Pustaka
Bahasa Indonesia
Bab
Pengaturan

Bab 5 : Gatel, Dok!

Caelum jadi tidak enak. Dari nada bicaranya, jelas kalau Fey merasa tidak nyaman karenanya. Dia jadi lebih canggung saat mengikuti Fey keluar dari bangsal klinik menuju ke parkiran. Apalagi beberapa saat kemudian Fey berbalik dan memelototinya. “Kau tidak usah mengikuti aku. Aku mau ke koperasi beli pembalut dan ke kamar mandi!”

Caelum tidak berani mengatakan apapun dan hanya bisa menjawab, "Ya."

"Kau bisa kembali ke kantor. Aku bisa pulang sendiri." Fey melirik pria yang masih berdiri di sampingnya.

"Baiklah!"

Begitu selesai bicara, dia langsung pergi ke warung serba ada yang ada di area klinik. Namun ketika ingin membayar barang belanjaannya, Fey baru menyadari bahwa dia meninggalkan tas jinjingnya. Barang itu dia letakkan di sisi tempat tidur ketika dia ingin diperiksa.

Tidak ada pilihan, dia harus kembali untuk mengambil tas miliknya. Tapi baru beberapa langkah, dia langsung menahan langkahnya.

"Hawke?" Fey terkejut melihat gadis yang berjalan tergopoh-gopoh dari parkiran, menuju klinik.

Tubuhnya menegang dan dia berdiri terpaku di tempatnya. Karena Fey tidak mau Hawke melihatnya, dia langsung menyembunyikan dirinya dengan menghadap ke tembok dan menundukkan kepalanya. Dia harus pura-pura terisak, pura-pura menjadi orang yang sedang mengalami kesedihan yang amat sangat agar teman sekolahnya itu tidak mengetahui keberadaannya.

"Kenapa dia datang ke sini?" tanya Fey dalam hati.

Semalam, Janus bilang akan menjemput gadis ini di bandara. Sekarang, bagaimana bisa dia datang ke tempat ini dengan penampilan yang begitu rupa.

Ya....

Fey hampir tidak mengenali wanita yang sangat dicintai oleh suaminya itu.

Hawke yang barusan saja dilihatnya itu, sangat jauh berbeda dengan Hawke yang dulu. Hawke yang menjadi primadona sekolah karena kecantikan dan penampilan gadis ini yang selalu modis dan memukau. Tidak heran jika kaum pria dari kelas 10 hingga kelas 12 tergila-gila padanya. Tak terkecuali Janus.

Mungkin karena Janus berasal dari keluarga kaya raya, Hawke membalas perhatian Janus dan mereka didaulat menjadi pasangan paling keren dan paling serasi pada masanya.

"Dia juga ke dokter Sky? Ada apa?"

Fey terus megikuti langkah Hawke dengan gerakan matanya, sementara tubuhnya masih dalam posisi merapat di tembok.

Setelah Hawke masuk ruangan, dia melihat sekeliling. Bergeser dengan kewaspadaan menuju parkiran. Dia pikir, Hawke datang bersama Janus. Tapi sayang, matanya melihat satu persatu barisan mobil yang parkir di sana dan dia tidak menemukan pria itu di sini. Jangankan orangnya, mobilnya juga tidak ada.

Fey juga sudah tidak melihat mobil Caelum. Sudah pasti kalau asisten suaminya itu juga sudah meninggalkan tempat ini.

Fey tidak bisa menahan rasa penasarannya. Dia mencari cara bagaimana bisa mengetahui apa yang dilakukan oleh Hawke di tempat ini tanpa harus diketahui olehnya. Setelah beberapa saat mempelajari situasi, dia langsung melihat kalau ruang praktek dokter Sky ada di samping taman.

Alih-alih sedang menunggu giliran, dia langsung duduk di teras, di dekat jendela yang terbuka lebar dan memasang telinganya baik-baik.

"Kenapa tidak segera di periksakan kalau sudah merasa tidak nyaman?" terdengar suara dokter Sky yang terdengar cukup jelas oleh Fey.

"Sudah ditangani oleh dokter hanya saja saya cuma di kasih obat yang diminum dan juga salep. Tapi sepertinya tidak bisa mengatasi karena semakin ke sini, kok makin gatel, Dok,"

"Iya, luka cukup serius. Kulitnya sudah menebal jadi wajar kalau gatel,"

"Apa saya kena PMS, Dok?"

"Kita lakukan pemeriksaan mikroskopis dulu, ya,"

"Hah!"

Fey tercengang. Untung dia buru-buru menutup mulutnya jadi tidak menimbulkan suara apapun.

Yang membuat Fey tak kalah kaget, dia mendengar suara Hawke yang begitu familiar menceritakan nasibnya dengan sang dokter.

