Pustaka
Bahasa Indonesia

Dukun Cinta Untuk Musuh Bebuyutan

11.0K · Ongoing
Opelll
8
Bab
6
View
9.0
Rating

Ringkasan

Warning!!! Hati-hati baca cerita ini bisa bikin ketawa sendiri, hihi. "Apa-apaan lo? Mau narik beha gue lagi? Dasar cowok mesum!" ----- Emilia Azizah "Dih ... sebagai cewek, bisa manis dikit ga, sih, kalau ngomong? Vulgar banget lo!" ----- Adnan Kamran *** Emilia Azizah ... biasa dipanggil dengan sebutan Lia, adalah seorang gadis yang berprofesi sebagai dukun cinta. Hal itu dilakukannya karena semenjak 5 tahun lulus dari sekolah, ia tidak pernah sekali pun mendapatkan pekerjaan yang layak. Kehidupan percintaannya? Jangan ditanya. Emilia selalu menjadi primadona, apalagi semasa sekolah. Hingga akhirnya Emilia memiliki kepercayaan diri untuk membuka praktek perdukunan ini sekarang. Suatu hari yang menjadi hari kesialannya, Emilia bertemu dengan seorang pria yang mendaftar sebagai pasiennya. Pria yang selama ini menjadi musuh bebuyutannya semasa sekolah. Entah apa alasan sang Pencipta .. mereka bertemu lagi setelah 5 tahun, di waktu yang sangat tidak tepat pula. Emilia merasa sangat malu. Namun entah mengapa, semenjak kejadian itu mereka malah terus bertemu di setiap tempat seperti takdir.

RomansaSweetBaperMusuh Jadi CintaSetia

Bab 1. Dukun gadungan

"Uangkuuu...." ujarnya dengan mata yang berbinar senang, sambil memberi tanda centang di sebuah buku catatan kecil. Tepat di samping nama pasien yang telah ia beri konsultasi.

Gadis cantik berjubah hitam dengan riasan khas dukun itu membuka praktek mulai dari hari senin hingga jum'at, kalau tidak ada halangan. Lokasi prakteknya? Tidak bisa diprediksi, karena ia selalu berpindah tergantung situasi dan kondisi.

Hari ini adalah hari memasuki 1 bulan Emilia bekeria sebagai dukun cinta. Usahanya sangat menarik perhatian para jomblowan dan jomblowati di sekitar sana yang bermasalah dengan kehidupan cinta mereka.

Baik itu iomblo dari lahir mau pun jomblo karena trauma masa lalu, di mulai dari cinta monyet hingga cinta di masa puber ke-dua ... semuanya ia tangani.

"Udah masuk jam makan siang aja, nih. Makan apa, ya?" ujarnya.

Emilia merogoh ponselnya yang berada di dalam saku celana dengan agak kesulitan. Sebab, jubah yang ia pakai kepanjangan, hingga ia harus menentengnya dulu sampai ke pinggang.

"Ah elah ... harusnya gue beli baju gamis hitam aja, ya, dulu ... di pasar. Udah kepanjangan, panas, nerawang lagi ... harus dilapis, bikin makin gerah. Gini, nih, resiko jajan online." ujarnya mengomel sendiri.

Setelah berhasil mengambil ponsel, ia langsung membuat panggilan. Emilia mendekatkan benda pipih itu ke telinganya setelah panggilan itu tersambung.

"Malah lucu, sih. Masa dukun pakai gamis,' lanjutnya terkekeh sendiri.

Beberapa detik kemudian panggilannya tersambung.

"Halo, Sur! Lama amat, sih, angkat telepon doang. Gue udah laper, nih. Ayo makan siang bareng!" ajaknya mengomel sambil mengusap perut.

"Sar Sur Sar Sur ... GRACE!" pekik wanita yang berada di seberang telepon tersebut. Beberapa detik kemudian, terdengar suara tangisan balita yang terkejut akibat teriakannya itu. "Cup ... cup ... maaf, ya, Sayang,' ujarnya pada bayi tersebut.

"Gara-gara lo, nih. Jadi bangun, kan, anak gue!" seru Surti atau Grace itu.

"Elo, sih, pakai acara teriak segala! Ayo, ah, Sur kita makan siang. Mumpung jam istirahat, nih, gue,'' kata Lia, "Eh ... Gres," sambungnya memperbaiki panggilannya itu.

