Pustaka
Bahasa Indonesia
Bab
Pengaturan

Bab 3 Siapa Wanita Hamil itu ?

Roy mendelik dan langsung merebutnya dengan kasar. Wajahnya memerah, sorot matanya tajam menatap wajah Sari mengisyaratkan kemarahan.

Sari tertunduk, takut. Selama ini dia tak pernah melihat wajah Roy seperti itu.

"Lancang kamu ya jadi istri!" Bentak Roy.

"Mas, aku tadi ga sengaja nemuin di kantong celanamu. Aku kan istri kamu. Aku berhak tau mas," ucap sari dengan tubuh bergetar.

"Ini uang buat pengobatan bapak. Puas kamu!" ucapnya sambil beranjak pergi.

"Bapak sakit, mas. Kok kamu ga bilang sama aku," ucap sari sambil mengekor Roy.

"Ah! Udah bawel. Jangan ikut campur urusanku. Urusin aja tuh anak-anak kamu yang rakus." Roy berjalan cepat mengambil kunci mobil dan melangkah pergi meninggalkan sari.

"Mas. Kamu mau kemana lagi mas," teriak Sari. Roy pun pergi tanpa menjawab, sudah menjadi kebiasaan seperti itu.

Sari menjambak kasar rambutnya. Ada rasa bersalah merasuk didada, jika benar ayahnya mas Roy sakit. Sungguh dia merasa bersalah telah berprasangka buruk pada suaminya.

Sari pun berinisiatif menelpon sang mertua ingin mengetahui bagaimana kesehatannya. Kedua orang tua Roy memang masih lengkap, mereka tinggal di kota sebelah lumayan jauh jika harus pergi kesana. Sari berpikir mungkin Roy jarang pulang karena harus menjaga sang ayah.

Kedua orang tua Roy sangat menyayangi Sari seperti anaknya sendiri. Begitu pun Sari kepada mereka.

Tak lama telpon pun tersambung, terdengar suara sang ibu mertua disebrang sana. Sari sangat terkejut, mendengar kabar dari sang mertua.

Sari terkejut, ayah dan ibu mertuanya sehat wal'afiat. Bukan sari tak senang tetapi sari mendapatkan fakta baru. Roy telah berbohong dengan mengatakan ayahnya sakit. Ibu mertuanya pun mengatakan bahwa sudah lama Roy tak berkunjung kerumahnya.

Sari mendesah, kepalanya terasa pening memikirkan ini semua. Sari hanya berharap semua prasangka buruknya itu tidak lah benar.

***

Hari-hari berlalu, Sari melakukan aktivitas seperti biasa. Sari tak pernah membahas tentang kebohongan yang dilakukan Roy. Sari pura-pura percaya apapun alasan yang dikatakan Roy.

Sari sebenarnya semakin curiga melihat gelagat suami, tapi dia Bingung harus melakukan hal apa. Dia belum memiliki cukup bukti untuk menuduh suaminya itu.

Hingga suatu hari Sari pergi ke minimarket bersama Baim. Tanpa sengaja mereka melihat Roy sedang mengandeng mesra seorang wanita hamil. Seketika hati Sari panas, tanpa berpikir panjang sari pun melabrak mereka.

"Mas, ngapain kamu disini," ucap Sari berusaha tenang pada suaminya.

Roy terlihat tegang saat sari datang menghampirinya, wajahnya memerah menahan amarah. Namun, dia segera menggandeng wanita tersebut keluar dari minimarket tanpa memperdulikan Sari.

"Mas, dia siapa?" Tanya si wanita hamil tersebut dengan raut wajah bingung. Wanita tersebut memiliki wajah yang cantik berkulit putih juga seksi. Berbeda dengan Sari, wajah Sari terlihat kusam karena dia tak pernah lagi melakukan perawatan. Jangankan untuk perawatan untuk makan saja dia sangat kekurangan.

"Buka siapa-siapa, kamu duluan aja kemobil ya. Aku masih ada urusan sedikit." Ucap Roy pada si wanita. Tanpa banyak tanpa wanita itu menuruti perintah Roy.

"Mas. Siapa dia?" Tanya lagi sari dengan mata berkaca-kaca sambil menuntun Baim.

Roy datang menghampiri dan menyeret paksa sari dengan kasar tanpa menjawab pertanyaan istrinya menjauh dari tempat tadi.

"Denger ya! Kamu jangan ikut campur urusanku. Sekarang kamu pulang!" Tangan Roy mencengkeram leher Sari. Baim yang melihat ibunya di perlakukan kasar oleh ayahnya tak terima. Baim meronta meminta ibunya dilepaskan, tetapi ayahnya tak menghiraukan. Akhirnya, Baim pun mengigit lengan sebelah Roy.

