Pustaka
Bahasa Indonesia

Dendam Putri Penguasa

94.0K · Tamat
Romansa Universe
80
Bab
2.0K
View
8.0
Rating

Ringkasan

Rain, gadis berusia 23 tahun datang ke Indonesia dengan dendam kesumat dalam dada. Ia dibuang orang tuanya sejak masih bayi dan dibawa oleh seseorang yang kemudian menghilang dan menitipkannya di sebuah panti asuhan di wilayah kumuh London. Gadis itu kemudian diadopsi keluarga bangsawan Inggris dan menjadikannya perempuan tangguh. Rain yang penasaran dengan masa lalunya memilih datang ke Indonesia setelah ia mengetahui identitas orang tuanya. Sayangnya saat Rain datang, ayahnya terpilih sebagai presiden, dan tidak mudah bagi Rain untuk mendekati keluarganya sekarang.Rain memilih bekerja sebagai reporter agar mudah menyusup ke dalam istana Negara dan berusaha bertemu dengan orang tua kandungnya. Tapi sayangnya saat mengikuti kunjungan kenegaraan presiden, pesawat yang mereka tumpangi dibajak. Sayangnya Rain disalahpahami sebagai salah satu anggota Special Air Service (SAS) yang merupakan pasukan elit angkatan darat Inggris, hanya karena kemiripan wajah.Dan laki-laki itu meminta Rain melalui kode agar membantunya membekuk pembajak. Rain yang sudah membuang semua identitasnya dan pura-pura tidak tahu apa yang terjadi terpaksa membantu dan harus berhadapan dengan pembajak. Teman satu kantornya yang kebetulan ikut dalam kunjungan kenegaraan itu membantu Rain. Bantuan yang akhirnya membuatnya mengetahui identitas asli Rain dan membawanya ke hadapan kakak Rain, putra sang presiden. Pertemuan yang tadinya ia pikir akan mengharukan, justru menjadi bencana. Rain menodongkan senjatanya pada sang kakak.

MetropolitanRevengeSuspenseCLBK

Bab 1 Kesan Pertama

Bab 1 Kesan Pertama

Penerbangan rute London ke Indonesia mendarat dengan mulus di Bandara Internasional Soekarno-Hatta. Rain turun dengan penuh percaya diri. Begitu kakinya menapak di bumi Indonesia, langsung terasa perbedaan cuaca yang menyengat kulitnya. Ia memang tiba di musim panas yang baginya sebagai seseorang yang besar di kota London, cahaya matahari yang ada di atas kepalanya cukup menyilaukan.

Berlindung dibalik kacamata hitamnya dan dengan menyandang ransel punggung, ia bergegas menuju tempat pengambilan bagasi. Detik dan menit menunjukkan hampir pukul dua belas siang waktu setempat. Tidak terlalu lama kemudian, sebuah koper sedang berwarna coklat sudah Rain tarik menuju pintu keluar bandara.

Sebelum sampai ke Indonesia, ia sudah melakukan penelusuran cara hidup dan tempat-tempat umum serta moda transportasi yang bisa ia pakai selama berada di negeri asing ini. Walaupun dia besar di London tapi sejak usia delapan tahun, orangtuanya mendorong Rain untuk belajar bahasa Indonesia sehingga ia sangat fasih. Ia mengantri untuk mendapatkan taksi yang akan membawanya ke hotel, di mana ia akan menginap sementara sambil mencari tempat tinggal.

Satu jam kemudian, Rain sudah turun dari taksi dan melakukan pemesanan kamar di bagian lobi hotel. Setelah beres mengurus kamar, menyimpan kopernya dengan aman, Rain kembali turun untuk mencari bekal makan malamnya di sekitar hotel. Tak lupa ia mampir di resepsionis untuk meminta peta kota Jakarta.

Karena penampilannya yang tidak terlalu terlihat pribumi didukung dengan rambut pirangnya, maka semua orang memperlakukannya dengan hormat seperti pada umumnya masyarakat Indonesia menghormati orang asing yang bertamu ke negara mereka. Rain merasa lega karena ada rasa aman di tempat yang baru, dengan sikap ramah dari orang yang ada di sekitarnya.

