Bab 11
Stella mengerjapkan matanya dan sedikit mengernyit saat menyadari sesuatu yang asing berada di hadapannya dan bagian pinggangnya terasa di rengkuh sesuatu. Dengan penasaran ia menekan sesuatu di depannya dan begitu keras. Ini seperti dada manusia. Pikirnya.
Apa aku membawa boneka manusia ke sini? Tetapi ku pikir aku tidak memiliki boneka seperti itu. Pikirnya. Ia tersentak saat sesuatu di depannya itu bergerak kecil. Dengan rasa penasaran ia menengadahkan kepalanya dan tampak dagu tegas beserta wajah tampan milik seseorang berada tepat di kepalanya. Stella membelalak lebar saat kesadarannya sudah terkumpul semua. Ia kembali menunduk dan mencari tau apa yang singgah di pinggang rampingnya dan ia semakin terpekik saat melihat tangan kekar milik pria itu bertandang di sana.
"OMG!!!!!" teriaknya langsung bangun seraya menyingkirkan lengan kekar itu dari tubuhnya. Ia langsung meloncat menjauh dari tubuh kekar milik Adrian itu.
"Ada apa sih?" tanya Adrian dengan suara seraknya seraya berguling menjadi tengkurap dan melanjutkan tidurnya.
"Naani, cucu kesayanganmu ternodai! Benar-benar predator dosen mesum ini!" gerutunya dan segera beranjak menuju ke kamar mandi.
***
Setelah sarapan, Stella menghabiskan waktunya berjemur di bibir pantai, merebahkan dirinya di kursi santai tepat di sebuah gazebo kayu dengan kain putih sebagai pembatas yang melambai-lambai karena terpaan angin. Ia tampak memakai t-shirt longgar sebatas paha, dengan rambut yang di gelung asal ke atas. Kaca mata hitam bertengker di hidung mungilnya. Ia sibuk mengoleskan sunblock ke kaki dan tangannya juga lehernya.
"Sedang apa?" tanya Adrian yang baru saja datang dengan hanya memakai celana pendek seatas lutut dan memamerkan tubuh telanjangnya yang sixpack dan mempesona, kaca hitam tampak bertengker di hidung mancung.
Untuk sesaat Stella terpesona oleh sosok Adrian di hadapannya yang begitu sempurna layaknya seorang dewa yunani yang agung dan memiliki segala kesempurnaannya.
Stella bersyukur karena saat ini matanya terlindungi kacamata hitam hingga dosen TMII itu tidak akan kegeeran karena mengetahui Stella sempat mempesona padanya. Ingat hanya sempat dan itu dalam waktu sekejap.
"Kau tidak lihat aku sedang apa,"jawabnya dengan nada sinis. Bayangan tadi pagi masih terngiang di kepala Stella, sebenarnya Stella tidak marah, dia malah merasa nyaman tidur seperti itu, tetapi sayangnya kenapa harus dengan musuh besarnya.
"Kalau begitu sekalian kau oleskan di tubuhku juga, aku ingin berenang," ucap Adrian yang kini duduk di hadapan Stella.
"Kau punya tangan sendiri Pak Dosen!" jawab Stella dengan ketus.
"Kenapa, kau tidak mau mengoleskannya untukku? Apa kau takut terangsang karena menyentuh tubuh sempurnaku?" ucapan Adrian spontan membuat Stella melotot sempurna.
"Hanya dalam mimpimu! Kau pikir hanya kau yang memiliki tubuh kotak-kotak seperti itu!" sembur Stella dengan nada sangat kesal.
"Kalau begitu cepat oleskan juga di tubuhku," ucap Adrian yang kini memunggungi Stella dengan senyuman yang di kulum saat merassakan tangan mungil Stella akhirnya menyentuh kulitnya.
"Ck, tanganmu kasar sekali, kau ini mahasiswi apa kuli bangunan?" pertanyaan Adrian membuat Stella geram sendiri. "Aww!" pekiknya saat merasakan pedasnya cubitan Stella.
"Oleskan sendiri, dasar Dosen setan!" gerutu Stella melempar sunblock ke punggung Adrian dan ia kembali bersandar sambil membuka majalah fasionnya.
"Begitu saja marah, padahal kan hanya bertanya," gerutu Adrian seraya mengoleskan sunblock ke tubuh bagian depannya.
"Aku akan berenang, kau mau ikut?" tanya Adrian yang kini sudah berdiri menghadap Stella seraya melepaskan kacamata juga menyimpan sunblocknya.
"No, Thank,"
Adrian hanya mengangguk dan berlalu pergi meninggalkan Stella yang masih asyik sendiri.
Stella menatap sekitarnya, hampir semua wanita memakai bikini cantik, bahkan ada yang berjemur dengan hanya memakai CD saja dan memamerkan payudara mereka. Ada juga yang sampai telanjang. "Mungkin tak ada salahnya," gumamnya.
Ia melepaskan t-shirtnya hingga menampakkan biniki putih yang ia gunakan dan tampak seksi dan mempesona. Lalu ia merebahkan tubuhnya sendiri dengan kembali membaca majalahnya.
"Apa yang kau lakukan?" suara itu membuatnya menurunkan majalah dari depan wajahnya.
