Pustaka
Bahasa Indonesia
Bab
Pengaturan

Sembilan

"Nia...Yan..gue harus gimana?" Esa terduduk di lorong rumah sakit. Akhirnya, Kania dan Sean harus pulang lagi ke Jakarta karena Esa yang menangis ketika menelepon Kania.

"Sabar, Sa..." Saat sedang normal, Esa pasti langsung memaki Sean karena mengucapkan kata tidak penting tersebut.

"Adek gue..." isak Esa.

Sebenarnya baik Sean ataupun Kania masih kesal dengan Esa, namun bagaimana pun juga Esa adalah sahabat mereka dari jaman sekolah. Melihat Esa yang menangis seperti ini juga melukai hati mereka.

"Gue udah bilang nyokap, ati-ati sama cowok sialan itu. Bukan apa, adek gue tuh beda, lo berdua tau kan? Tapi apa? Mamah malah jadi bucin lelaki bangsat itu, jadinya adek gue yang kenapa-napa."

Kiara Anindita, satu-satunya adik Esa yang dari mendiang Ayahnya. Kiara memang berbeda, gadis itu butuh perhatian khusus karena dirinya istimewa. Dan apa yang menimpanya sekarang begitu memilukan.

Sean menepuk bahu Esa pelan."Lo gak bisa salahin nyokap lo juga, Sa. Beliau aja sekarang lagi di ICU gara-gara nyelametin adik lo. Be tough, bro." ucapnya.

"Sumpah ya, sampe itu Andri lelaki bangsat gak dihukum mati, gue yang matiin pake tangan gue sendiri." geram Esa.

"Terus sekarang keadaan adek sama nyokap lo gimana?" tanya Kania.

Esa menghela napas. "Buruk, Nia. Nyokap datangnya telat, jadi Kiara...ya seperti yang lo liat."

"Bokap tiri lo ngapain Kiara, Sa?" tanya Sean penasaran.

Esa menatap Sean dengan mata yang sedih. "Apa hal terburuk yang laki-laki bisa lakuin ke perempuan, Yan?" entah darimana Esa bisa mengeluarkan kata-kata tersebut. Namun baik Sean dan Kania langsung teringat oleh seseorang, yang mungkin sekarang sama terlukanya dengan Kiara.

Selama ini Esa memang menyembunyikan keberadaan Kiara, lelaki itu hanya tidak ingin adiknya menjadi bahan bullying netizen. Apalagi dengan keadaan Kiara yang berbeda. Sejak Ayahnya meninggal dan Ibu Esa menikah dengan lelaki yang lebih muda, Esa selalu was-was dengan keadaan Kiara.

Pasalnya, lelaki hidung belang tersebut seperti lintah darat. Dia sangat handal mengendalikan ibunya yang dibutakan oleh cinta. Tidak jarang Esa harus mengirimkan uang lebih banyak hanya untuk kemauan lelaki bangsat tersebut.

Tapi, Esa tidak pernah mengira hal ini akan terjadi.

Saat ditemukan oleh polisi, keadaan Kiara dan Mamah sudah memprihatinkan. Apalagi Kiara, gadis itu pingsan dengan banyak luka dan tubuh yang tidak tertutupi apapun. Mamah mengalami luka tusuk karena memukul kepala Andri dengan vas bunga yang beliau miliki.

Esa begitu panik dan kalut ketika mendengar kabar tersebut. Tidak menyangka kalau musibah ini akan menimpa keluarganya.

"Kasihan Kiara.." ucap Esa lirih, "Dia gak tau apa-apa. Kenapa harus kiara sih? Emang Kiara ngelakuin apa sampai Andri manusia bangsat giniin dia.."

Apa yang Kalula lakukan sampai kalian memperlakukannya seperti ini.

Tiba-tiba, kalimat tersebut hadir di benak Esa. Dari sekian banyak kalimat, kenapa harus kalimat itu yang dirinya ingat?

"Sa, kalau lo udah dapet jawaban kenapa Kiara diperlakukan kayak gitu, lo kasih tau gue ya, Sa." ucap Kania.

"Maksudnya?" tanya Esa bingung.

Mungkin Kania keterlaluan jika membahas hal ini saat Esa sedang bersedih. Namun Kania begitu tersiksa, setelah mendapatkan pesan dari Kakak laki-laki Kalula, gadis itu seperti dihantui oleh rasa bersalah yang begitu besar.

"Sorry, Sa...tapi itu juga pertanyaan yang gue punya untuk lo. Apa salah Kalula sampai lo memperlakukan dia seperti itu?"

