BAB 02: Nyonya Maya Dan Clarisa Terkejut!
Gerald kembali ke kamar perawatan Ibunya dengan langkah mantap. Rasa sakit hati dari perpisahan dengan Clarisa masih terasa, tetapi kini tertutup oleh tekad yang kuat. Ia harus memastikan ibunya selamat, sisanya bisa ia urus nanti.
Nadia masih berdiri di sisi ranjang, wajahnya pucat karena kelelahan dan ketakutan. Saat melihat Gerald, matanya langsung berbinar penuh harap.
"Kak, bagaimana? Apakah mereka setuju?" tanya Nadia, suaranya bergetar.
Gerald tersenyum tipis, senyum yang sudah lama tidak ia tunjukkan. Senyum penuh keyakinan. "Sudah beres. Jauh lebih beres dari yang kau bayangkan. Ibu akan segera dipindahkan ke bangsal VVIP dan operasi akan dilakukan hari ini."
Nadia mengerutkan kening. "VVIP? Kak, biaya kamar biasa saja sudah sulit. Bagaimana kita bisa membayar VVIP?"
Saat Nadia bertanya, seorang suster yang tadi melayani Gerald di meja administrasi tiba-tiba masuk dengan tergesa-gesa, diikuti dua perawat lain yang membawa peralatan canggih.
"Maaf, Tuan Muda. Kami telah menyiapkan transfer ke Kamar Elite, nomor 808 di Lantai Delapan. Kamar itu memiliki fasilitas udara bersih otonom dan pengawasan medis 24 jam," ujar perawat itu dengan nada hormat yang berlebihan, menundukkan kepalanya sedikit. "Kami akan memindahkan Nyonya Rina sekarang juga."
Nadia ternganga melihat perlakuan ini. Ia menatap Gerald, matanya dipenuhi pertanyaan yang tak terucapkan.
"Aku sudah bilang, kau tidak perlu khawatir," kata Gerald lembut pada adiknya. "Fokus saja pada kesehatan Ibu. Biarkan mereka bekerja."
Tepat saat Bu Rina dipindahkan dengan sangat hati-hati oleh tim medis, pintu kamar terbuka lagi. Kali ini, yang masuk adalah seorang pria paruh baya mengenakan setelan jas mahal, diikuti oleh seorang wanita muda dengan seragam administrasi mewah. Pria itu, Tuan Herlambang, adalah Kepala Administrasi Rumah Sakit Vortez.
"Hallo, Tuan Muda! Nona! Saya Herlambang, Kepala Administrasi. Saya mohon maaf yang sebesar-besarnya atas ketidaknyamanan yang mungkin kau alami di meja depan," ucap Tuan Herlambang sambil membungkuk dalam-dalam, membuat Nadia hampir menjatuhkan rahangnya.
Sebenarnya, perawat yang melayani Gerald di meja administrasi melaporkan masalah kelalaiannya, pada Tuan Herlambang. Lagipula, seseorang yang bisa mengeluarkan 50.000 $Au dengan mudah, pasti bukan orang biasa, kan? Jadi, demi keamanan, perawat itu melaporkan hal ini pada atasannya.
"Aku dengar Nyonya Rina adalah ibumu. Kami telah menunjuk tim dokter terbaik di Vortez City, Dr. Elara, untuk memimpin operasi ini. Semua biaya tambahan, termasuk biaya pemulihan pasca-operasi, akan ditanggung oleh pihak rumah sakit sebagai permohonan maaf kami."
Gerald menatapnya datar. "Tidak perlu. Aku sudah bayar. Pastikan saja ibuku mendapat yang terbaik. Jika ada hal buruk terjadi, aku tidak akan segan untuk membuat rumah sakit ini berganti kepemilikan."
Ancaman itu diucapkan dengan tenang, namun mengandung bobot yang jauh lebih berat daripada teriakan marah. Tuan Herlambang seketika menjadi pucat. Dia benar-benar merasakan aura intimidasi yang kuat dari pemuda yang ada dihadapannya.
"Tentu saja, Tuan Muda! Kami jamin itu. Aku akan mengawasi jalannya operasi secara pribadi!" janji Tuan Herlambang.
Gerald mengangguk puas. Setelah ibunya dipindahkan dan Nadia ikut mendampingi, Gerald memutuskan untuk mengambil udara segar. Ia berjalan keluar dari rumah sakit, mengabaikan tatapan kaget dan hormat dari para staf.