"Apa? Aku sedang membaca majalah," jawabnya dengan polos.
Adrian melempar handuk yang awalnya ia gunakan untuk mengeringkan tubuhnya sehabis berenang hingga menutupi tubuh Stella.
"Kau percaya diri sekali dengan memamerkan tubuh datarmu itu," ucap Adrian.
'"Apa maksudmu?" pekik Stella kembali naik darah karena Adrian. Yah, selalu dan selalu karena pria itu.
"Kau mempermalukan dirimu sendiri dengan memamerkan tubuh ratamu itu, kau ingin di tertawakan orang-orang? Cepat pakai T-shirtmu lagi!" ucap Adrian dengan nada perintah.
"Apa urusanmu, Pak Dosen? Aku tidak perduli!" ucap Stella melempar handuk dari atas tubuhnya.
"Dadamu sungguh rata dan bokongmu tampak tak ada daging atau lemaknya, tidak akan ada yang bernafsu melihatmu, jadi cepat gunakan kembali T-shirt mu!" perintah Adrian masih tak terbantahkan.
"Kau!" pekik Stella. "Kau ini seorang Dosen, tetapi kata-katamu sungguh tak berpendidikan!" pekiknya kesal seraya memakai kembali T-shirtnya dengan kesal.
Stella beranjak dari duduk dengan membanting majalahnya ke kursi santai.
"Kau akan kemana?" tanya Adrian.
"Jangan mengikutiku dan mencampuri urusanku lagi! Dasar Dosen Setan!" umpatnya dan beranjak pergi dengan wajah kesal dan menghentakkan kakinya ke tanah meninggalkan Adrian yang menggulum senyumnya.
Entah kenapa dia suka sekali membuat Stella marah, dan sejujurnya tubuh Stella sangat seksi di matanya. Dia hanya tak rela, gadis itu mengumbar tubuhnya untuk para pria lapar. Cukup hanya untuk dirinya, bukankah dia suaminya dan berhak atas itu.
Adrian dengan santai merebahkan tubuhnya di atas kursi santai dengan memakai kembali kacamatanya dan menjadikan kedua tangannya sebagai penyanggah kepalanya.
***
"Dia pikir dia siapa? Dia pikir dia sempurna apa! Seenaknya menghina orang lain. Dasar Dosen setan, idiot, nyebelin, kejam, jahat!" umpat Stella di dalam kamar mandi menatap ke cermin dimana memantulkan bayangan dirinya.
"Apa aku sejelek itu?" gumamnya tanpa sadar memperhatikan bentuk dadanya dan juga tubuhnya.
"Aishhh sialan!!! DOSEN SETAN!!!" umpatnya kesal, membuat beberapa orang di dalam toilet menatapnya dengan tatapan aneh karena Stella mengumpat dengan bahasa Indonesia.
Setelah beberapa saat menghabiskan waktu di dalam toilet untuk menenangkan diri, Stella berjalan keluar dari toilet dan berjalan menyusuri pantai yang tampak ramai pengungjung.
Ia menatap hamparan lautan luas yang berwarna biru dan sangat indah, banyak orang melakukan beberapa permainan di lautan itu. Termasuk berenang di sana.
"Kau di sini ternyata," seruan itu membuatnya menoleh.
"Ada apa? Aku bilang jangan mengikutiku!" sembur Stella masih kesal.
"Ck, kau sungguh pemarah," ucap Adrian. "Ayo ikut aku."
"Hey! Lepaskan tanganku!" seru Stella saar Adrian begitu saja menarik pergelangan tangannya. "Kau mau apa lagi? Kau mau menceburkan ke dalam lautan? Atau mau mengumpankanku ke ikan hiu?"
"Ck, pemikiranmu mirip seorang psycopath," seru Adrian dengan santai.
"Aku tidak ingin mengikutimu!"
"Tetapi sayangnya kau harus mengikutiku," ucap Adrian.
Mereka berhenti di sisi pantai bagian lain, di sana ada seorang pria yang berjalan mendekati mereka dan menyerahkan sebuah kunci ke tangan Adrian.
"Ayo," ucap Adrian kembali menarik Stella.
Adrian menaiki motor boats berwarna merah hitam itu, mau tak mau Stella pun ikut menaikinya di belakang Adrian.
"Pegangan kalau kau tidak ingin jatuh dan jadi santapan ikan hiu," ucap Adrian yang tak di indahkan oleh Stella.
Adrian menyalakan motornya dan langsung menancapkan gasnya membuat Stella terpekik kaget karena hampir terjungkal ke belakang, tetapi kedua tangannya reflek memeluk tubuh Adrian yang masih bertelanjang dada, hingga pipinya menempel dengan punggung lebar dan keras milik Adrian.
"Sudah ku beri tau pegangan," ucap Adrian dengan nada geli menahan tawanya, ia semakin menyukai menggoda Stella.
Stella hanya mendengus dan memeluk Adrian dengan erat. Mereka menyusuri lautan dengan kecepatan cukup, angin berhembus menerpa mereka dan begitu menyegarkan. Air bercipratan menerpa tubuh mereka saat motor boat melaju cepat. Tak di pungkiri Stella merasa senang dan sangat menikmatinya.
***