Refleks Roy pun melepas cengkraman dan mengaduh kesakitan. Sari terisak sambil memeluk Baim. Roy semakin murka dia hendak menampar Baim. Sari dan Baim pun pasrah hanya tertunduk sambil memejamkan mata.

Tanpa disangka sebelum tangan Roy mendarat kepipi Baim, tangannya lebih dulu dicegah.

"Bang, jangan kasar!" Ucap pria tersebut.

"Siapa kamu? Ga usah ikut campur urusanku." Bentak Roy pada pria tersebut.

"Abang ga malu jadi tontonan." Jawab pria tersebut sambil melihat sekeliling.

Roy pun sadar ternyata sudah banyak orang yang berkumpul dan bisik-bisik. Roy yang malu akhirnya pergi tanpa basa-basi meninggalkan sari dan Baim yang masih terduduk dengan tubuh bergetar.

Pria tersebut pun membantu sari berdiri dan memberikan sebotol air mineral.

"Di minum dulu mbak," ucapnya sopan.

"Terimakasih," ucap Sari

"Sama-sama. Kalo gitu saya permisi,"ucap pria tersebut sambil melangkah pergi tanpa bertanya apa yang terjadi sebenarnya.

Sari termenung melihat pria tadi yang melangkah pergi. Pria yang baik, batinnya.

"Ma, mama ga papa?" Ucap polos Baim.

Di jawab oleh sari dengan gelengan kepala. Sari mengelap air matanya dan mengajak Baim untuk pulang.

Sepanjang perjalanan tak hentinya air mata menetes, memikirkan kejadian tadi. Roy benar-benar telah berubah.

***

Sudah dua hari sejak kejadian kemarin Roy tidak pulang kerumah. Sari juga tak berniat untuk menghubunginya. Ia semakin pasrah apapun nanti yang akan terjadi dengan rumah tangganya.

Hari ini dia berniat untuk menemui sahabatnya, Karin. Karin dan Sari sudah berteman sejak SMA. Karin adalah anak orang kaya berbeda dengan Sari, ia hanya berasal dari keluarga sederhana. Namun, itu semua tak menjadikan jarak diantara mereka. Karin mempunyai butik, dan Sari berniat ingin mencari pekerjaan untuk menghidupi ketiga anaknya.

Dia sudah tak dapat mengandalkan Roy lagi. Roy benar-benar telah lupa pada keluarga, Sari memang belum mempunyai pengalaman bekerja tapi dia pintar mendesain. Semoga kemampuan ini bisa bermanfaat.

Setelah Lia dan Baim berangkat ke sekolah, Sari segera menitipkan Baim kerumah tetangganya, mbak Marni. Mbak Marni tetangga persis sebelah rumah Sari. Diusia pernikahan yang sudah hampir 5 tahun mbak Marni belum memiliki keturunan. Itu sebabnya dia senang jika sari menitipkan Akbar padanya. Apalagi bayi Akbar sangat mengemaskan.

Sari segera memacu motornya membela jalan kota menuju tempat dia dan Karin janjian. Setelah sampai dari kejauhan Sari sudah melihat Karin yang melambai padanya. Sari pun bergegas menuju kearah dimana Karin menunggunya.

"Ya allah, Sari?" Ucap Karin memeluk sahabatnya itu dengan erat.

Karin menatap heran pada Sari. Sari yang sadar di tatap sahabatnya tanpa berkedip pun merasa heran.

"Eh! Kenapa." Ucap Sari.

Karin seorang wanita karir, dia mempunyai suami seorang abdi negara. Karin terlihat sangat cantik dan anggun dengan memakai gamis navy polos dan jilbab senada.

Berbeda dengan Sari, Sari memakai baju gamis dengan warna yang telah pudar. Badannya kurus, juga wajahnya kusam tak terurus.

"Kamu kenapa, Sar? Ada masalah. Wajahmu murung gitu. Badanmu juga makin kurus dari terakhir kita ketemu," Karin mengelus lembut tangan sari. Seolah menyalurkan sebagian energi untuk sahabatnya.

Sejenak mereka saling terdiam dengan pikiran masing-masing.

"Sar, itu!" Tiba-tiba Karin menunjuk kearah pintu masuk. Dengan tatapan yang sulit diartikan.

Unduh sekarang dan klaim hadiahnya
Scan kode QR dan unduh aplikasi Hinovel