***

Kalula menangis ketika menemukan sepucuk surat di nakas samping ranjangnya. Surat yang berasal dari universitas tempatnya kuliah dan ditujukan langsung untuk Kalula.

Danny keluar dari kamar mandi dan langsung kaget saat mendapati adiknya yang menangis.

"La, kenapa nang--"

"Kenapa Kak Danny gak kasih tau aku? Kenapa disembunyiin, Kak?" tanyanya.

Lidah Danny kelu ketika Kalula menanyakan hal tersebut.

"Itu..."

"Kenapa gak kasih tau aku kalau aku di...keluarin? Apa ini gara-gara video itu? Kalau iya Kak Danny harus anterin aku ke kampus, aku gak mau dikeluarin Kak, aku bisa jelasin kenapa, Kak ayo dong anterin Lala ke kampus! Kak Danny!" Kalula menangis histeris karena kenyataan yang lagi-lagi tidak memihak kepada dirinya.

Danny langsung memeluk Kalula, mencoba menenangkan emosi adiknya yang sedang tidak stabil. "Sst..nanti Lala kuliah di universitas swasta aja ya? Nanti Kak Danny cariin yang paling bagus untuk Lala.."

"Gak mau! Lala gak mau! Kak danny kan tau gimana usaha aku untuk masuk universitas itu, aku gak mau kak! Ayo kita ke kampus, aku gak mau di keluarin...Kak Danny ayo tolongin Lala..." Danny tidak kuasa menahan airmatanya ketika mendengar permintaan Kalula yang begitu menyayat hati. Semua yang Kalula milik benar-benar hancur hanya karena lelaki sialan yang tidak bertanggung jawab.

"Lala, kamu harus dengerin Kak Danny. Lala gak boleh gitu, kamu mau kuliah dimana? Di luar negeri ya? Australia? Singapore? Nanti kita daftarin Lala ya, sayang." Lala menggeleng di dalam pelukan Danny.

"Kak Danny, Lala salah apa, Kak? Kenapa semua orang jahatin Lala? Aku salah apa?"

Danny mengeratkan pelukannya pada tubuh ringkih Kalula. Adiknya sekarang begitu terpukul karena kejadian ini. "Lala gak salah, ini Tuhan lagi kangen sama kamu makanya kamu dikasih ujian. Kalau kamu berhasil melewati ini semua, nanti kamu naik kelas. Kalula mau kan naik kelas dan jadi pribadi yang lebih baik?"

"Jahat..semuanya jahat."

"Sst..Lala gak boleh ngomong gitu. Kak Danny kan masih sayang sama Lala, sekarang sebutin apa aja kemauan kamu. Pasti Kakak kabulin." Danny tersenyum dan menatap Kalula.

Kalula mengangkat wajahnya. "Bener? Apa aja?" tanyanya.

Danny mengangguk. "Apa aja. Sekarang Kalula mau apa?"

Gadis itu diam sesaat sebelum akhirnya menjawab. "Aku mau martabak aduhai yang biasa kita beli. Kak Danny mau gak beliin itu?"

Danny terkekeh. "Kecil itu mah. Yaudah sekarang kamu tunggu sini, jangan kemana-mana selagi Kakak beliin martabak. Oke?" Kalula hanya mengangguk patuh menjawab pertanyaan Danny.

Rasanya sudah lama sekali Kalula tidak merepotkan Danny dengan permintaannya yang aneh-aneh. Danny jadi merindukan pesan dari Kalula yang berisi tentang daftar permintaannya. Seandainya saat itu Danny melarang Kalula untuk pergi menemui Esa, mungkin semuanya tidak akan seperti ini.

Dengan wajah sumringah, Danny menenteng plastik berisi dua porsi martabak manis kesukaan Kalula. Pasti Lala senang, setelah sekian lama memakan makanan dari rumah sakit. Lala pasti akan lahap memakan martabaknya.

Namun semua harapan itu sirna ketika Danny melihat Kalula yang sudah pucat dengan darah menetes dari pergelangan tangannya.

"La, astaga Kalula! Dek, Lala.." Danny memencet tombol untuk memanggil suster sebanyak mungkin. Bagaimana Kalula bisa melakukan hal ini di rumah sakit sih?

"La, adek...kamu ngapain sih dek? Jangan tinggalin Kak Danny, La..."

Kak Danny, maafin Lala..

Unduh sekarang dan klaim hadiahnya
Scan kode QR dan unduh aplikasi Hinovel