?" kata Grace memecahkan keheningan di antara mereka.
"Gue udah pernah ngode tau sama dia. Tapi dia ngalihin topik, jadinys gue males aja bahas lagi," ungkap Lia.
"Lagian elo, sih! Kalau diajak ketemu ya ketemu aja, biar hubungan kalian itu makin dekat dan cepet nikah." Grace kembali berbicara dengan nada mengomel. "Kalau begini ceritanya, sih, berarti elo yang udah ga mau sama dia," lanjutnya.
"Bukan gitu, Grace. Lo tahu, kan, kondisi gue lagi begini. Nikah itu butuh biaya dan kesiapan mental. Gue aja bohongin dia dengan usaha yang gue kerjain sekarang." Lia memberi pembelaan.
"Salah lo sendiri kenapa bohong sama dia! Kalau cinta mah dia bakalan gas poll terus. Lagian apa salahnya kerja begini? Elo, kan, ga jadi maling!" seru Grace.
Grace memperhatikan Lia dari ujung kepala hingga kakinya usai mengatakan itu. Tidak bisa ia tahan, wanita itu langsung tertawa lepas usai melihat penampilan Lia ...yang ternyata gadis itu ke luar tanpa mengganti pakaian dan dandanannya dengan normal, masih seperti dukun lengkap dengan jubahnya.
"Kan, elo mah!" sinis Lia.
"Lo bilang malu kalau orang tahu lo kerja begini. Tapi lo malah santai ke luar dengan pakaian begini di taman," kata Grace yang terus saja tertawa.
"Di sini, kan, yang kenal sama gue cuman elo. Jadi ga masalah." kata Lia acuh. "Emang sejelek itu, ya, penampilan gue?" tanyanya yang mulai kehilangan kepercayaan diri.
"Ga jelek, tapi serem. Untung Jason tidur ... kalau engga, dia pasti langsung trauma dan nangis lihat lo begini." Grace menutup mulutnya, agar tawanya yang lepas tidak mengganggu tidur nyenyak Jason.
"Rese banget, sih, lo, Surti! Untung ada Jason, kalau engga udah gue maki-maki dan jambak kepala lo!" Lia geram dengan suara yang tertahan-tahan. Grace makin tertawa mendengarnya, bukannya malah takut kalau Lia marah.
Lia membuang mukanya kesal, sementara Grace kembali menatap lurus ke depan.
"Ayo cepetan jalan, Nak. Biar bisa main seluncuran kayak mereka, ucap Grace pada Jason yang masih tidur pulas, lalu ia menyipitkan mata.
"Lia! Lia!" Grace menepuk-nepuk lengan Lia yang tengah sebal padanya itu.
"Apa, sih?" jawabnya ketus.
"Lo lihat itu, deh! Itu Kelvin, ga, sih?"
Emilia sontak menoleh ke arah pandang Grace karena mendengar nama kekasihnya itu disebut.
"Salah lihat, ga, lo? Ngapain Kelvin jam segini ke sini... lagian ngapain juga ke sini, orang dia ga punya bocil di rumah." Lia ikut menyipitkan matanya menelisik.
"Eh, iya bego! Si Kelvin itu! itu cewek, siapa?" ucap Grace.
Mereka sama-sama celingukan hingga berdiri untuk memastikan. Sebab Kelvin dan seorang gadis yang mereka lihat itu berada agak jauh dari posisi mereka... pengunjung yang ramai juga ikut menghambat penglihatan.
"KELVIN!"
Grace bersorak tiba-tiba memanggil seorang pria yang ia kira itu adalah Kelvin pacarnya Lia. Grace bahkan melambaikan tangan kirinya karena tangan kanannya yang menggendong Jason.
Lia langsung menepuk kuat lengan Grace. Ia terkeiut dan mempelototi sahabatnya itu.
"Gila, lo, ya! Asal teriak aja! Bisa aja dia bukan Kelvin. bikin malu aja lo!" seru Lia.
Apalagi kalau pria itu ternyata adalah Kelvin sungguhan. Ia akan merasa canggung karena sedang tidak berbaikan dengan kekasihnya itu.
Pria yang dipanggil langsung menoleh, ternyata dia Kelvin sungguhan. Gadis yang berada di sampingnya pun ikut menoleh karena mendengar nama Kelvin dipanggil.
Kelvin langsung terlihat pucat tidak berkutik, karena menyadari Grace yang terus memanggilnya dan melihat sosok Lia yang terlihat tidak biasa.
Lia yang akhirnya ikut melihat ke arah pria itu jadi makin terkejut, karena Kelvin yang terlihat shock saat saling bertatapan dengan Lia. Lia langsung memutar badan dan menutup wajahnya dengan tangan, karena ia menyadari dandanannya yang masih style dukun. Lia sungguh merasa malu sekali.
"Mati gue! Gue mau jelasin gimana?" Lia melihat dirinya kemudian, "Sial! Kenapa bisa gue ga kepikiran ini? Harusnya gue ganti baju sebelum ke sini!" protesnya menyesali sendiri.
Grace terus melambaikan tangannya dan bersorak, Membuat Kelvin terpaksa menghampirinya diikuti oleh gadis itu. Dengan perlahan, Lia mencoba melirik dan hanya bisa mengerling dengan posisi tubuh masih membelakangi mereka. Untuk kabur pun rasanya sudah percuma, karena Kelvin sudah melihatnya.
"Tapi, tunggu ... siapa cewek itu yang lagi sama Kelvin?" pikir Lia membatin.
"Grace ... ngapain di sini?" tanya Kelvin yang terlihat canggung.
Kelvin terlihat tampan dari biasanya. Style rambut yang open jidat, porsi tubuh yang agak kurus dan tinggi ... ia mengenakan setelan yang terlihat santai namun terkesan rapi.
