Bab 2 - KitaMart Dan Aura Misterius Kembali.
Setelah bertahun-tahun hidup dalam gelap, Hyunwoo tidak pernah benar-benar berpikir bahwa suatu hari akan ada pintu yang terbuka untuknya. Pekerjaan tetap..
Pagi itu, ia hanya berjalan seperti. Langkah pelan, menyusuri trotoar dengan kepala sedikit tertunduk. Angin tipis berembus membawa aroma sisa hujan semalam. Dan entah bagaimana, matanya menangkap selembar kertas yang tertempal di balik kaca toko kecil.
'' Dibutuhkan staf. Jujur. Rajin. dan siap bekerja keras. 20+ ''
Tulisannya jelas, tidak dibuat-buat. Tanpa warna mencolok. Tidak menjajikan dunia. Dan mungkin kerana itulah, terasa jujur.
Nama tokonya: KitaMart.
Bukan supermarket besar.
Toko sederhana di sudut perempatan.
Diapit gedung-gedung tinggi yang seolah ingin menelannya bulat-bulat. Ia berdiri di depan kaca itu cukup lama. Menatap tulisan itu seperti menatap mimpi yang tak berani dia punya.
Petang harinya, setelah menyelesaikan pekerjaan serabutan yang tak bergaji tetap, Hyunwoo kembali ke toko itu.
Langit mulai menggelap. Lampu dari dalam toko bersinar lembut, memantul di trotoar basah.
Hyundai berdiri di depan pintu cukup lama. Ia menarik napas pelan. Lalu mendorong pintu.
KRIING.
Bunyi lonceng kecil menggema di dalam toko. Udara dingin langsung menyentuh kulit. Wangi sabun lantai masih tercium jelas, seperti baru dipel.
Di balik meja kasir, seorang pria berdiri. Berjaket hitam. Wajahnya datar, tidak ramah, tapi juga tidak kasar.
'' Selamat datang '' katanya.
Hyunwoo menatapnya sebentar, lalu menjawab pelan.
'' Saya mau ngelamar kerja ''
To the point. Tak perlu basa basi. Kata-kata yang jujur tak butuh hiasan.
Pria itu menatap Hyunwoo dari kepala sampai kaki. Singkat.
Lalu mengangguk kecil.
'' Nama. ID. Nomor telepon.''
Hyunwoo menyebutkannya semuanya dengan nada sopan. Nada tenang. Bukan sok tenang, tapi tenang lahir dari terlalu sering berhadapan dengan uff.
'' Bentar ''
Pra itu masuk ke ruangan kecil di belakang. Hyunwoo menunggu di tempatnya berdiri. Tak gelisah. Tak bersandar. Biasa saja.
Beberapa menit kemudian, pria itu kembali.
'' Dia bilang udah list data kamu. Bisa mulai malam ini ''
Hyunwoo sempat mengedipkan mata. Serius?
Tapi ia hanya menunduk sedikit, dan menjawab tenang.
'' Terima kasih ''
'' Gak usah. kerja yang benar ''
Jawabannya datar, tapi jelas.
Hyundai tersenyum tipis. Tak menyangka akan diterima secepat itu. Tapi tak juga terlihat terlalu senang.
Nama pria itu Ji Hwan. Mungkin seumuran dengannya atau mungkin setahun darinya.
Tak banyak bicara. Tapi dari caranya berdiri dan berbicara, terasa bahwa dia bukan orang yang sembarangan.
Orangnya kaku, tapi jujur.
Dan jujur lebih baik daripada ramah palsu.
'' Shift dari enam pagi sampai selupuh malam, '' Lanjut Ji Hwan.
'' Jangan tidur. Jangan tinggalin toko. Kalau ada pelanggan rewel, hadapi dengan tenang. Kalau ada yang aneh-aneh, tekan tombol bawah meja. ''
Hyundai mengangguk.
'' Baik.''
Suaranya rendah, tapi mantap.
Nada orang yang bisa dipercaya.
...
Hari demi hari berlalu.
Hyunwoo mulai terbiasa dengan ritme toko.
menyusuk rak,
menyusun stok.
Mengepel lantai. Membersihkan WC.
Menghadapi pelanggan cerewet, remaja usil, orang tua yang mengeluh soal diskon.
Semua dijalani. Tanpa keluh, tanpa banyak tanya.
Beberapa staf ramah, beberapa tidak. Ada yang suka menyindir kerana dia anak baru. Tapi Hyunwoo tidak menggubris.
Sudah 2 setengah bulan dia bekerja di situ,
Pemilik toko
Nama itu lama hanya jadi bayangan samar. Seseorang yang katanya jarang datang, tapi tetap mengatur semuanya dari jauh.
Hingga pagi itu.
Pukul enam tepat.
Hyundai sedang menyapu lantai dekat rak minuman dingin.
Pintu belakang terbuka pelan.
Langkah sepatu halus menyentuh lantai.
Saat ia menoleh, seorang wanita melangkah masuk. Rambutnya dikucir rapi. Wajahnya bersih. Pakaiannya sederhana, tapi jelas: elegan.
Hyunwoo sempat berpikir pemiliknya pasti sudah tua. Galak.