--
Gerald duduk di kafe terdekat, menikmati kopi hangat. Tiba-tiba Ponsel lamanya kembali berdering. Nama yang muncul di layar adalah Tuan Leo, pengawal pribadinya sekaligus tangan kanan ayahnya yang mengurus urusan bisnis rahasia dimasa lalu.
"Tuan Muda Ketiga, mengapa kau tiba-tiba mencairkan $500.000 Aurum? Bukankah Tuan besar, akan marah?" Suara Tuan Leo terdengar cemas.
"Ibuku masuk rumah sakit, Tuan Leo. Dan aku tidak punya pilihan... lagipula, bajingan tua itu, berutang padaku dan ibuku!," jawab Gerald, menatap pantulan dirinya di jendela kafe. Ia melihat pantulan seorang pria yang seolah merasa lelah dengan kehidupannya.
"Dan lagi, aku tidak menghubungi 'Bajingan Tua' itu. Aku menghubungi kontak darurat (bekas anak buah ayahku)," koreksi Gerald tajam.
Tuan Leo menghela napas di seberang telepon. "Baiklah, aku mengerti. Mengenai pernikahan kau dengan Nona Clarisa dari Keluarga Alvero... apakah itu masih akan dilanjutkan?"
Gerald tersenyum pahit. "Tidak perlu. Clarisa sudah menyiapkan surat cerai. Aku telah menjadi 'beban' hidupnya selama dua tahun, Tuan Leo. Sekarang, aku harus mengurus perceraian ini dengan cara yang pantas."
"Aku akan mengirimkan tim hukum terbaik untuk kau urus perceraiannya, Tuan Muda. Dan...ngomong-ngomong Tuan Besar menyuruhku memberikan sebuah surat padamu, aku tidak tahu apa isinya. Apakah kau sudah siap untuk menerimanya?"
Gerald meneguk kopinya, matanya berkilat dingin. "Siap. Kirimkan semua suratnya ke alamat apartemen Clarisa. Aku akan kembali ke sana sekarang untuk menyelesaikan apa yang harus aku selesaikan."
"Baik, Tuan Muda. Selamat tinggal."
Gerald mematikan telepon, perasaannya campur aduk. Ia akan kembali ke sarang singa, ke rumah Clarisa, tidak lagi sebagai suami Clarisa, tetapi sebagai mantan suaminya.
--
Gerald tiba kembali di apartemen mewah itu. Ia menggunakan kunci cadangan yang ia miliki. Di ruang tamu, Clarisa dan Nyonya Maya masih berada di sana. Mereka tampak sedang berdebat serius, sepertinya membicarakan masa depan Clarisa yang akan segera menjanda.
"Sudah Ibu katakan, kamu harus menikah dengan Aldo Sanjaya! Dia punya $50.000 Aurum di rekeningnya, dan ayahnya menguasai 30% pasar properti di Vortez!" Nyonya Maya bersikeras.
Clarisa tampak frustrasi. "Aku tidak suka Aldo, Bu! Dia angkuh dan licik. Aku hanya ingin menjalani hidupku sendiri."
Gerald berdeham, membuat kedua wanita itu terkejut dan menoleh.
"Kenapa kau kembali, menantu sampah? Bukankah sudah kukatakan, kamu sudah diceraikan?" teriak Nyonya Maya, wajahnya kembali merah padam.
Clarisa hanya menatap Gerald, matanya tampak gelisah.
"Aku kembali untuk urusan terakhir, Clarisa," ujar Gerald, matanya kini lurus dan tanpa emosi. "Surat cerai. Berikan padaku."
Nyonya Maya menyeringai. "Bagus! Cepat tandatangani! Setelah ini, kau tidak akan mendapatkan sepeser pun dari putriku!"
Clarisa mengambil dokumen dari meja. Ia menyerahkan pulpen kepada Gerald.
Saat Gerald meraih pulpen itu, dan hendak menandatanganinya. Seorang kurir tiba-tiba mengetuk pintu apartemen. Dan sebuah paket besar tiba-tiba diantar oleh kurir itu. Kurir itu tampak gugup dan hormat.
"Permisi, Nona Clarisa? Apakah ini benar alamat Nyonya Clarisa Alvero? Ada paket penting dari Kantor Pusat Keluarga Wilton," tanya kurir itu.
