Pustaka
Bahasa Indonesia
Bab
Pengaturan

Bab 5

Rindi tengah berjalan jalan di sisi pantai dengan kaki telanjangnya. Ia membiarkan ombak menerpa kakinya, laut memang selalu membuatnya nyaman dan tenang. Ia menatap hamparan lautan luas dengan melipat kedua tangannya di dada.

"Ternyata kau di sini," ucap seseorang membuat Rindi menengok ke arahnya. Daffa selalu saja mengganggunya. Dimanapun ia berada, Daffa terus mengikutinya membuat ia semakin jengah. Rindi hendak berlalu pergi meninggalkan Daffa tetapi tangan Daffa sudah lebih dulu menahan pergelangan tangannya.

"Lepas," ucap Rindi terdengar dingin.

"Ayolah Randa, kamu ini kenapa sih? Biasanya kamu selalu mengajakku pergi bersama, kamu sedang marahan dengan Samuel atau gimana? Kenapa terlihat sensi sekali," ujar Daffa membuat Rindi mendengus kesal. Bagaimana bisa Randa berteman dengan laki-laki berisik seperti Daffa.

"Aku sedang tak mood berbicara denganmu," ujar Rindi menepis tangan Daffa dan beranjak pergi.

"Kenapa? Apa karena kau tak mengenalku, nona Rindi."

Deg... Rindi menghentikan langkahnya saat mendengar ucapan Daffa barusan. Ia berbalik ke arah Daffa yang tengah tersenyum manis padanya.

"Ada apa? kamu kaget karena aku mengetahui identitasmu yang sebenarnya." ucap Daffa santai dan berjalan mendekati Rindi.

"Identitas apa maksudmu?" ujar Rindi kesal.

"Identitas kalau kamu bukan Randa basupati tetapi Rindi basupati, kembarannya Randa. Aku tau, karena sikapmu sangat bertolak belakang dengan Randa."

"Lalu setelah mengetahuinya, kamu mau apa? mau melaporkannya?" Tanya Rindi.

"Tidak, aku bukan tipe orang penjilat. Tak ada untungnya juga aku melaporkanmu kepada orang tua itu." Ujarnya membuat Rindi mengernyitkan dahinya bingung. Apa mau pria ini?

"Baiklah kalau begitu tak ada masalah," Rindi hendak berlalu tetapi Daffa kembali menarik tangan Rindi hingga tubuhnya menabrak dada bidang Daffa.

"Lepaskan !!! apa lagi mau kamu?" pekik Rindi sudah sangat emosi.

"Jangan emosi begitu. Dengar, aku tetap membutuhkan imbalan darimu untuk rahasia ini." ujar Daffa menampilkan seringainya dan sialnya itu terlihat sangat tampan.

"Aku tidak meminta kamu untuk menyimpan rahasia ini. Lepaskan," Rindi terus memberontak tetapi Daffa malah semakin merengkuhnya.

"Begini nona Rindi, bukan hanya kamu yang rugi kalau identitasmu tersebar hingga ke media, tetapi juga Randa kembaranmu itu. Bisa saja kalian berdua di anggap penipu," ucap Dafa membuat Rindi semakin mendengus kesal.

"Lalu apa maumu sekarang, tuan Daffa yang terhormat." Rindi mengangkat wajahnya dengan angkuh seakan tak ingin kalah dari Daffa.

"Bagaimana kalau malam ini di kamarku," tawar Daffa. "aku akan menjamin keamanan identitasmu itu." tambah Daffa tanpa melihat wajah penuh amarah Rindi.

Sekuat tenaga Rindi mendorong tubuh Daffa hingga terlepas dari rengkuhannya.

Plak...Rindi menampar wajah Daffa dengan sangat keras membuat Daffa meringis.

"Dasar bajingan !! loe pikir gue cewek apaan hah?? Gue bukan cewek murahan, jangan samakan gue dengan pelacur pelacur loe !!" amuk Rindi. "Dengar tuan Daffa arya ghossan yang terhormat, aku tidak perduli dengan ancamanmu itu. Kamu mau membeberkan identitasku yang menyamar sebagai Randa, silahkan saja. Sekalian adakan konferensi pers, karena aku tidak perduli!!" ujar Rindi penuh penekanan dan berlalu pergi meninggalkan Daffa sendiri.

Daffa tersenyum sambil mengusap pipinya yang terasa ngilu. "Dia itu benar-benar," kekeh Daffa. "dia pikir aku mau ngapain, aku hanya ingin mengobrol dengannya. Tidak mungkin aku mengajaknya ke restaurant di daerah sini. Aku malas di kerumuni dan di ganggu oleh para wanita bar bar." Daffa terus memperhatikan punggung Rindi yang sudah menjauh.

"Sepertinya kali ini tantanganmu sangat sulit, Daffa. Ayolah sang petualang, kita luluhkan gadis galak itu." gumamnya dan berlalu pergi.

***

Di dalam kamar hotelnya, Rindi mondar mandir karena kekesalannya. Hatinya langsung bergemuruh mendengar ucapan Daffa tadi. Ia merasa di rendahkan oleh Daffa, dia pikir Rindi ini gadis murahan yang rela memberikan selangkangannya kepada artis arrogant macam Daffa.

"Dia pikir dia siapa, walaupun wajahnya bak dewa tetapi kelakuannya mirip sekali dengan iblis. Dasar pria arrogant, cabul, mesum. Mati saja kau Daffa sialan !!" Amuk Rindi sangat kesal seraya melempari semua bantal dari atas ranjangnya.

"Dia pikir, dia itu siapa. berani sekali dia mengajakku ke kamarnya, dia pikir semua wanita akan tunduk karena ketampanannya? Ya tuhan,,, aku butuh Percy sekarang," gumam Rindi mengusap wajahnya gusar. Ia beranjak dari atas ranjang segera mengambil handphonenya dan mencoba menghubungi Percy, tetapi tak ada yang mengangkatnya.

"Kenapa tidak di angkat? Kamu dimana sih Percy, aku butuh kamu." gumam Rindi.

***

Unduh sekarang dan klaim hadiahnya
Scan kode QR dan unduh aplikasi Hinovel