Pustaka
Bahasa Indonesia
Bab
Pengaturan

Bab 10

Amalfi Coast, Italia

Adrian dan Stella baru saja menginjakkan kaki mereka di salah satu Villa Treville. Villa yang berada tak jauh dari pesisir pantai, dan berada tepat di atas tebing pantai. Villa dengan 2 tingkat itu memiliki bangunan khas Italia dengan warna putih yang mendominasi.

Adrian dan Stella mendapatkan hadiah honeymoon spesial dari keluarga mereka, bahkan bukan hanya hotel yang di pesankan untuk mereka berdua melainkan sebuah Villa besar tetapi hanya memiliki satu kamar. Entah sudah di rencanakan sebelumnya atau memang villa ini khusus di rancang untuk pasangan pengantin baru.

Seorang pelayan dengan setelan jas hitam dan dasi kupu-kupu sudah bersiaga menyambut mereka dan membawakan barang-barang mereka menuju kamar utama. Villa ini sangat luas dan sangat sejuk. Memiliki satu kolam renang yang begitu luas dengan beberapa patung berbentuk anjing sebagai hiasan dimana air mancur keluar dari mulutnya. Di sekeliling villa di tumbuhi oleh pepohonan hijau dan Villa ini berada dalam dataran tinggi.

Di sini semua rumah, villa, hotel memang berada pada titik titik tertentu dan dalam posisi tidak sama karena berada pada dataran tinggi. Dari kejauhan bahkan dari atas balkon villa ini mereka bisa melihat bangunan yang bertingkat-tingkat posisinya.

"Wow!" gumam Stella tak menyangka akan ke sini setelah lama dia tak berlibur. Terakhir liburan, saat kelulusan SMA ke Tokyo bersama keluarganya dan sekarang dia harus kembali liburan tetapi dalam status yang berbeda dan dengan orang asing yang sudah di nobatkan sebagai musuh abadinya.

"Mereka berlebihan." Gumam Adrian melepaskan kacamata hitam yang menghiasi hidung mancungnya. Stella berjalan ke luar ruangan dimana kolam renang berada. Di sana terdapat beberapa kursi tidur dengan payung cantik, dan juga kursi kayu beserta mejanya yang senada. Ia berjalan mencapai pembatas dan menatap ke bawah dimana lautan luas terhampar indah dengan batu karang yang tinggi dan kokoh dimana bangunan itu berpijak. Air laut tampak bergemuruh membentur kokohnya batu karang. Cukup lama Stella memandang ke bawah dan lama kelamaan ia bergidik ngeri membayangkan kalau dirinya jatuh ke bawah.

Stella menoleh menatap sekelilingnya dan mencari keberadaan Adrian tetapi tak menemukannya. Kemana Dosen TMII itu. Pikirnya kembali berjalan masuk ke dalam rumah.

Adrian tampak tengah berbincang dengan pria tua tadi dalam bahasa Perancis yang tak di pahami Stella, setelahnya pria itu berpamitan dan sedikit menundukkan kepala pada Stella sebagai penghormatan membuat Stella melakukan hal yang sama.

"Kau lapar?" tanya Adrian menatap layar Smartphone nya.

"Hmm,"

"Kita ke restaurant bawah saja untuk makan," ucapnya berlalu lebih dulu meninggalkan Stella.

Stella mendengus karena sejak tadi Adrian meninggalkannya begitu saja. Tetapi ia juga berpikir apa yang seharusnya Adrian lakukan? Apa dia harus merangkul atau menggandeng Stella layaknya pasangan pengantin baru yang romantis.

Membayangkan itu Stella bergidik sendiri, mungkin seperti ini lebih baik. Terlihat seperti Om yang berlibur dengan keponakannya.

"Kenapa kau malah cengengesan?" Stella tersadar dari lamunannya mendengar ucapan Adrian barusan membuat dia segera merubah raut wajahnya menjadi jutek.

"Bukan urusanmu," jawabnya jutek.

"Sepertinya kau sangat bahagia bisa honeymoon denganku," sindir Adrian berjalan mengikuti Stella berjalan menuruni undakan tangga.

"Hah? Oh ayolah pak Dosen, aku bahkan tak menganggap anda ada di sini. Aku senang karena bisa berlibur tanpa memikirkan tugas kuliah. Apalagi tugas dari anda yang tak pernah berhenti menyengsarakan mahasiswa," sindir Stella dengan nada sinis membuat Adrian terkekeh kecil.

"Kau melupakan tugas yang aku berikan sebelum aku mengajukan cuti, hmm."

"Oh sial!" gerutu Stella dan menoleh ke arah Adrian yang kini sudah berjalan di sampingnya. "Kau sunggu Dosen setan!"

"Dan kau Siswi Setan yang banyak mendumel dan mengeluh," balas Adrian membuat Stella mendengus kesal dan berjalan meninggalkan Adrian yang menggulum senyumannya.

***

Setelah menikmati makan siang bersama, kini Stella berjalan menyusuri pantai dengan menggunakan tangtop kuning dan rok tipis yang bagian depannya terbuka hingga memperlihatkan celana hotpant yang ia gunakan, sandal jepit. Rambutnya ia biarkan terurai indah dan melambai-lambai karena terpaan angin.

Banyak sekali orang di sana, sibuk dengan aktivitasnya sendiri. "Ahh banyak Roti sobek di sini," gumamnya saat melihat beberapa pria yang baru selesai berenang dan memamerkan tubuh sixpacknya.