Rain memilih untuk berjalan kaki dari depan hotel sambil memperhatikan lingkungan sekitarnya.

Sepuluh menit berjalan, ia bertemu dengan serombongan orang yang sedang duduk di atas motor masing-masing. Rain melihat sebuah papan kecil yang terpajang disana dengan tulisan pangkalan ojek.

Kalau dari pesawat tadi ia memakai ransel, maka sekarang Rain mengapit sebuah tas tangan di ketiaknya. Ia mendekati seorang tukang ojek untuk menanyakan letak pasar tradisional terdekat dari tempat mereka yang bisa ia kunjungi. Rain suka sekali buah-buahan segar. Ia lebih senang membelinya di pasar tradisional daripada swalayan atau supermarket.

Saat sedang berbicara itulah tiba-tiba sebuah motor melewati samping tubuh Rain, bahkan hampir menabraknya. Dan penumpang di belakang motor itu menarik dengan keras tas yang sedang dikepit oleh Rain hingga terlepas.

“Aww! Pencuri! Kurang ajar!” teriak Rain “Ayo Pak! Saya pinjam motornya, Pak!” menoleh pada tukang ojek yang terlogong di sampingnya.

“Ayo Pak!” ucap Rain tergesa-gesa sambil matanya terus menatap ke arah pengendara motor yang baru saja mengambil tasnya.

Dengan tidak sabar, Rain langsung merebut setir motor dari tukang ojek yang baru saa diajaknya bicara dan menjadi joki untuk mengejar motor di depannya yang sudah melaju sangat kencang. Tanpa rasa takut, Rain ikut menancap gas motornya dan mengejar penjambret tasnya. Ia tidak bisa melepaskan orang-orang itu karena semua barang penting, termasuk dokumen perjalanannya ada dalam tas itu.

Jalanan yang cukup ramai membuat motor di depannya tidak bisa leluasa menerobos lalu lintas. Kepiawaian Rain dalam mengendarai di tempat baru juga membantunya untuk bisa lebih dekat dengan motor penjambret di depannya. Pemilik motor yang dibonceng di belakang Rain ketakutan karena melihat cara Rain mengendarai motornya dengan kecepatan tinggi.

Beberapa pengendara lain yang melihatnya menggeleng dan berdecak, antara kagum dan khawatir. Gadis yang tengah mengkhawatirkan tasnya itu tak peduli jika ia menarik perhatian semua orang.

“Pak kalau saya sudah dekat dengan motor itu, tolong ambil tasnya ya, Pak! Saya minta tolong Pak!” teriak Rain di sela-sela berkendara.

Rain terus memperkecil jarak antara mereka dengan motor penjambret. Ketika tidak ada kendaraan di depannya, Rain langsung menyalip motor tersebut membuat penjambretnya terpaksa harus menepikan motor di sebelah kiri jalan untuk menghindari kecelakaan.

Rain segera menghentikan motornya dan dengan gerakan tubuhnya meminta pemilik motor menahan motor yang langsung dia tinggalkan. Gadis itu berlari menghampiri motor yang ia salip dan melayangkan satu tendangan putar pada pengendara motor yang masih berusaha untuk memutar stang motor dan pergi dari tempat itu.

Untunglah Rain memakai celana panjang sehingga ia bisa bergerak dengan bebas. Tendangannya mendarat dengan sempurna pada lengan dari si pengendara membuat keseimbangannya hilang. Motor dan dua orang penumpangnya terjatuh. Tukang ojek yang bersama Rain, berusaha mengambil tas yang dikepit oleh penjambret tadi.

Rain tetap memasang kuda-kuda berkelahi tapi ia tidak melancarkan aksinya, menunggu kedua orang itu untuk bangkit berdiri. Dari sudut matanya, Rain melihat tasnya sudah di tangan tukang ojek yang berlari menjauh dari kedua penjambret itu.