Fey tercengang-cengang mendengarnya. Hawke bilang kalau selama dalam tahanan, dia mendapatkan perilaku yang tidak baik dari napi. Dia terpaksa melakukan itu karena tidak mau tinggal di dalam sel yang sempit dengan banyak penghuni.

Demi hidup yang sedikit lebih enak, dia harus menjadi budak nafsu dan melayani siapapun yang ingin melepaskan hasratnya dengan upah yang cukup membuatnya bisa makan enak dan tidur di kasur yang empuk.

"Ya, saya bisa faham bagaimana kerasnya di dalam sana. Tapi kenapa tidak pakai pengaman?"

"Pakai, Dok. Sarung pengaman, cincin vagina dan pil anti hamil sudah jadi kebutuhan pokok saya. Kalau tidak hamil berapa kali saya,"

Dokter muda itu tersenyum hambar. "Bisa jadi inveksi karena ganti-ganti pasangan dan kebersihannya juga tidak terjamin,"

“Awalnya gatel-gatel, Dok. Makin lama makin ga ketulungan, saya ga bisa tahan untuk tidak menggaruknya. Akhirnya luka. Awalnya kecil tapi kok lama-lama menyebar. Hah…..sial banget nasib say aini,”

Terdengar suara helaan nafas panjang Hawke sebelum akhirnya dia memohon pada sang dokter.

"Apa bisa sembuh dan bisa kembali seperti perawan, Dok? Setelah bebas, saya harus melanjutkan hidup. Saya mau menikah dengan pria yang sangat mencintai saya. Saya tidak mau dia kecewa karena keadaaan saya yang begini ini,"

"Saya tidak bisa janji, tapi akan saya usahakan,"

"Ya, saya percaya dengan kemampuan dokter. Sebelum ke sini, saya browsing dan membaca testimoni. Banyak yang puas dengan pelayanan klinik ini,"

Fey masih ingin mendengar lebih banyak lagi tapi dia melihat petugas kebersihan datang ke arahnya.

Sebelum pria itu curiga, Fey lebih dulu menjelaskan.

"Saya pasien dokter, Sky. Di dalam masi ada pasien, jadi saya nunggu di sini. Tidak apa kan, Pak?"

"Iya, Mbak. Tapi biar lebih nyaman, tunggu di depan ruangannya saja. Saya mau nyiram kembang,"

Akhirnya, dengan terpaksa, Fey beranjak dari tempat duduknya dan kembali ke kantin.

Melihat ibu kantin yang melihat dia datang lagi tapi belum mengambil belanjaannya, Fey menjelaskan "Saya belum mengambil tas, masih ada pasien yang konsultasi. Tidak enak jika saya memaksa masuk,"

Untungnya lagi buat Fey. Saat dia bilang begitu, ada perawat yang lewat. Dia menawarkan diri untuk membantunya mengambil tas Fey di ruang dokter Sky.

Fey tidak menolak. Dengan begitu, dia tidak ketahuan oleh Hawke tapi bisa tahu, apa yang terjadi dengan wanita itu selama tiga tahun menghilang tanpa kabar.

"Dia di penjara?"

"Kasus apa?"

"Trus ...apa Janus tahu tentang ini?"

Fey terus berpikir.

"Tapi.....aku rasa Janus tidak tahu menahu soal Hawke yang ditahan. Semalam dia begitu bahagia ketika menerima telpon wanita itu,"

Melihat bagaimana ekpresi Janus tadi malam, mustahil sekali kalau dia tahu hal yang sebenarnya dan dia bersikap seperti tidak terjadi apa-apa.

Janus pria yang perfeksionis. Dia selalu menginginkan hal yang sempurna. Sesuatu yang menjadi incaran bayak orang, sudah pasti akan menjadi targetnya di masa depan.

"Jadi kalau Hawke mantan napi dan di dalam sana di menjadi penghangat banyak pria,apa mungkin Janus masih mau bersama Hawke?"

"Tidak ....ini tidak boleh dibiarkan. Aku harus menyelamatkan Janus. Kalau sampai Hawke benar-benar kena PMS dan menulari Janus, bagaimana dengan keluarga J? Mereka akan kehilangan satu-satunya generasi yang punya hubungan darah.

Fey masih kecewa dengan sikap Janus yang menarik senjata pusakanya dari dirinya hanya karena telpon dari Hawke. Ini sangat jelas kalau keberadaan Fey, kehangatan yang dia berikan untuk laki-laki ini selama hampir tiga tahun ini tidak membekas sama sekali.

Jangankan berharap pria itu bisa mencintainya,dia tidak ingin cerai saja, Janus tidak mengabulkannya.

Tapi pada dasarnya Fey adalah gadis yang baik dan apa adanya.

Batinnya berontak jika dia harus menyembunyikan apa yang dia dengar dari balik tembok tadi

Unduh sekarang dan klaim hadiahnya
Scan kode QR dan unduh aplikasi Hinovel