"Ahh ganteng banget," gumamnya melihat pria bertubuh atletis itu dan wajah yang sangat bersih tanpa bulu. Pandangan Stella terus terarah mengikuti kemana pria tampan itu pergi.

"Oh No!" gerutunya bergidik saat pria tadi menyapa pria lain dan mengecup bibirnya. "Hah, kenapa kau selalu memilih type pria yang seperti itu."

"Sungguh mata istriku sangat jelalatan dan mata keranjang," kekeh seseorang membuat Stella menoleh ke belakangnya dan melihat Adrian yang berdiri di sana dengan kemeja putih polos dan celana seatas lutut berwarna coklat.

"Kau mengikutiku?" tanya Stella.

"Tidak, aku penasaran sebenarnya apa yang membuat mata istriku hampir keluar dari tempatnya. Ternyata kau menyukai pria gay," ejek Adrian dengan tawanya membuat Stella mendengus.

"Dia," gumam Adrian memperhatikan pria tadi. "No Bad!" ejeknya sekali lagi membuat Stella meradang. "Aduhh!"

"Kenapa menendangku?" pekik Adrian saat Stella menendang tulang keringnya.

"Tidak sopan mentertawakan dan mengejek seorang wanita," ucap Stella melipat tangannya di dada dan berjalan meninggalkan Adrian yang masih mengaduh kesakitan.

***

Adrian keluar dari kamar mandi dan melihat Stella sibuk membangun dinding kokoh dari bantal dan guling untuk menjadi pembatas tidur mereka di atas ranjang. Dengan jahil Adrian merebahkan tubuhnya dan mendorong dinding yang sudah di susun Stella dengan susah payah.

"HEI!"

Adrian tak menggubrisnya dan tetap tidur tengkurap dengan menindih dinding itu hingga hancur. "Kau melewati batasanmu, minggir!"

Stella mendorong tubuh besar Adrian dengan susah payah tetapi tak seinci pun tubuhnya bergeser. "Uh Sialan!" gerutunya.

"Kau sungguh tak sadar body, badan seperti kingkong begini main tidur sembarangan! Geser Dosen TMII!" ucapnya memukuli punggung Adrian yag masih tak bergeming.

"Huft!"

Keluh Stella saat merasa lelah mencoba menggeserkan tubuh Adrian. Dengan sengaja ia tidur di atas punggung Adrian, dan mencari posisi nyaman.

"Ah keras semua," gerutunya. Adrian menggulum senyum dalam tidurnya dan berusaha tak memperdulikan Stella.

"Aduh!" kali ini Adrian menjerit kecil saat daun telinganya di gigit Stella. "Kau sungguh tikus got yang nakal," gerutunya mengusap telinganya seraya beranjak bangun.

Stella tersenyum penuh kemenangan dan merebahkan tubuhnya dengan sengaja merentangkan kedua tangan dan kakinya supaya Adrian tak memiliki tempat. Tetapi bukan Adrian namanya yang akan mengalah begitu saja.

Adrian merebahkan kepalaya di lengan kanan Stella dan kedua tangannya langsung memeluk tubuh ramping Stella, bukan hanya itu, kakinya juga melingkar di kaki Stella. Layaknya anak yang bergelut manja pada Ibu nya.

"Hei! Kau sangat berat!" gerutu Stella sangat kesal sekali. Dia melakukan perlawanan untuk menyingkirkan tubuh Adrian darinya. Dan terjadilah perang di atas ranjang dengan saling dorong mendorong dan merangkul satu sama lain.

"KYAAAAAA!!!"

Keduanya jatuh ke lantai dengan posisi tubuh Stella berada di atas tubuh Adrian dan wajah mereka berjarak dengan sangat dekat.

"Jangan bergerak," ucap Adrian saat Stella hendak beranjak dari atas tubuhnya. Stella mengernyit bingung, dan Adrian menunjukkan ke bawah dengan matanya. Stella menunduk dan matanya melotot sempurna saat sadar kalau tangan Adrian masuk ke dalam pakaiannya tepat di dada.

"Ahhhhhhh DOSEN MESUM!"

Teriaknya memukuli dada Adrian dan menepis tangan Adrian darinya. Ia langsung berdiri dengan mencak-mencak seakan baru saja ada binatang menjijikan menyentuh kulitnya. "Kau Dosen mesum tak tau diri, Dasar TMII. Tengil, Mesum, Idiot, Ihhhh kesel!!!"

Adrian hanya terkekeh melihat tingkah Stella yang mencak-mencak. Dia sudah duduk di atas lantai dengan memeluk lututnya sendiri.

"Naani.... cucu cantikmu ternodai!" ucapnya memasang wajah sedih.

"Ck, aku bahkan tak dapat menyentuh payudaramu. Aku malah curiga, payudaramu itu masih dalam masa pertumbuhan atau memang segitu adanya? Datar sekali," ucapan Adrian semakin membuat Stella meradang.

Ia mengambil bantal dan memukuli Adrian dengan bantal. Adrian segera menepisnya dan mengambil bantal lain. Terjadilah perang bantal di antara mereka hingga larut malam.

Matahari menerobos masuk ke celah jendela kamar. Suasana kamar sungguh berantakan bak kapal pecah. Semua bantal, guling dan selimut berserakan di lantai sedangkan di atas ranjang hanya ada dua manusia yang tampak serasi saling memeluk satu sama lainnya.

***

Unduh sekarang dan klaim hadiahnya
Scan kode QR dan unduh aplikasi Hinovel