Melihat gelagat penjambret yang hendak kabur, Rain berlari menghadang keduanya. Ia melancarkan dua kali pukulan dengan tangan kanannya sehingga mengenai rusuk dari orang yang menjambret tasnya. Satu tendangan ia berikan juga pada pengendara sehingga kembali jatuh terduduk.

Kedua orang tersebut mengangkat tangan mereka ke atas membuat Rain berhenti menghajar mereka. Ia berlari menuju tukang ojek yang menunggu cukup jauh dan memintanya meninggalkan tempat itu. Kali ini Rain yang dibonceng dengan mengepit erat tasnya.

Pandangan pertamanya tentang Indonesia yang ramah seketika sirna dari kepala Rain.

Rain meminta tukang ojek untuk mengantarnya ke pasar tradisional seperti niat sejak awal.

Setelah mereka tiba di tujuan, Rain memintanya untuk menunggu sampai ia selesai berbelanja.

Dengan tentengan buah yang bisa menjadi bekal satu minggu, Rain merasa puas dan tersenyum lega. Kekesalannya tadi tergantikan dengan berbelanja buah segar. Rain lalu meminta tukang ojek mengantarnya kembali ke hotel.

Sebagai ucapan terima kasih, Ia memberikan bayaran jasa mengantarnya 10 kali lipat yang biasanya tukang ojek itu peroleh. Mereka saling berkenalan dan Rain sekaligus meminta nomor kontak dari tukang ojek itu sehingga jika dia membutuhkan sesuatu, maka bisa menghubunginya.

Tukang ojek yang kemudian dikenal bernama Pak Kris, sangat gembira setelah bertemu dan menolong gadis berparas lembut itu. Rain mengatakan kalau ia masih belum memiliki tempat tinggal sehingga ia akan sangat membutuhkan bantuan Pak Kris untuk menolongnya mencari rumah agar ia bisa tinggal dan menetap di Jakarta.

Pak Kris menyambut baik idenya, “Katakan saja Nak Rain mau kemana, Bapak antar,” ucapnya ramah. “Hubungi saja, Bapak,” pungkas Pak Kris sebelum mereka berpisah.

Pak Kris merupakan kenalan pertama yang Rain temui di negeri yang baginya asing ini.

Mereka berpisah setelah Rain mengantongi nomor kontak Pak Kris. Ia menitipkan salam kepada keluarga Pak Kris dan dalam hatinya ia berjanji untuk memberikan hadiah pada keluarga Pak Kris sebelum ia meninggalkan Indonesia nantinya.

“Terima kasih banyak Pak, sudah membantu saya hari ini,” ujar Rain sebelum kemudian berbalik dan masuk ke hotel. Pak Kris mengangguk tersenyum dan berlalu.

Kembali ke kamarnya di lantai sembilan, Rain berfikir selama ini ia diberitahu bahwa Indonesia adalah negara kelahirannya. Tetapi ia sama sekali tidak mempunyai kenangan apapun tentang tanah kelahirannya ini. Ia sudah memasuki ambang pintu kamarnya ketika ia teringat kalau perlu mencari koran Capital Post.

Bergegas masuk, Rain segera meraih telepon kamar dan menghubungi resepsionis untuk meminta koran dimaksud. Setengah jam kemudian apa yang dia minta kemudian diantar ke kamarnya. Lima eksemplar Capital Post edisi seminggu terakhir karena ia sudah memiliki satu eksemplar yang terbit hari ini. Ia dapat di pesawat tadi.

Rain sebenarnya datang ke Jakarta dengan tujuan untuk mendengar kabar lamaran kerjanya yang sudah dia kirim ke Capital Post seminggu sebelumnya. Latar belakang pendidikan Rain adalah jurnalisme tapi kemudian dia juga mengambil magister di bidang ilmu sosial dan politik. Obsesinya adalah menjadi wartawan terkenal dan memang sengaja memilih datang ke Indonesia dan bekerja di sini, karena ia punya misi besar yang harus ia tuntaskan.

*Bersambung*