Berbeda sekali saat selama 2 tahun bersama Lia kalau mereka pergi berkencan, Kelvin malah terlihat biasa saja dan mengenakan kaos oblong ditambah dengan hoodie. Pria itu tampak seperti orang- orangan sawah yang bajunya terbang-terbang mengikuti arah angin.
Usai ditanya itu oleh Kelvin, Grace melirik pada Lia yang tengah panik dan membelakangi mereka. Ia baru sadar kalau kondisi sahabatnya itu saat ini sangatlah tidak pantas untuk dilihat oleh Kelvin. Grace refleks menutup mulutnya yang menganga.
"Ah... gue kira tadi bukan lo, Vin. Gue iseng manggil aja, ternyata beneran elo," kata Grace dengan senyuman yang meringis.
"Li-lia?" Kelvin gugup saat menyebut nama itu pada sosok gadis yang mengenakan jubah hitam yang tampak sudah menyapu tanah di depannya.
Lia memejamkan matanya erat, ia pasrah atas apa yang akan terjadi setelah ini ... namun terasa sangat sulit.
Saat tangan Kelvin hampir menyentuh bahu Lia, Grace bergerak cepat menghalaunya hingga tangan Kelvin berakhir di bahu Grace.
"Ah, ini bukan Lia. Tapi sepupu gue. Mukanya lagi breakout parah, makanya ...." Grace menggerakkan tangannya di depan wajahnya memberi isyarat pada Kelvin.
"Sialan lo. Surti!" batin Lia dengan geram.
Kelvin mengangguk lemah dan terlihat kesulitan menelan ludahnya.
"Ngomong-ngomong, ngapain lo kemari? Bukannya sekarang udah jam kerja, ya?" tanya Grace kemudian.
Gadis yang sedari tadi memperhatikan mereka langsung mendekat. Ia langsung mengalungkan tangannya di lengan Kelvin, membuat Grace langsung shock melihatnya. Ia menatap Kelvin yang kian salah tingkah dengan manik mata yang membola.
"Kenalin, gue Olivia ... tunangannya Kelvin. Lo temen sekolahnya Kelvin, ya?" timpal gadis itu. ia tampak sangat modis dan elegan.
DEG!
Lia yang juga mendengar itu langsung memanas. Ke-dua tangannya mengepal kuat hingga memutih. Sementara Grace sudah sangat was-was saat melihat perubahan dari Lia yang ia lihat dari samping. Ia merasa bersalah karena sudah memanggil Kelvin, karena tidak menyangka hal ini akan terjadi. Namun ia tak kalah panas mengetahui Kelvin yang ternyata telah mengkhianati sahabatnya itu.
Sementara Kelvin langsung terlihat panik. Ia berusaha melepas tangan Olivia dari lengannya.
"Ehmm ... gini...." Saat ia berusaha untuk menjelaskan, Emilia langsung berbalik badan menatapnya.
"Maksud lo apa?" pekik gadis itu, mukanya merah padam menahan amarah menatap Kelvin dan melihat gadis yang mengaku sebagai tunangan dari pacarnya itu sekilas.
Sontak Grace terkejut, begitu pula dengan Kelvin dan Olivia. Sepasang manusia yang sudah menjadi tunangan itu melotot melihat wujud yang baru saja berbalik menghadap mereka. Olivia nyaris memekik melihat dandanan Lia yang nyeleneh itu.
"Li-lia?" lirih Kelvin, "Ka-kamu ... kenapa begini?" Ia mematuk penampilan Emilia dari atas hingga ke bawah.
"Ini temen kamu juga, Vin?" Olivia bergidik melihat penampilan Lia. "Aneh, ya, style-nya. Apa dia pengikut sekte ilmu hitam? Atau ... salah satu setan dari rumah hantu yang di sana?" laniut Olivia.
Karena di taman bermain itu memang rumah hantu menjadi salah satu objek utama di sana sebagai hiburan tambahan.
Kelvin sama sekali tidak menggubris ucapan Olivia karena ia sudah sangat kalut. Sementara Lia makin merasa sakit karena di katai oleh gadis itu.
"Lo bisa jelasin, ga, ini maksudnya apa? Kenapa lo diem aja kayak orang bego?!" teriak Lia pada Kelvin yang pucat mematung.
"Eh, lo bisa santai aja, ga, ngomongnya? Udah ngomong teriak-teriak, trus ngatain tunangan gue bego!" sinis Olivia pada Lia, "Ini ada apa, sih, Yang? Siapa cewek ini?" tanyanya pada Kelvin kemudian.
"Diem, lo! Gue ga ngomong sama lo!" tukas Lia. Air matanya mulai berlinang membuat maskara dan eyeliner-nya luntur. Lia makin terlihat kacau karena matanya jadi belepotan hitam.
Kelvin menghela nafasnya berat. "Iya, Olivia adalah tunangan gue!" serunya kemudian.
"Gila lo, ya, Vin!" timpal Grace, "Terus Lia mau lo apain? Kalian udah pacaran dua tahun, loh! Tega banget, lo!" lanjutnya tak habis pikir
"Cowok brengsek!" maki Lia.
PLAK!
Lia langsung menampar pipi kiri Kelvin hingga wajahnya beralih menoleh ke kanan. Olivia yang juga sudah memanas hendak membalas tamparan itu pada Lia. Namun Kelvin langsung menahannya.
Lia langsung berlari pergi, diikuti oleh Grace yang terlihat sangat kecewa. Sementara Olivia sangat marah karena tindakan Kelvin yang menahannya. Ia kian marah karena ternyata Kelvin sudah memiliki gadis lain, yang selama ini tidak ia ketahui. Ke-tiga wanita itu telah ditipu oleh Kelvin selama ini.