"Ah, lo bikin gue stress aja. Berapa kali, sih, harus gue bilang kalau nama gue itu sekarang Grace," ujarnya dengan ucapan ala bule, " Bukan Gres, apalagi Sur mau pun Surti!"

Surti adalah sahabat Emilia satu - satunya yang masih akrab dengannya semenjak lulus SMA. Ia mengganti namanya menjadi Grace karena ia bertemu dengan belahan jiwanya yang memiliki keturunan bule. Itu pun keturunan dari nenek moyangnya yang sudah terdahulu dan namanya yang terkesan ala bule. Surti merasa malu setiap kali ada perkumpulan keluarga di rumah suaminya karena namanya itu. Makanya ia mengganti namanya menjadi Grace.

"Iya, deh. Iya, Grace," ucap Lia menyebut nama baru sahabatnya itu dengan bibirnya yang maju-maju 5 senti, "Ayo, ah!" ajaknya lagi.

"Lo kenapa ngajak gue, sih? Si Kelvin mana? Udah tau gue punya bayi, ga bisa bebas terus kavak lo," kata Grace.

"Ga bisa gue makan siang sama dia. Bisa malu gue, ntar, kalo ketahuan. Lo, kan, tau kalau gue ngakunya buka usaha kosmetik ke dia. Dia bakal anggap gue apa, ntar, kalau nyatanya gue malah buka praktek dukun," ujar Lia yang terkekeh sendiri karena membayangkannya.

"Astaga! Emang lo di mana mangkalnya sekarang?" tanya Grace.

"Deket taman bermain. Lumayan, banyak pasien," jawab Lia seraya alisnya ia naik turunkan.

"Hati-hati, lo, digrebek satpol-pp. Mana ga bisa dibikin, lagi, surat izin usahanya," kata Grace terkekeh dengan nada menyindir.

"Huss! Jangan sembarangan, ah, kalau ngomong. Udah mulai nyaman, nih, gue. Emang lo mau ... gue pengangguran terus dan gangguin lo terus tiap hari?" kata Lia.

"Makanya gue bilangin ... nikah! Kayak gue, nih. Ga perlu pusing mikirin kerja lagi, karena udah ada yang nafkahin," balas Grace kembali menyindir dan terkekeh.

"Berisik, ah. Cepetan, deh, ke sini. Bentar lagi gue harus kerja lagi!"

Setelah panggilan putus, Grace bersiap-siap untuk pergi menemui Emilia. Sedangkan Emilia juga bersiap-siap. Ia mengganti pakaiannya menjadi pakaian biasa dan menghapus makeup-nya. Emilia menulis di papan kecil yang berada di depan tendanya itu dengan tulisan istirahat, bertujuan untuk memberi tahu orang-orang yang ingin berkunjung ke lapaknya.

---

Lia melongo melihat Grace yang makan seperti orang yang sudah tidak makan selama 10 hari ... sambil menggendong bayinya dengan satu tangan. Bayi berusia hampir satu tahun itu terlihat menelan ludahnya setiap kali Grace menyuapi nasi itu ke mulutnya, lalu menatap wajah Grace dengan tatapan yang ikut melongo juga.

"Lo yakin dikasih nafkah sama suami lo?"

Lia mendorong mangkok besar berisi nasi itu mendekat pada piring Grace. Grace langsung menambah nasinya dengan senang hati. Lia jadi tidak bisa memakan nasinyq karena melihat sahabatnya itu makan, padahal dirinya yang sedari sudah sangat lapar.

"Gue, kan, ibu menyusui. Jadi gampang laper. Porsi makan gue jadi banyak," ucap Grace yang terdengar hampir tidak jelas. Karena mulutnya penuh, bahkan yang di makannya itu sesekali menyembur ke luar ... membuat Lia bergidik.

"Gue makin ga siap nikah gara-gara lihat lo begini," kata Lia.

"Kelvin gimana? Emang dia belum ngajak lo nikah?" tanya Grace.

Emilia menghela nafasnya berat. "Gue ngerasa jauh banget sama dia sekarang, Sur. Mungkin salah gue juga karena tiap diajak makan siang bareng, gue nolak. Jadi dia ngambek. Udah jarang komunikasi kita," ujarnya.

