Pustaka
Bahasa Indonesia
Bab
Pengaturan

Bab 12 Identitas Rain

Bab 12 Identitas Rain

Rain sudah ingin berlalu dari kediaman presiden tapi masih digiring oleh Komandan Paspamres ke salah satu ruangan di mana Menteri Pertahanan sudah menanti. Komandan menyodorkan sesuatu sambil berkata, “Terima kasih sudah meminjamkan smartwatch-nya. Dengan benda ini kami berhasil menghubungi para anggota di darat yang langsung bergerak menyelidiki kelompok yang diduga memiliki hubungan dengan para pembajak.”

Rain menerima jam itu dan memakainya kembali. “Sama-sama Komandan. Cuma hal ini yang bisa saya lalukan untuk membantu,” sahutnya disertai seulas senyum tipis.

“Menyambung apa yang disampaikan oleh Komandan Paspampres, saya melihat aksi kamu dalam melumpuhkan para penyusup jadi saya berpikir, ada baiknya juga jika kamu bisa terlibat dan menjadi bagian dari tim penyelidikan.” Menteri Pertahanan sudah berdiri dari tempat duduknya dan menghampiri Rain dan komandan yang berbicara sambil berdiri.

“Ah, silahkan duduk, Nak,” Komandan Paspampres menunjuk sofa di sudut ruangan, berbeda dari kursi putar yang ditempati oleh Menteri Pertahanan.

Hening tercipta saat mereka beriringan menuju tempat duduk. Rain sendiri sedang bergumul dengan pikirannya dalam diam. Rasanya ada yang tidak pas ketika ia harus terlibat lebih jauh dengan masalah politik dari negara ini. Reaksinya kemarin itu murni tergerak karena ia tidak suka berada dalam situasi tertekan dan diremehkan jadinya ia spontan melibatkan diri agar ia memperoleh kebebasannya.

Lagipula siapa yang tidak terdorong untuk membantu ketika tahu kalau nyawa menjadi taruhannya. Namun sekarang dalam situasi yang berbeda dan telah ada pihak terkait yang bisa menangani masalah yang ada. Bukan hanya mampu tapi memang sudah menjadi keahlian dan pekerjaan mereka.

Bagaimana nasib rencana pribadi Rain kalau kemudian dia harus disibukkan dengan membantu penyelidikan para pembajak. Rain akhirnya memutuskan agar tidak terlibat dalam hal ini. Gadis itu memutar otak agar penolakannya terdengar santun.

“Sebelumnya saya berterima kasih untuk perhatian dan kepercayaan dari Komandan dan Pak Menteri. Saya merasa sangat terhormat bisa diajak dalam misi penyelidikan para penyusup pesawat kepresidenan. Tetapi, saya tidak punya hak untuk langsung menyanggupi permintaan terhormat tadi tanpa diketahui oleh atasan langsung saya di Capital Post. Selain itu, saya juga warga baru di Indonesia yang belum genap satu tahun menetap di sini sehingga jaringan saya tidak seluas apa yang telah dibayangkan dan saya menggunakan visa bekerja untuk tinggal di sini.”

Sepertinya Menteri Pertahanan sedikit terkejut dengan apa yang diucapkan Rain. Ia tidak tahu bahwa gadis di hadapannya bukanlah warga negara Indonesia. “Lalu, keahlian saya hanya pada menggali, mengumpulkan, dan mencatat berita sehingga bisa jadi kehadiran saya tidak terlalu penting dalam proses penyelidikan. Dan yang paling terakhir, saya hanyalah seorang wanita yang dalam praktik budaya patriarki yang kuat di sini tidak akan dengan mudah mengakui keberadaan dan kemampuan saya. Dalam hal ini, saya tidak mau orang yang lebih berkompeten merasa terganggu dengan kehadiran seorang wanita dalam tim kerja mereka. Lebih baik melibatkan orang yang ahli daripada seperti saya yang hanya bisa sedikit berbicara dan mampu mengadu fisik dalam keadaan terpaksa.”

Kalimat panjang Rain membuat Menteri Pertahanan menatap Komandan Paspampres. Bertanya dalam diam apakah mereka sudah mengetahui identitas Rain. “Rupanya panjang juga alasan yang disampaikan. Saya sampai lupa apa saja tadi. Komandan tolong ingatkan saya,” ujarnya kemudian.

“Maafkan saya, Pak,” balas Rain sedikit menundukkan kepala.

“Baiklah, saya akan bicara dengan Redaksi Capital Post,” ujarnya kemudian. “Dan Komandan bisa melengkapi setelah saya,” ia berpaling pada bawahannya yang mengangguk sigap.

Rain menatap wajah kedua pria di depannya bergantian setiap mereka berkata-kata. Ia mengerti Menteri Pertahanan belum selesai dengannya, pria itu masih penasaran dan ingin ia bergabung.

“Untuk izin dari Capital Post bukan masalah besar, mereka tidak akan menolak untuk mendapatkan kesempatan berita besar seperti ini,” Menteri Pertahanan sedikit tertawa ketika mengatakan kalimat itu. “Satu masalahmu selesai, Nak” sambungnya.