Nyonya Maya dan Clarisa sama-sama terkejut. Keluarga Wilton adalah salah satu keluarga elite dan terkuat di Dunia, mereka menguasai industri keuangan dan teknologi rahasia. Mereka tidak punya urusan sama sekali dengan keluarga Alvero saat ini. Ngomong-ngomong Tuan Besar Keluarga Alvero, Warge Alvero. dulu bekerja di Keluarga Wilton sebagai Kepala pengurus. tetapi, semenjak Tuan Besar meninggal satu tahun lalu. Mereka tidak pernah berhubungan lagi dengan Keluarga Wilton.
"Iya, ini benar. Dari siapa?" tanya Clarisa, curiga.
"Dari Tuan Leo. Beliau mengirimkan dokumen penting untuk Tuan Muda Ketiga, Gerald." Jawab Kurir itu.
Semua orang terdiam sesaat mendengar ucapan kurir.
Nyonya Maya tertawa sinis. "Gerald? Apa-apaan ini? Paling juga kiriman dari tempat kerjanya yang serabutan!"
Gerald tersenyum tipis. Ia mengambil paket itu dari kurir. Kurir itu membungkuk dalam-dalam padanya sebelum pergi.
"Tuan Leo bilang ini surat dari kakek, aku penasaran, apa yang akan disampaikan oleh 'bajingan tua' itu." kata Gerald, perlahan membuka paket itu.
Di dalam paket itu, terlihat sebuah amplop berlapis emas yang disegel dengan lambang naga yang terukir rumit-lambang kuno Keluarga Wilton.
Gerald meletakkan amplop emas itu di atas meja, di samping surat cerai. Ia kemudian meraih pulpen, lalu menandatangani surat cerai tanpa ragu sedikit pun.
"Baiklah, Clarisa. Sudah kutandatangani. Sekarang kau bebas," kata Gerald, suaranya tenang.
"Tunggu! Amplop apa ini?" Nyonya Maya merebut amplop emas itu, matanya dipenuhi keserakahan.
Gerald tidak menghentikannya. Ia hanya bersandar, menatap ibunda mertuanya yang kini mantan itu.
Nyonya Maya merobek segel naga itu dengan tergesa-gesa. Clarisa mendekat, wajahnya penuh kebingungan.
Di dalam amplop, ada dua lembar kertas surat dan satu kartu. Satu adalah Kartu Aura Hitam (Abyssal) yang baru atas nama Gerald. Satunya lagi, adalah surat resmi bertanda tangan kakek Gerald, Tuan Besar Keluarga Wilton.
Nyonya Maya mulai membaca surat itu dengan suara keras:
Tulisan surat pertama isinya...
"Teruntuk cucuku, Gerald. Maafkan kakek, sebenarnya, kakek tidak ingin melakukan hal ini padamu dan ibumu. Tetapi, sebagai kepala keluarga Wilton, kakek terpaksa melakukan hal ini padamu dan ibumu. Kakek mohon, maafkan kakek, Nak! Ayok bawa kembali adik dan ibumu ke-keluarga. Kakek akan mencabut perintah kakek yang dulu. Kakek membiarkan kalian untuk kembali. Kakek sekarang sudah tua, mungkin usia kakek tidak akan lama lagi. Sebelum kakek meninggal, kakek ingin bertemu denganmu, adikmu dan ibumu. Kakek ingin meminta maaf langsung pada kalian bertiga."
Dari Kakekmu 'Arga Wilton'
Lalu, di surat kedua...
"Kepada semua pihak yang berkepentingan di Vortez City,
Dengan ini, saya, Tuan Besar Wilton, secara resmi mencabut status pembuangan 'sementara' atas cucu saya, Gerald. Dia kini secara penuh menjabat sebagai Direktur Eksekutif dari Wilton Corporation cabang Vortez, menguasai 80% saham dan aset kami di wilayah ini. Semua transaksi bisnis yang melibatkan asetnya sebesar $10 Miliar Aurum, Kalian harus menjaga dan menghormati cucuku.
Hormat dariku, Tuan Besar Wilton."
Suasana di ruangan itu seketika hening, lebih dingin daripada pagi tadi.
Nyonya Maya tampak seperti patung, tangannya memegang surat itu, matanya membelalak tidak percaya. $10 Miliar Aurum! Itu adalah kekayaan yang bisa membeli hampir seluruh Vortez City!
