Pustaka
Bahasa Indonesia
Bab
Pengaturan

Bab 6

Leon melepas kaos yang ia kenakan di kamar mandi, seketika bayangan wajah perempuan itu melintas di kepalanya. Ia menghentikan gerakannya sambil berkacak pinggang. "Ada apa denganku? Kenapa wajah wanita itu terus mengusikku?" gumamnya.

Ia segera melepaskan celananya dan juga melepaskan semua pakaian yang menempel di tubuhnya. Ia berjalan ke sudut yang di batasi kaca. Ia memutar pemutaran di depannya hingga air shower jatuh membasahi tubuhnya.

Ia memejamkan matanya merasakan air shower yang hangat menerpa tubuhnya. Seketika bayangan wajah wanita itu kembali melintas di kepalanya membuatnya membuka matanya seraya mengusap wajah dan rambutnya yang basah.

"Siapa wanita itu?"

***

Jennifer terlihat tengah duduk di sisi kolam renang dengan memasukkan kedua kakinya ke dalam kolam renang.

"Sedang melamun apa sih adik Abang ini." Jen menoleh ke sampingnya,

Alvino berdiri di sana, dan ikut bergabung bersama Jen. Ia duduk di samping Jen dengan memasukkan kedua kakinya ke dalam air kolam renang.

"Kenapa cemberut aja sih." Vino mengusap kepala Jen dengan sayang.

"Ih Abang, rambutku acak-acakan," gerutunya seraya merapihkan rambutnya yang diikat kuda.

"Kenapa?"

"Papa," cicitnya seraya menangis.

"Ada apa lagi dengan Papa?"

"Dia gak ijinin aku ke rumah teman, padahal ada tugas kelompok. Papa nyuruh aku ngerjainnya di rumah dan ajak teman-temanku tetapi mereka gak mau. Aku pengen nangis, kenapa Papa mengekangku terus," tangisnya membuat Vino menariknya ke dalam pelukannya.

"Papa bukan mengekangmu, Sayang. Dia hanya khawatir padamu, dia ingin menjaga kamu."

"Tapi harus seperti ini? Jen bukan anak kecil lagi. Jen bukan boneka yang harus terus di atur sama Papa. Jen udah SMA, masa iya harus di temenin terus seperti anak TK."

"Cup cup cup, sudah jangan nangis lagi. Kamu harus paham karakter Papa, Papa kamu itu terlalu takut dan tidak ingin terjadi sesuatu sama kamu," ucap Vino mengusap kepala Jen.

"Aku mau di Indonesia saja, sama Papa Dhika."

"Tidak bisa dong Jen, Papa dan Mama tidak akan mengijinkan."

"Di sana ada Adrian, Kak Leon dan Kak Leonna. Setidaknya Jen gak akan kesepian, Abang terlalu sering berpergian."

"Abang kan kerja," ucap Vino.

"Tapi Jen jadi sendirian," isaknya.

"Cup cup cup, sudah yah. Kan ada Abang sekarang, bagaimana kalau sekarang Abang temenin kamu ke rumah teman kamu itu untuk mengerjakan tugas kelompok?"

Jen melepas pelukannya dan menengadahkan kepalanya, "Serius Bang?"

"Yupz, ayo bergegas ganti pakaianmu. Pulangnya kita makan ice cream dulu supaya kamu gak sedih terus."

"Yess,, makasih Abang. Abang yang terbaik." Jen mengecup pipi Vino dan berlari memasuki rumahnya.

Vino hanya tersenyum melihat tingkah Jen itu.

***

"Bos, ada tamu." Leon menoleh saat salah satu montirnya menyembulkan kepalanya dari balik pintu.

"Siapa?"

"Seorang wanita cantik," kekehnya.

Leon berpikir itu pasti Leonna atau Chella, atau bisa saja Mamanya. "Suruh dia masuk,"

"Siap Bos,"

Montirnya itu berlalu pergi meninggalkan Leon yang sibuk membaca beberapa berkas di depannya.