Tapi wanita itu hanya mengangguk ringan padanya. Tidak banyak bicara. Namun tatapannya cukup membuat Hyunwoo tahu:, dia sedang melihat, Memperhatikan, Menilai.
Namanya So Ji. Kata salah satu staf.
Dia hanya datang sebulan sekali. Kadang dua kali.
Tak banyak kata. Tapi semua yang disentuhnya terasa tertata.
Satu malam, saat Hyudai hendak berganti baju di ruang staff, ia menemukan kantong plastik putih di dalam lokernya.
Isinya beberapa jas hujan tipis. Dan secarik kertas kecil bertuliskan:
'' Untuk staf. Supaya nggak basah saat pulang.'' - So Ji
Hyunwoo menatap tulisan tangan itu cukup lama.
Perempuan itu... benar-benar memperhatikan. Tanpa suara. Tanpa sorotan.
Hyunwoo menghela napas ringan. Dia melipat bajunya, dengan tubuhnya sedikit berotot, tapi berparut. Tidak berbaju namun..
Jika ada orang melihatnya saat itu, tubuhnya sangat ideal, parut-parut itu memperlihatkan kalau dia seorang yang sangat gagah.
Dia merapikan, memakai kaos hitam, sebelum menutup dan mengunci loker. Keluar dari toko, pulang. Seperti biasa.
Langkahnya tenang. Sorot matanya tajam namun tenang, seperti tak mudah goyah oleh ribut dunia. Malam ini, dia berjalan menuju stasiun. Tak ada siapa menunggu, dan tak ada siapa pula yang tahu ke mana dia benar-benar ingin pergi.
Angin malam di kota Seoul mencucuk kulit, seperti ribuan jarum halus yang menarik di udara. Tapi dia tak mengeluh. Bahkan tak satu keluhan pun lahir dari bibirnya.
Malam Seoul masih hidup, lampu-lampu neon berkelip-kelip, suara klakson bersahutan, dan manusia masih lalu-lalang. Tapi dia tak tertarik pada manusia. Matanya... lebih tertarik pada aura.
Dari balik iris matanya yang kemerahan, dia melihat dunia yang tak dilihat orang lain. Aura mengelilingi setiap tubuh yang melintas,
Kuning.. penuh semangat
Hijau.. tenang dan penyayang
Putih... murni
Dan hitam. Gelap, pekat... menandakan kejahatan.
Namun ada satu aura.. satu warna yang tak pernah dia lupakan. Hitam pekat keunguan, aura yang membuat bulu kuduk berdiri.
Mata Hyunwoo melirik ke arah kenangan yang muncul mendadak. Wajahnya tetap tenang, namun dalam hatinya seperti ada sesuatu menjentik...
Aura itu muncul dari kereta mewah yang pernah dia lihat. Aura yang tak hanya gelap, tapi mengancam. Ia membuat dadanya sesak hanya dengan mengingatnya.
Hyunwoo menghela nafas.
Langkahnya masih stabil.. namun...
Tiba-tiba, dia berhenti.
Degup jantungnya berubah.
Bukan kerana takut, bukan kerana panik, tapi kerana ia ada disini.
Dia merasakan aura itu... aura yang sama.
Matanya membesar sedikit.
Tenang, tapi penuh berjaga.
Dia menoleh ke sekeliling. Suasana di kawasan itu seperti biasa. Orang-orang lalu dengan urusan masing-masing. Tapi hanya dia yang tahu... bahawa ada sesuatu yang tak biasa.
Tangannya menyentuh dada, terasa seperti ada sesuatu yang menariknya dari dalam.
Dan ketika matanya mengangkat,
A.Crop Holding World.
Sebuah gedung tinggi di hadapannya, seperti monster elegan berlapis kaca dan logam. Di sinilah.. aura itu berada.
'' Apa-apaan ini... '' bisiknya perlahan, hampir tidak terdengar. Tapi jantungnya membalas dengan degupan yang lebih laju.
Hyunwoo tidak suka campur urusan orang. Dia bukan pahlwan, dan dia juga bukan peramal. Tapi tubuhnya... seperti tidak mahu berpaling. Seperti ada magnet di balik pintu gedung itu.
Dia menarik nafas perlahan, lalu melangkah.
Tangga marmar menyambutnya.
Langkah kakinya bergema ringan di antara dinding kaca dan tiang-tiang perak. Ketika dia menolak pintu kaca itu... angin dingin menyapu seluruh tubuhnya.
Interior gedung itu bukan biasa-biasa. Dindingnya marmer putih, lampu kristal tergantung tinggi, cahaya dari lampu lantai memantulkan bayangan seperti dalam mimpi.
Meja resepsi tampak tak tersentuh debu, dan pegawai wanita di belakangnya terlihat seperti boneka hidup, profesional, sempurna, tak bernyawa.
Tapi Hyunwoo tidak peduli pada semua itu.
Kerana dadanya...
Dadanya terasa hangat.
Bukan dari suhu, tapi dari dalam.
Seperti... dia sedang didekatkan kepada sesuatu. Sesuatu yang harus dia cari.
Aura itu... di sini.
Entah siapa pemiliknya. Entah apa maknanya.
Tapi langkah Hyunwoo... takkan berhenti sampai dia temukan jawabannya.