Clarisa, yang juga membaca surat itu, mundur dua langkah. Jantungnya berdebar kencang. Pria yang baru saja ia ceraikan, pria yang ia sebut 'beban', pria yang memohon $20.000 KS padanya pagi tadi... ternyata adalah pewaris Keluarga Wilton yang legendaris, dan kini menjadi Direktur Eksekutif dengan kekayaan yang tak terbayangkan!
Gerald berdiri, mengambil kembali surat dan kartu Abyssal itu dari tangan Nyonya Maya yang gemetar.
"Surat cerai sudah aku tanda tangani. Aku harap kau dan ibumu tidak akan pernah lagi mengucapkan nama 'Gerald' di hadapan orang lain. Karena sekarang, kita bahkan tidak sepadan untuk berada di lingkaran yang sama," ujar Gerald dengan nada yang mematikan.
Nyonya Maya tiba-tiba jatuh berlutut, wajahnya berubah dari marah menjadi panik yang ekstrem.
"G-Gerald... Anakku... Tuan Muda... Ini salah paham. Aku... aku tidak tahu..." Nyonya Maya berusaha meraih kaki Gerald, air mata palsunya mulai mengalir.
Gerald menepis tangan Nyonya Maya dengan jijik. "Jangan panggil aku 'Anakku'. Aku bukan siapa-siapa kau. Aku hanyalah 'menantu sampah' yang tidak punya uang $20.000 KS untuk mengobati ibunya."
Ia menoleh ke arah Clarisa yang masih membeku.
"Clarisa, kita selesai. Semoga kau menemukan pria yang sepadan, seperti Aldo Sanjaya yang punya $50.000 Aurum itu." Gerald tersenyum, senyum yang kali ini penuh ironi dan penghinaan.
Tanpa menunggu balasan, Gerald berbalik dan berjalan keluar dari apartemen, menutup pintu dengan pelan, meninggalkan dua wanita yang kini dipenuhi penyesalan mendalam.
--
Gerald masuk ke mobil taksi online yang ia pesan. Ia tersenyum kecil dan merasa Bebas.
Saat taksi itu melaju, ponselnya berdering lagi.
"Tuan Muda, Selamat atas pengangkatanmu!"
"Tuan Leo, kamu sudah tahu?"
"Ya, setelah aku mengirimkan surat itu melalui kurir, Tuan besar memanggilku dan menyuruhku pergi ke Vortez untuk membantumu mengelola perusahaan disana."
"Huh, aku tidak menyangka tua Bangka itu akan meminta maaf padaku!" Ucap Gerald dingin. sejujurnya, dia masih merasa terkejut dan syok! Kakeknya, yang terkenal keras kepala dan tanpa ampun. Tiba-tiba meminta maaf pada dirinya dan keluarga kecilnya.
"Tuan besar sudah berada diujung hidupnya, wajar saja, jika beliau ingin bertemu dan meminta maaf pada cucunya! Aku harap Tuan Muda dapat memahami kesulitan Tuan Besar." Leo berkata dengan nada kesungguhan.
"Hmph, lupakan saja. Pokoknya, aku tidak ingin bertemu dengannya. Sudah jangan bahas dia! Ada apa, mengapa kamu menghubungiku?"
"Baik, Tuan Muda! Begini, Ada laporan. Tuan Muda Aldo Sanjaya, yang dikabarkan ingin menikahi Nona Clarisa, baru saja menelepon ke kantor. Dia mengeluhkan bahwa semua rekeningnya di Bank Besar Vortez dibekukan. Dia menuntut penjelasan," ujar Leo di ujung telepon.
Gerald bersandar santai. "Aldo Sanjaya? Aku bahkan belum selesai mengurus penceraian. Tuan Leo, kirimkan tim hukum ke Bank Besar Vortez. Aku ingin semua rekening yang terhubung dengan Keluarga Sanjaya diinvestigasi atas tuduhan pencucian uang. Aku tidak suka pria yang mengincar mantan istriku itu."
"Baik, Tuan Muda. Perintahmu adalah hukum."
Gerald menatap Vortez City yang kini terlihat berbeda dari balik kaca mobil. Kota ini mungkin akan menjadi miliknya, mulai saat ini.
"Tugas pertama: memastikan ibuku sembuh. Tugas kedua: membangun dan mengambil kembali, yang seharusnya aku miliki sejak awal," gumam Gerald pada dirinya sendiri, aura kekuasaan mulai menyelimuti dirinya.
Bersambung...
