Bab 4 : Sedang Datang Bulan
Kini, Fey duduk sendirian di sisi tempat tidur. Dia melihat kamar dan hanya tinggal dirinya saja. Sambil mengelus tempat tidur, dia membatin, "Apakah segala bentuk permainan yang mereka nikmati selama dua tahun delapan bulan itu akan berakhir?"
Dia tersenyum pahit. Ke depannya, mungkin kamar ini hanya akan dia tempati seorang diri saja.
Tidak akan ada suara desahan yang memecah keheningan seperti saat Janus pulang untuk melampiaskan hasratnya. Mungkin setelah ini dia tidak akan datang lagi, jika dia butuh pelepasan, mungkin dia akan mencari kekasihnya.
Sakit sekali ketika pikiran itu muncul di kepalanya tanpa dia minta.
Ya.....siapa yang tidak sakit merasakan ini.
Sebagai istri, meskipun hanya mereka berdua yang tahu tentang hubungan ini, Fey selalu menunjukkan sikap yang baik dalam kehidupan sehari-hari. Apalagi urusan di tempat tidur, Fey sudah menjadi pelayan yang sempurna.
Tidak peduli kapan Janus akan datang dan permintaannya yang kadang sangat keterlaluan, dia tidak pernah menolak.
Fey akan melayaninya sambil menikmati kesenangannya sendiri.
Memikirkan itu semua, pikirannya lelah, hatinya terluka. Tanpa sadar dia membaringkan tubuhnya dan terlelap.
Hari sudah menunjukkan jam tiga pagi, Fey masih punya waktu untuk istirahat sebelum menjalani hari-harinya yang berat karena Janus tidak akan pernah menghampirinya lagi untuk minta bantuan melemaskan persendiannya yang menegang.
*****
Keesokan harinya, Fey terbangun setelah mendengar suara ketukan di pintu apartemen yang dia tinggali. Caelum datang. Dia sudah siap mengantar Fey ke rumah sakit, seperti yang dikatakan Janus tadi malam.
Setelah mencoba yang terbaik untuk menenangkan diri, Fey hanya butuh sepuluh menit untuk mandi dan ganti pakaian.
"He...he....maaf harus menunggu. Aku tadi ketiduran," Kata Fey merasa tidak enak karena membuat pria itu harus menunggunya. Dia langsung menghampiri pria yang seusia dengan Janus, yang menunggu di samping mobil, di parkiran.
Dia memang bersikap patuh dan tidak berdaya ketika di depan Janus tapi dia tumbuh menjadi gadis yang energik dan penuh semangat di depan orang lain.
Caelum tersenyum datar. “Tidak apa. Justru aku yang minta maaf, aku rasa aku datang terlalu pagi,"
Fey hanya meresponnya dengan tersenyum
"Pak Janus memintaku mengantar kau ke rumah sakit,"
"Kau sudah membuat janji?" selidiki Fey. Dia ingin tahu, apakah Janus benar ingin dia melakukan operasi itu.
"Sudah. Bos bilang kau sering kesakitan jika sedang datang bulan, jadi perlu pemeriksaan yang serius. Makanya aku sudah membuat janji dengan dokter yang akan membantumu menangani keluhan itu,"
Fey membuka pintu mobil dengan marah. “Baik, ayo kita pergi!”
Mobil itu langsung melaju ke arah rumah sakit swasta terbaik dan termahal di wilayah itu. Rumah sakit yang punya beberapa cabang dan menjadi rumah sakit para orang kaya.
Fey sudah hafal dengan tempat ini karena keluarga Janus selalu berobat di sini. Beberapa kali juga dia menemani neneknya untuk terapi.
Saat mobil yang mereka tumpangi mendekati rumah sakit, tidak ada tanda-tanda mobil itu akan menepi.
"Kok ga belok?" tanya Fey bingung.
"Bukan di sini tempatnya,"
"Loh…Kok begitu? Kenapa Janus tidak bilang lebih awal,"
"Katanya demi privasi kamu, Fey. Jika di rumah sakit itu, bagaimana jika ada yang kenal dan bertanya apa tujuannya berkunjung ke dokter ginekologi rekonstruksi?"
Karena alasan itu cukup masuk akal, akhirnya Fey diam saja. Beberapa menit kemudian, mereka sampai di sebuah klinik. Fey terpaksa turun meskipun dia belum bisa mencerna, apa tujuan Janus mengirimnya ke sini?
Caelum mengikuti Fey sampai ke ruang pendaftaran pasien.
