Pustaka
Bahasa Indonesia
Bab
Pengaturan

Bab 2 Sarapan Mertua

Purnama bangun setelah 2 jam tertidur. Ia segera menuju dapur untuk memasak air. Diisinya air di panci besar lalu menjerangnya di atas kompor. Dikeluarkannya bahan-bahan untuk memasak dari dalam kulkas. Nasi sisa semalam ia masak menjadi nasi goreng untuk sarapan. Ia juga memasak nasi baru untuk makan siang.

Adzan Subuh berkumandang, Purnama mandi hadats besar lalu menunaikan kewajibannya pada sang Pencipta. Bintang masih terlelap di ranjang tepat di samping Purnama yang sedang sholat. Ia tidak tahu kenapa sang suami menuduhnya selingkuh bahkan menyematkan julukan paling menjijikkan padanya. Ia berdoa agar Allah membuka tabir kebenaran tanpa ada lagi keributan diantara mereka.

"Mas, Subuh, mandi, sholat!" Purnama menggoyangkan bahu suaminya.

"Euh ...." Bintang melenguh dan merubah posisi menjauhi istrinya.

"Mas, nanti waktu subuhnya keburu habis loh,"

"Ngantuk." ucap Bintang tanpa sedikit pun membuka matanya.

"Ayo, Mas, bangun!" Purnama membuka sedikit selimut yang menutupi suaminya berharap ia segera bangun.

"Cerewet banget sih lu!" Bintang menutup tubuhnya kembali dengan selimut lalu kembali tidur.

Purnama menghela nafas, ia tahu suaminya bukanlah lelaki sholeh saat mereka menikah namun ia selalu berharap suaminya dapat berubah. Tiap hari Purnama berusaha dengan lembut menegur dan memberi tahu suaminya tentang kewajiban dalam agama yang harus dilaksanakan dan doanya tidak pernah putus untuk suaminya.

Purnama juga sadar dia bukanlah wanita sholehah, dia pun belum berhijab namun Purnama selalu berusaha melakukan yang ia bisa. Bajunya selalu sopan, sholat 5 waktu juga tidak pernah ia tinggalkan, bersedekah pun menjadi kebiasaan dan kadang ia melakukan puasa sunah.

Ia tinggalkan Bintang yang masih bergelut dengan selimut menuju ke dapur. Jam 6.30 pagi ia harus berangkat dan sebelum ia berangkat makanan untuk suaminya harus sudah matang. Setiap hari sebelum bekerja Purnama selalu memasak untuk sarapan dan makan siang suaminya.

Asik berkutat di dapur, tidak terasa waktu telah menunjukkan pukul 6 pagi. Pintu rumah diketuk, Purnama tahu siapa yang datang karena beliau hampir tiap pagi datang ke rumah.

"Masuk, Pih." Pria paruh baya dengan rambut yang telah memutih berdiri di depan Purnama. Begitu pintu dibuka ia masuk ke dalam. Ucapan Purnama yang mempersilakannya masuk hanya basa basi semata karena tanpa dipersilakan pun beliau akan masuk.

"Udah bikin sarapan?" Martoyo, sang bapak mertua bertanya sambil melihat ke arah meja makan.

"Udah, itu ada nasi goreng di meja makan."

Martoyo duduk di meja makan dan menyendokkan nasi ke piringnya, "Kamu udah sarapan?"

"Saya sarapan di kantor saja, takut kesiangan."

"Mana Bintang?"

"Masih tidur."

"Owh."

"Saya siap-siap ke kantor dulu, Pih."

Ini adalah pemandangan sehari-hari di rumah Purnama. Rumah yang dihuni Purnama adalah milik mertuanya, mereka memiliki 2 rumah yang berdampingan. Mertua Purnama tinggal di samping rumah yang dihuni Purnama. Sang ibu mertua lebih sering berada di ruko yang mereka miliki dan pulang hanya beberapa hari sekali. Karena itulah bapak mertua Purnama selalu sarapan di rumah Purnama.

Blazer beserta celana panjang dengan warna senada dikenakan Purnama, kantor tempatnya bekerja sedang amat sibuk hingga beberapa hari ini ia harus berangkat lebih pagi. Biasanya jam 7.30 ia berangkat.

Messenger bag diselempangkan Purnama di bahunya. Rambut selehernya telah disisir rapi. Ia mendekati bapak mertuanya yang sedang menikmati sarapan.

"Pamit, Pih. Saya berangkat. Assalamualaikum."

"Waalaikum salam."

______

Bintang bangun dari tidurnya saat matahari telah sepenggalan naik. Dari kamar tidur ia langsung menuju meja makan. Kopi buatan istrinya telah dingin begitu juga dengan nasi goreng yang ada di sebelahnya.

Kopi dingin dan nasi goreng itu ia nikmati dengan lahap karena perutnya sangat lapar. Bintang mengecek pesan di gawainya sambil menyuapkan sesendok nasi goreng.

[Bener kan kata mami kalo istrimu diantar atasannya?]

[Iya]

[Jangan diam saja Bintang]

[Udah aku kasi pelajaran semalam.]

[Bagus]

Bintang menaruh gawainya lalu melanjutkan makannya. Satu piring nasi goreng beserta segelas kopi telah ia habiskan. Sekarang waktunya Bintang bekerja.

Tanpa mandi, hanya cuci muka Bintang berangkat ke bengkel miliknya.

Unduh sekarang dan klaim hadiahnya
Scan kode QR dan unduh aplikasi Hinovel