Bab 6
Di dalam ruang pelatihan bawah tanah Akademi Bayangan…
Aura sihir kuno mengalir deras, berputar mengelilingi Rey yang duduk di tengah lingkaran sihir. Cahaya merah keunguan membakar lantai batu, menggeliat seperti tangan-tangan dari dunia lain yang mencoba meraih tubuhnya.
Eldrak, berdiri tak jauh dari sana, menatap tajam dengan sorot mata liar.
“Tubuhmu bukan milik sihir. Kau bukan anak dari dunia biasa. Maka jangan paksa sistem untuk memberimu jalan yang biasa.”
Tongkat tulang naga miliknya menghantam tanah.
“Dengar aku, Rey Vendermore! Sekarang… kau akan memaksa dunia mengakuimu! Sekarang, BUAT JOB-MU SENDIRI!!”
Tiba-tiba lingkaran sihir menyala sangat terang. Suara jeritan seperti berasal dari ratusan jiwa terdengar dari celah tanah. Suhu ruangan anjlok. Rey menggertakkan gigi, tubuhnya bergetar hebat.
“Aaarghh… Aghhh!!”
Tubuhnya seperti ditarik ke dua arah. Kepalanya penuh dengan bayangan monster, medan perang, rasa takut, kematian—semuanya berputar.
Tapi dia tidak menyerah.
Di dalam pikirannya, sebuah suara kecil berbisik:
“Kau ingin hidup, Rey. Bukan karena kuat… tapi karena kau menolak mati.”
“Kalau mereka tak memberimu kekuatan… ambil sendiri. Rebut. Jadilah mimpi buruk mereka.”
Dan saat itu juga…
DUAAR!!
Ledakan energi meletus dari tubuh Rey. Lingkaran sihir pecah. Dinding retak. Eldrak sampai terdorong beberapa langkah mundur. Aura hitam pekat bercampur merah darah menyelimuti Rey, membentuk semacam mantel ilusi seperti bayangan kabut berduri.
Sebuah sistem—yang tidak seperti sistem manapun di dunia ini—muncul di benaknya.
[!!! SYSTEM ERROR !!!]
[UNKNOWN ENTITY DETECTED]
[FORCED CLASS CREATION IN PROGRESS…]
[CLASS CREATED: NIGHTMARE]
Job Tier: Unclassified / Forbidden
Specialization: Fear | Instinct | Survival | Shadow Destruction
Passive Skill Gained: Phantom Dodge (Lv.3)
New Active Skill Unlocked: Mindbreak Slash
Rey membuka mata. Matanya sekarang… gelap, dalam, dan menyala merah samar di tengah pupilnya. Napasnya berat. Tubuhnya gemetar—bukan karena ketakutan, tapi karena kekuatan baru yang mengalir liar tanpa kendali.
Eldrak tersenyum sangat lebar.
“Hahhahahaha… Kau berhasil, anak setan…! Dunia tidak pernah punya Job seperti itu… Nightmare.”
Ia mengangguk perlahan.
“Selamat datang, Rey Vendermore. Sekarang kau bukan lagi manusia biasa. Kau adalah mimpi buruk yang tak akan bisa dikendalikan oleh siapapun.”
Pelatihan Hari Pertama: Neraka Dimulai
Langit masih belum berubah di atas Akademi Bayangan. Tapi di bawah tanahnya—tepat di sebuah arena pelatihan pribadi milik Eldrak—neraka baru saja dimulai.
Rey berdiri di tengah arena batu yang dikelilingi pilar-pilar tajam, darah kering menodai lantai. Pedangnya—sekarang berbentuk seperti bayangan hitam besar dengan retakan merah—bergetar dalam genggamannya. Ia baru saja membangkitkan Job: Nightmare, tapi belum sempat merasakan euforianya…
BRUUUKKK!!
Tubuh Rey terpental puluhan meter menghantam dinding batu. Darah muncrat dari mulutnya. Pandangannya berputar. Nafasnya tercekat.
Eldrak, berdiri tenang tanpa bergerak dari tempatnya sejak awal, menurunkan tongkat tulangnya yang barusan ia pakai memukul Rey tanpa ampun.
"Kau pikir punya skill Dodge 100% berarti kau tak bisa disentuh?!"
Suara kakek itu membentak seperti guntur, penuh kemarahan bercampur kegilaan.
