Bab 5
"Kau dari mana saja El? sudah sebulan lamanya kau tidak pulang kerumah" tanya Daddy nya menghampiri El yang terduduk disoffa ruang tamu rumahnya.
El sama sekali tidak ada niat untuk menjawabnya, bermain benda pipi seharga selangit miliknya itu tanpa menghiraukan Daddy nya bertanya.
"El" panggil Daddy berjalan mendekati anak semata wayangnya.
"Menikahlah" ucap El datar.
Daddy sama sekali tidak menghiraukan perkataan anaknya
"Kau belum bisa memaafkan Daddy?" Tanya Daddy menyingkirkan helaian rambut El.
El melepas tangan Daddy saat merapikan helaian rambutnya.
"Jangan sentuh aku" ucapnya menatap tajam Daddy nya.
Membuat Daddy merasa sedih saat anak kesayangannya menolak untuk ia sentuh.
"Tolong maafkan Daddy"
Tidak ada sahutan sama sekali.
Tidak kehabisan akal Daddy terus saja membujuk El agar memaafkan nya.
"Tolong maafkan Daddy El"
El yang juga tidak tega melihat nada memohon dari Daddy nya pun juga luluh.
"Iya El maafkan"
Senang saat anaknya memaafkan dirinya, langsung memeluk anaknya penuh rindu mencium kening anaknya dan memeluknya kembali.
"Daddy minta maaf karena malam itu sungguh Daddy tidak sadar saat itu" ucap Daddy yang masih memeluk El.
"Tapi sekarang Daddy sadar"
El merasakan tangan besar mengelus punggung telanjangnya membuatnya meremang saat tangan itu bergerak memegang pantatnya.
"Stop Daddy" ucap El berusaha lepas dari pelukan Daddy.
Namun Daddy nya tidak mendengarkan, terus saja melepas paksa pakaian tipis El, menimpanya agar El tidak bisa lepas darinya.
Sejak masuk tadi, ia melihat El berpakaian tipis hingga tercetak payudara yang sangat besar untuk ukuran usia El membuatnya mendesah.
Padahal dirinya ingin memperbaiki hubungannya dengan anak semata wayangnya tapi saat melihatnya dan memeluk El rasa itu membuncah semakin jadi, membuat nya tidak tahan untuk tidak melakukannya lagi.
"Lepaskan aku Daddy" ucap El yang masih berusaha untuk lepas dari himpitan tubuh Daddy nya.
"Tidak sayang, sebelum kau membuat Daddy puas" ucap Daddy menggerak gerakan tubuhnya diatas tubuh anaknya.
"Aku ini anak mu, ku mohon jangan lakukan itu" pinta El memohon berharap Daddy nya segera sadar dan tidak jadi melakukan hal yang sama seperti sebulan yang lalu.
Namun pria yang disebut Daddy tetaplah pria, tidak akan sadar saat dirinya terangsang dan pikirannya terus saja terfokus untuk melakukan hal kotor itu.
Meskipun pria itu adalah Daddy nya namun tidak ada rasa kasihan sama sekali untuk nya.
"Kau sangat menggoda sayang" bisik Daddy nya saat berusaha memasukkan miliknya kedalam selangkangan El.
Mencium bibir itu dengan brutal, meskipun merasa kesal saat El terus saja menutup rapat bibirnya.
"Ayolah" ucap Daddy yang masih berusaha.
Tidak habis akal dia menurunkan kepalanya dan mencium kasar payudara yang pertama kali membuat nya terangsang.
Pukulan keras dipunggung Daddy membuat El takut saat mendapati siapa yang melakukannya.
Pikirannya kalut entah bagaimana menjelaskannya nantinya.
Orang tersebut menarik rambut Daddy dengan kasar hingga membuat Daddy mendongak keatas menahan sakit dikepalanya.
Hingga saat tubuh Daddy terbanting dilantai, orang itu siapa saat ini yang sedang ia hadapi, pandangannya menggelap seketika membuat urat-urat tangannya terlihat jelas, mendendang tubuh Daddy dengan kuat dan memukulnya dengan kuat tidak peduli bagaimana nasib Daddy setelah ini, sekarang dalam pikiran orang itu adalah membalaskan dendamnya karena telah berani menyentuh kepunyaan.
Orang itu tidak peduli meskipun yang ia hajar sekarang adalah ayah dari perempuan yang sangat ia cintai, ia tidak peduli jika nantinya pria tua Bangka yang kurang ajar ini mati mengenaskan ditangannya.
Menendang tubuh Daddy hingga terbanting disudut ruangan.