Ketika pria akan masuk ke ruang konsultasi dokter, Fey langsung menghentikannya. "Tunggu di sini saja. Lucu sekali jika kau ikut ke dalam, kan?"
Caelum melihat plang di pintu dan ekspresinya menjadi canggung. Akhirnya dia hanya bisa menjawab, "Aku akan menunggu kau di sini."
Fey hanya tersenyum hambar. Dia benar-benar tidak tahu kenapa Janus mengirim asisten untuk menemaninya datang ke tempat seperti ini. Jika dia tidak punya waktu, kenapa tidak membiarkannya datang sendirian saja.
Caelum melihat tanda di pintu itu sekali lagi dan tersenyum canggung. Dia hanya bisa menjawab, "Ok. Aku akan tunggu di sini."
Seharusnya Janus menemaninya. Bagaimanapun juga, mereka adalah suami dan istri. Caelum tidak tahu mengapa dia mengirim dirinya ke tempat yang membuat dia jadi serba salah seperti ini
Fey masuk dan menutup pintu. Ketika dia melihat dokter wanita yang masih muda, dia menyapa.
"Pagi Fey, silahkan duduk," dokter muda itu langsung membalas dengan ramah.
"Pagi, Dok," Fey kembali membalas. Dia sudah duduk di kursi yang sudah disiapkan untuk pasien dan entah karena apa, tiba-tiba dia menjadi kikuk.
"Jadi begini, Pak Janus sudah menghubungi saya. Beliau bilang kalau ada adik sepupunya mau jadi perawan lagi buat nyenengin suami,"katanya dengan mengedipkan matanya.
"Duh .... beruntung sekali pria yang menjadi suami mbak Fey. Sangat tau apa yang jadi sumber kebahagiaan pak suami,"
Fey tersenyum. "Sepertinya kakak saya salah faham, Dok,"
"Oh,ya?" dokter itu langsung mengeryit.
"Aku baru mau menikah. Aku ke sini bukan karena ingin operasi itu," Fey malu menyebut organ pribadinya.
"Kenapa juga aku harus operasi kalau aku belum pernah berhubungan dengan lawan jenis dan aku juga tidak pernah mengalami kecelakaan yang mungkin bisa menyebabkan selaput darahku rusak,"
"Oh, begitu. Jadi apa yang bisa saya bantu?" tanyanya sedikit kecewa. Mungkin dokter ini mengira, datangnya Fey ke tempat ini akan membawa rezeki untuk kliniknya tapi mendengar penjelasannya, sepertinya ada kesalahpahaman.
Fey cukup tahu. Karena tidak mau mematahkan harapan sang dokter, dia langsung menjelaskan tujuannya. "Saya mau cek kesehatan Miss V saya saja. Untuk memastikan kesehatannya saja karena saya berharap, bisa hamil secepatnya,"
Dokter itu mengangguk faham.
Dibantu asistennya, dokter itu segera meminta Fey naik ke meja pemeriksaan. Tapi Fey sudah punya rencana untuk menghindari barang pribadinya dilihat oleh orang lain.
Ketika dia ingin menurunkan pakaian dalamnya, dia langsung memasang wajah sedih.
"Dok, saya lagi dapet, nih,"
Dia pura-pura merasa malu dan langsung mengenakan dalamnya lagi.
"Bagaimana kalau kita bikin jadwal lagi. Aku merasa ga nyaman diperiksa kalau lagi begini,"
"Ok, tidak masalah,"
"Maaf banget. Sebenernya belum waktunya tamu saya datang. Mungkin karena stres menjelang pernikahan, jadi begini," Fey mengungkapkannya dengan tatapan bersalah.
Dokter itu menggelengkan kepalanya. “Tidak masalah. Hal seperti ini wajar terjadi pada gadis yang menunggu datangnya hari bahagia itu. Kita bisa buat jadwal ulang jika anda masih menginginkan pemeriksaan. Biar saya sampaikan ke Pak Janus,"
Fey jadi sedikit tenang. Dia tahu kalau Janus sudah menginginkan sesuatu, siapapun tidak bisa menolak. Jadi cara seperti ini yang bisa membuat Fey menghindar rencana gilanya itu.
Tapi dia tidak ingin menyusahkan dokter ini, makanya dia membuat rekayasa datang bulan yang dadakan .
Setelah selesai, Fey keluar dari ruangan dengan kesedihan yang mendalam. "Aku tidak bisa melakukannya karena aku sedang datang bulan "
Dia melemparkan resep yang diberikan sang dokter ke Caelum. "Kau bisa memberikan ini ke Pak Janus. Sebagai bukti kalau kau sudah mengantar aku kemari,"