"Itu hanya berlaku untuk musuh yang setara atau sedikit lebih kuat! Tapi di hadapan seseorang dengan level sepertiku—Kau... bahkan lebih lambat dari kelabang tua!"
Rey mencoba berdiri, tubuhnya gemetar, lututnya hampir menyerah.
"Kenapa… aku tidak bisa… menghindar…"
"Karena Dodge bukan cuma soal kaki!" Eldrak melesat dalam sekejap. Sebuah pukulan mengenai perut Rey, menekuk tubuhnya dua kali lipat.
"Itu soal insting, pemahaman medan, pembacaan niat musuh, dan KEPUTUSAN DALAM SEPERSEKIAN DETIK!"
"Skill-mu hanyalah alat. Tapi alat tanpa insting—tidak lebih dari besi bodoh!"
Rey kembali jatuh. Darah menetes dari dahinya, mengalir melewati matanya. Tapi kali ini… dia bangkit lebih cepat.
Matanya tajam. Nafasnya memburu. Tubuhnya mulai belajar. Dia mulai membaca langkah Eldrak, mencoba mengenali pola—meski samar.
Eldrak tersenyum tipis.
"Nah… kau mulai belajar."
"Tapi belum cukup."
“Sekarang, tahan 3 menit. Jika bisa… kau akan hidup. Jika tidak…”
Ia mengangkat tongkatnya, dan dari ujungnya muncul bentuk bayangan berwujud binatang buas yang menderu keras.
“Kau akan jadi Nightmare yang mati sebelum menjadi legenda.”
Dan pelatihan berdarah itu pun terus berlanjut.
Hari demi hari, Rey menerima pukulan tanpa bisa membalas sedikit pun.
Tapi dia terus bangkit… terus membaca…
Sampai skill Dodge-nya tak hanya 100%, tapi disertai insting tempur yang mematikan.
“Dengar baik-baik, bocah Nightmare,”
Eldrak berdiri di hadapan Rey yang kini tergeletak di lantai batu yang retak karena tubuhnya sendiri. Suaranya rendah namun menggema, seperti palu yang menghantam dinding kesadaran Rey.
“Kau berpikir kekuatan hanya datang dari otot atau sihir? Salah. Kekuatan datang dari satu hal— momentum.”**
Rey mencoba bangkit, tubuhnya lunglai dan basah oleh darah serta keringat. Tapi matanya tak lagi redup seperti sebelumnya. Tatapan itu… sekarang menyala dengan api kecil: tekad.
“Lihat benda berat yang dilempar dengan kecepatan tinggi. Bahkan jarum bisa menembus baja jika dilempar dengan cukup cepat. Kecepatan bisa mengalahkan kekuatan.”
Eldrak melangkah perlahan ke arah Rey, setiap langkahnya terasa seperti tekanan gravitasi yang meningkat.
“Dari awal, kau dikutuk tidak punya mana. Tapi kau punya satu hal yang bisa menghancurkan semuanya—kecepatan alami dan insting bertahan hidup.”
Ia mengangkat satu jari.
“Dan aku akan menjadikannya senjata utamamu. Bukan hanya menghindar… tapi menyerang lebih cepat daripada mereka bisa berpikir.”
“Aku akan membentukmu menjadi…”
Eldrak tersenyum lebar, giginya terlihat mencuat seperti binatang buas.
“…pejuang tercepat yang pernah dilahirkan dunia ini. Bukan Assassin. Bukan Warrior. Tapi sebuah peluru hidup yang bahkan dewa pun sulit untuk melihat.”
Hari-hari selanjutnya menjadi mimpi buruk baru.
Eldrak membawa Rey ke medan pelatihan yang lebih ekstrem:
Lintasan batu berduri yang harus dilewati dengan kecepatan penuh—tanpa sepatu.
Serangan cahaya sihir otomatis yang hanya bisa dihindari dengan refleks instan.
Lawan bayangan ilusi yang meniru gerakan Rey, dan hanya bisa dikalahkan dengan gerakan yang lebih cepat dan tidak terduga.
Setiap kali Rey terjatuh, Eldrak hanya tertawa.
“Lambat! Gerakmu masih seperti kucing pincang!”
Tapi hari demi hari, tubuh Rey mulai merespons lebih cepat daripada pikirannya sendiri. Gerakan Dodge-nya menjadi bukan hanya refleks—tapi pra-insting. Dan setiap langkah cepat yang dia ambil mulai menyimpan kekuatan ledakan.