Mengeluarkan pisau yang ia simpan di belakang nya dan mulai menusuk setiap bagian tubuh Daddy yang dia inginkan.
"Mata ini, mata yang dengan kurang ajar nya menatap tubuh El" menusuknya dalam-dalam membuat percikan darah keluar dari mata Daddy.
"Akhh" desis Daddy menahan sakit saat mata nya ditusuk habis-habisan.
"Bibir ini, mencium bibir El yang hanya aku yang boleh mencium nya" mengiris bibir Daddy dengan mata pisau yang tajam, membuat Daddy menahan sakit.
"Tangan ini menyentuh setiap tubuh El" menusuk nusuk nya bak kesetanan.
"Dan ini, dengan kurang ajarnya masuk kedalam selangkangan yang hanya aku yang boleh memasuki nya" memotongnya dengan sekali tusukan.
Merasa belum puas dengan hasil karyanya Erik mulai membuat goresan-goresan ditubuh Daddy meskipun ia tau bahwa Daddy telah mati.
Saat melihat hasil karyanya yang sudah menjadi bagian kecil tak terbentuk dia tersenyum senang.
"Ini akibatnya jika berani menyentuh milik ku" tawa Erik mengudara membuat El takut saat mendapati wajah Erik yang tidak pernah ia dapati selama mereka menjalin hubungan.
Melangkah mendekati El dengan senyum semirik yang masih tercetak diwajahnya tak lupa dengan tatapan lain yang ia tampilkan.
"Erik" panggil El lirih.
Erik hanya tersenyum dan membawa El kedalam pelukannya, membuat El tak sanggup menahan air matanya.
El menangis didalam pelukan Erik, membuat jas kebesaran itu basah oleh air mata El.
Erik menggendongnya dan melangkah memasuki kamar El, setelah sampai Erik mendudukkan tubuh El diatas tempat tidur dan mengambil pakaian Bra dan CD milik El dari lemari.
Setelahnya berbalik dan duduk disebelah El menyenderkan punggungnya ke pembatas tempat tidur El.
"Bukan aku" ucap El berusaha menjelaskan.
Erik menampilkan senyum melihat kearah El, membawa nya kedalam pelukan, membuat posisi mereka berpelukan namun dengan El yang masih dalam keadaan telanjang.
"Tolong jangan pergi" ucap El dengan air mata yang terus saja membasahi pipinya.
"Aku tidak akan pernah menjauhi mu, seperti yang ku katakan padamu" ucap Erik menatap lekat mata gelap milik El.
"Setelah apa yang kau lihat?" Tanya El dengan air mata yang semakin deras membahas pipinya.
Jelas dia takut, setelah ini Erik akan menjauhinya. Bukan karena dirinya tidak akan mendapatkan seorang pria lain lagi, tapi dia tidak yakin jika dirinya mendapatkan pria yang akan membuatnya nyaman seperti bersama Erik.
Erik mengangguk dengan senyuman yang masih terbit di bibirnya.
"Kau akan tetap menjadi milikku, siapapun tidak ada yang dapat memiliki mu salain diriku" ucap Erik mencium bibir El.
"Kenapa hanya sebentar?" Tanya El yang masih terisak, tidak terima saat ciuman Erik hanya sebentar dibibirnya.
"Ternyata kau meminta lebih" ucap Erik tertawa.
"Aku tidak akan melakukannya dengan mu" ucap Erik membuat El seketika menjadi kaku.
"Jika tidak dibawah air" bisik Erik menggigit telinga El.
El yang semula kaku menjadi lega saat mendengar ucapan Erik.
"Kenapa kau biasa saja padaku saat tau Daddy ku melakukan nya dengan ku" Tanya El penasaran meskipun rasa takut menghantui nya.
"Karena aku tau kau tidak pernah menginginkannya, kau hanya akan melakukannya untuk pria yang kau cintai bukan Daddy mu atau pria lain" ucap Erik menjelaskan, membuatnya ingat dengan diary milik El yang sempat terjatuh saat mereka tidak sengaja bertabrakan saat dikoridor sekolah SMA dulu.
Erik membaca semua isi diary milik El, membuatnya semakin yakin bahwa El adalah perempuan yang benar-benar akan menjadi miliknya, itulah mengapa dirinya mencari cara agar pria yang menjadi kekasih El segera melepaskan El, terlebih Daddy yang statusnya adalah ayah El ia tak segan segan menghabisinya saat tubuh perempuan yang ia cintai disentuh pria kotor seperti Daddy.