"Permisi,"

Leon menengadahkan kepalanya dan tatapannya langsung bertemu dengan mata indah itu. Mata hazel milik seorang wanita yang sejak semalam mengusik pikiran Leon.

"Permisi Tuan," ucapnya sekali lagi saat Leon hanya mematung menatapnya.

"Ah yah, silahkan masuk." Leon segera memalingkan wajahnya dengan sedikit berdeham. Wanita pertama yang mampu membuatnya hilang fokus.

Wanita itu berjalan mendekati Leon sambil menatap sekeliling ruangan. Ruangan yang cukup luas, dan bersih. Padahal ini bengkel mobil dan motor, tetapi suasana di dalam ruangan itu begitu bersih.

Ia duduk di depan Leon dengan senyuman kecilnya. Rambut pirangnya, ia ikat kuda. Leon mampu menatap wanita di depannya ini dengan begitu jelas, dia terlihat begitu cantik sekali walau tampak tak memakai apapun. Pipinya terlihat chubby dan saat tersenyum, ada lesung kecil di sudut bibirnya, membuat dia terlihat semakin cantik.

Mata hazelnya begitu indah, di hiasi bulu mata yang lentik, hidungnya mancung dan bibirnya terlihat berwarna pink pucat tanpa lipstik atau lips ice. Terlihat lebih natural,,

"Tuan," ucapnya saat sadar Leon tak mendengarkannya.

"Ah yah, kamu ingin mendapatkan hadiahmu?" tanya Leon yang di angguki olehnya. "Untuk apa uang sebanyak itu?"

"Saya rasa itu bukan urusan anda, Tuan." Wajahnya mendadak dingin dan datar.

Leon tersenyum kecil. "Saya hanya ingin memastikan. Terlihat dari penampilan kamu, kamu bukan tipikal wanita yang suka menghabiskan uang untuk berbelanja."

Wanita itu diam membisu menatap mata tajam Leon yang setajam elang.

Blam

"Leon!"

Keduanya menoleh ke ambang pintu dimana seorang wanita yang Leon sayangin dan juga buat Leon kesal sekaligus. "Eh ada tamu yah, tunggu di luar deh."

Dia tersenyum kecil seraya menutup pintunya. Wanita itu siapa lagi kalau bukan kembarannya yang super aktif.

"Jadi bagaimana dengan hadiah saya, Tuan? Saya sedang membutuhkannya," ucap wanita itu.

"Saya masih penasaran untuk apa uang sebanyak itu."

"Saya sudah katakan, itu bukan urusan anda tuan. Maaf saya tidak bisa berlama-lama," ucapnya sedikit ketus.

Leon akhirnya mengeluarkan cek miliknya, dan menuliskan sejumlah uang untuk wanita itu.

"Ini hadiahmu," ucapnya menyerahkannya dan ia segera menerimanya.

"Terima kasih," ia bergegas keluar tanpa ingin melihat dan berbasa basi lagi pada Leon.

Wanita itu terburu-buru keluar hingga bertabrakan dengan Leonna.

"Aduh mbak, liat-liat dong kalau jalan," pekiknya yang sakit bagian lengannya.

"Maaf." Dia langsung berlalu pergi menaiki motornya.

"Tuh orang kenapa sih," gumam Leonna saat wanita itu sudah berlalu pergi.

"Ayo balik." Leonna kembali tersentak saat tangan Leon menyentuh pundaknya.

"Wanita itu siapa?"

"Gue gak tau," jawab Leon dengan santai seraya mengambil kunci mobil di tangan Leonna.

"Heh es balok, gue nanya serius. Siapa wanita itu," teriak Leonna mengikuti Leon yang sudah menaiki mobilnya.

Leon memang meminta Leonna untuk menjemputnya di bengkel karena mobilnya masih di tahan sang Papa.

"Gue beneran gak tau, Ona. Sudahlah," ucap Leon membuat Leonna mencibir.

Unduh sekarang dan klaim hadiahnya
Scan kode QR dan unduh aplikasi Hinovel