Grace langsung berhenti mengunyah dan menatap Emilia dengan tatapan tajam

"Eh, Grace. Sorry, khilaf," ucap Lia membenarkan, ia mengatup bibirnya kemudian ... menahan agar tawanya tidak lepas.

"Elo, sih! Mau-an keria begini. Lagian ... jujur aja, sih, ke dia. Kalau cinta mah dia ga bakalan permasalahin ini," kata Grace.

Kini giliran Emilia yang menatap Grace dengan tatapan tajam.

"Kan elo yang ngasih saran ke gue buat buka usaha ginian. Giliran udah nyaman malah lo katain," protesnya.

"Ya... gue, kan, becanda, Lia. Lo aja yang anggapnya serius," kata Grace membela diri.

"Elo, sih, ga pernah ngerasain jadi pengangguran selama 5 tahun. Stress banget gue. Dari ini lah gue ngerasa hidup gue berwarna sekarang," kata Lia.

Ya! Surti alias Grace lah pencetus ide praktek dukun ini untuk Emilia. Alasannya sangat simpel ... yaitu karena Emilia adalah primadona semasa sekolahnya. Mulai dari sekolah dasar hingga sekolah menengah atas. Walaupun dukun gadungan, setidaknya pengalaman kehidupan cinta Emilia sangat cukup untuk dijadikan sumber usaha.

Tidak banyak yang tidak berhasil usai berkunjung ke prakteknya, karena Emilia memberikan ajian yang logis. Tidak sedikit juga dari mereka yang komplain pada Emilia karena ilmu dukunnya yang gagal. Hal itu merupakan salah satu alasan dari Lia untuk selalu berpindah-pindah lokasi prakteknya.

Usai makan siang, Emilia kembali ke tendanya bersama dengan Grace dan bayinya yang bernama Jason.

Emilia kembali mengganti pakaiannya dan memakai jubah dukunnya itu. Ia merias wajahnya, terutama matanya dengan nuansa hitam dan printilan lainnya agar look-nya benar-benar terlihat seperti dukun cinta pro.

"Lo jadi kayak kunti yang sebelumnya mati karena hangus kebakar kalau dandan begitu." ujar Grace tertawa lepas.

"Asem!" Raut wajah Lia berubah kesal, lalu melempar wajah Grace dengan kembang yang ia ambil dari ember yang terletak di sampingnya.

Jason terbangun dari tidurnya dan menangis.

Grace kembali menyusuinya agar bayinya itu tertidur kembali. Suasana di tenda itu seketika hening beberapa menit.

"Btw, lo masih ingat sama Adnan Kamran, ga?" tanya Grace memecahkan keheningan.

"Masih. Rese-nya ga bisa hilang dari ingatan gue. Tumben, lo, nanyain dia?' sahut Lia.

"Semalem dia follow instagram gue tau. Terus gue kepoin, ternyata...." ucapan Grace terpotong karena ada yang masuk ke tenda.

"Permisi. Apa benar ini praktek dukun cinta yang lagi viral itu? Saya mau minta ajiannya juga dong Mbah," ujar pria tua dengan suara khas kakek-kakek, Ia terlihat seumuran dengan kakek Lia yang sudah meninggal dari 2 tahun yang lalu. Pria itu berdandan rapi dengan corak baju warna-warni, meskipun berdiri dan jalannya sudah ditopangi oleh tongkat.

Seketika itu pula, tawa Grace pecah. Karena sahabatnya yang masih gadis itu di panggil dengan sebutan 'Mbah' oleh pria yang harusnya dirinya yang di panggil 'Mbah' oleh Lia.

Emilia merasa sangat malu sekali sekarang, ia menatap Grace dengan raut wajah yang kesal. Grace kesulitan menahan tawanya, bahkan setelah menutup mulutnya dengan tangan.

Sementara, kakek itu hanya planga plongo tidak mengerti ... melihat apa yang sedang terjadi di antara ke-dua wanita itu.

Akhirnya Grace memutuskan untuk pergi ke luar tenda, menunggu praktek dari sahabatnya itu selesai. Sebab ia akan kesulitan menahan tawa dan akan mengganggu usaha keramat dari sahabatnya itu jika ia masih berada di sana.

"Panggil saya dengan sebutan Miss. Lia, Kek," ujar Lia sambil tersenyum namun terlihat meringis. Ingin sekali rasanya Lia menjambak rambut sahabatnya itu sekarang.