“Dan lagi, saya dengar kamu adalah salah satu wartawan investigasi terbaik milik Capital Post. Dan jelas kami membutuhkan kemampuan itu, karena kami ingin menyelidiki masalah ini secara diam-diam dari berbagai sudut pandang. Profesimu sangat cocok membantu kami mencari berita yang secara tidak langsung bisa menguak siapa dalang di balik semua ini. Perangkat penegak hukum di negara kami tentu juga akan mengumpulkan informasi yang sama dan kita bisa saling melengkapi dengan harapan apa yang belum kami temukan mungkin saja sudah ada dalam informasi yang kamu punya. Bukan berarti kami tidak punya tenaga ahli namun karena sejak awal kamu sudah terlanjur terlibat dalam masalah ini, samakin sedikit orang yang tahu akan lebih baik demi keamanan Presiden dan juga negara ini.”

Kalimat panjang itu membuat Rain merasa salivanya lebih pahit dari saat ia sedang demam. Rain sudah ingin balas menanggapi perkataan menteri pertahanan tetapi dihentikan dengan gerakan tangan dari pria tegap tersebut dan mengurungkan niat Rain.

“Silakan Komandan kalau ada yang belum saya jawab,” ujarnya menatap salah satu putra terbaik bangsa yang unggul di zaman pendidikan dari si komandan.

“Memang sebagian besar tim yang akan terlibat dalam penyelidikan ini didominasi oleh pria dan tidak bisa kami pungkiri itu. Mungkin akan ada wanita tetapi jumlahnya tidak akan seimbang. Hanya saja, mengulang perkataan Pak Menteri pentingnya kerahasiaan dari misi ini sehingga lebih sedikit orang yang terlibat akan lebih baik. Dan teman Anda yang ikut dalam delegasi ini juga akan diajak serta sehingga Anda tidak akan sendirian. Kami butuh pandangan wanita dalam misi kali ini dan Anda memiliki semua persyaratan yang sesuai dengan tugas yang perlu kita tuntaskan bersama. Kami yakin tidak salah menaruh harapan pada Anda. Sementara itu yang bisa saya sampaikan.”

Rain menarik nafasnya dalam-dalam sebelum ia keluarkan. Mendengar pernyataan dari kedua pria yang berhasil mematahkan semua argumen keberatan yang telah ia sampaikan, memaksanya memikirkan akibat positif apa yang bisa ia dapatkan untuk membantunya melancarkan misi pribadinya.

Tentunya ia akan memiliki kenalan baru para petinggi yang punya akses langsung ke Istana Negara. Ia bisa mengembangkan jaringan bisnis dan mungkin pertemanan dengan salah satu dari mereka. Keunggulan lainnya pada kemudahan untuk berkeliaran di sekitar presiden dan keluarganya, menjadi daya tarik lain yang bisa mempermulus rencananya. Ia bisa berperan sebagai musuh dalam selimut, dimana ketika semua orang sudah percaya padanya barulah ia membuka kedoknya yang sesungguhnya.

‘Setidaknya aku bisa memanfaatkan momen ini,’ pikirnya.

“Jadi, bagaimana. Apakah kamu sudah bisa membuat keputusan?” tanya Menteri mulai tidak sabar karena Rain hanya menatap mereka tanpa bersuara sama sekali.

Untuk menenangkan Menteri, Komandan lalu menyampaikan pendapatnya yang tadi belum sempat diutarakan.

“Mungkin ada hal yang mengganjal bagi Anda tapi kami pastikan kalau identitas Anda yang sebenarnya tidak akan kami bongkar. Mungkin terdengar tidak beretika, tetapi kami sudah mengetahui semua tentang Anda jauh sebelum Anda menunjukkan kemampuan selama berada dalam perjalanan di udara. Apalagi saat Anda harus mendampingi Presiden tentunya tim intelijen kami sudah menjalankan tugasnya dengan sangat baik untuk memastikan siapapun yang dekat dengan Presiden, bersih.”

Deg...deg...

Rasanya Rain ingin berlari keluar dari ruangan itu setelah mendengar perkataan dari Si Komandan. Ia sudah bersusah payah menyembunyikan identitas yang sebenarnya tetapi mereka sudah mengetahuinya. Rain sangat yakin tidak ada yang tahu kalau ia datang dengan maksud tersembunyi dan juga menyamarkan identitasnya.

Apa mungkin fasilitas keamanan di Indonesia begitu canggihnya sehingga bisa melacak asal usul setiap warga negara asing yang tiba dan bekerja di Indonesia. Satu hal lagi yang bisa ia jadikan alasan untuk menghindari permintaan mereka.

“Ehmm, sebenarnya ada hal penting lain yang belum saya sampaikan diawal,” sahut Rain menatap lawan bicaranya. Ada jeda karena perkataan Rain yang menggantung dan kedua pria itu menatap Rain tajam tanpa bermaksud mengintimidasinya.

*Bersambung*

Unduh sekarang dan klaim hadiahnya
Scan kode QR dan unduh aplikasi Hinovel