Hingga suatu hari, saat ia menyerang target latihan dengan tebasan horizontal…
BRUAAAKKK!!
Target kayu sekeras baja itu pecah menjadi dua dengan satu pukulan. Debunya belum sempat turun ketika suara notifikasi muncul di kepalanya.
[Skill Baru Didapatkan!]
>> Flash Fang – Serangan kecepatan tinggi yang menyalurkan momentum ke dalam satu tebasan kuat. Damage meningkat seiring kecepatan gerak sebelumnya.
Eldrak mengangguk perlahan.
“Nah… sekarang kita mulai benar-benar melatihmu sebagai Nightmare. Bukan hanya mimpi buruk yang tak bisa disentuh… tapi juga yang bisa menghancurkan dalam sekejap.”
Hari itu akhirnya datang.
Di tengah arena bawah tanah yang sama—bau logam darah masih kental, dinding penuh bekas tebasan dan hantaman sihir—Rey berdiri tegak. Tubuhnya penuh luka, tetapi matanya fokus. Nafasnya teratur. Ia tahu pukulan berikutnya dari Eldrak akan datang… seperti biasa.
“Hyaaaahhh!!”
Eldrak melesat. Tongkat tulangnya meluncur ke arah leher Rey dengan kecepatan yang sulit dipercaya. Tapi kali ini, Rey tidak terpaku seperti biasanya.
Matanya menangkap gerak halus bahu Eldrak.
Kakinya bergerak sepersekian detik lebih cepat.
Tubuhnya condong ke kiri, dan—
WHOOSH!!
Pukulan Eldrak meleset. Untuk pertama kalinya.
Rey berdiri di samping Eldrak. Nafasnya sedikit tersengal, tapi tatapannya mantap.
Dia berhasil menghindar.
Sunyi.
Bahkan bayangan di dinding ikut membisu.
Rey merasa dadanya penuh—antara tak percaya dan ingin tertawa. Tapi sebelum ia sempat merayakannya...
DUGG!!
Sebuah kotak hitam besar jatuh dari langit-langit arena, menghantam lantai hingga retak. Di dalamnya, rantai-rantai logam dan pelat beban yang menyatu seperti baju zirah neraka.
“Selamat.”
Eldrak berbalik perlahan, suaranya tenang… namun dingin.
“Karena kau sudah bisa menghindar, berarti kita naik level.”
“Mulai sekarang, kau akan membawa beban pelat logam seberat 10x berat badanmu setiap hari.”
Tanpa menunggu protes, Eldrak menarik rantai dan mulai menggulungnya di tubuh Rey, dari bahu, dada, hingga pergelangan kaki. Setiap lilitan membuat Rey nyaris roboh.
"Ugh... k-kakek gila, ini... gila..."
“Kau baru sadar?” Eldrak terkekeh.
Dan sebelum Rey bisa menstabilkan kakinya, Eldrak melemparkan sebuah pedang raksasa ke arah Rey. GUBRAKKK!!
Tanah bergetar ketika pedang itu jatuh di depannya.
“Itu senjatamu sekarang. Beratnya 100kg. Nama teknikmu Flash Fang, kan? Mari kita lihat… apakah taringmu masih bisa menggigit dengan beban neraka di punggungmu.”
Rey memandangi pedang itu. Besarnya hampir seukuran tubuhnya sendiri. Pegangannya kasar. Mata pisaunya hitam legam dengan semburat merah tua, seakan pernah menelan darah ribuan monster.
Tangan Rey bergerak. Ia mencengkeram gagangnya. Tangannya gemetar. Ototnya menegang. Tapi—perlahan—pedang itu terangkat.
Sedikit. Lalu… sedikit lagi.
“Hrrraaaaghhhh!!!”
Dengan seluruh kekuatan tubuhnya, Rey berhasil mengangkat pedang itu… walau lututnya masih gemetar keras.
Eldrak tersenyum tipis.
“Bagus. Sekarang latih kecepatanmu… dengan neraka di pundakmu.”
Dan sejak hari itu, pelatihan Rey menjadi lebih brutal.
Ia berlari, melompat, menebas, semua dengan beban yang bisa menghancurkan tulang manusia biasa.
Tapi di setiap gerak lambat itu… tubuhnya belajar.
Dan hari demi hari, kecepatannya kembali… bahkan melampaui sebelumnya.
