Bab 11 Petunjuk Identitas
Bab 11 Petunjuk Identitas
Selesai berbicara dengan Presiden, Menteri Pertahanan meminta para pengawal untuk mengatur lima orang yang telah tertidur untuk didudukkan di kabin depan pada setiap kursi penumpang yang kosong. Semua yang memandang akan sepakat kalau mereka tertidur sangat nyenyak.
Ketua pembajak yang juga sudah berada di kabin depan, melihat keadaan anak buahnya dengan ekspresi sangat geram. Kalau awalnya wajah mereka tidak nampak maka sekarang, wajah keenam orang tersebut bisa terdeteksi.
Menteri Pertahanan meminta pengisian bahan bakar dipercepat. Hanya boleh satu orang petugas kebersihan yang masuk dengan pengawalan ketat oleh satu orang anggota Paspampres.
Sementara Menteri Luar Negeri berhasil menghubungi pimpinan kedutaan Indonesia di Beijing, yang ternyata sudah menanti dari tiga jam sebelumnya. Mereka diminta untuk masuk ke dalam pesawat selama beberapa menit. Rombongan kedutaan mendapatkan penjelasan dari Menteri Pertahanan serta bertemu langsung dengan Presiden.
Mereka juga membuat pernyataan yang ditulis berdasarkan pernyataan Presiden, sehingga bisa langsung disampaikan pada media di Beijing, dalil dari pembatalan kunjungan. Alasan sebenarnya karena keamanan dan keselamatan tetapi akan disampaikan secara diplomatis nantinya soal kesehatan Presiden yang membuat rombongan hanya mengisi bahan bakar lalu kembali ke tanah air.
Setelah pengisian bahan bakar selesai, pesawat kembali tinggal landas meninggalkan negara dari rakyat Tiongkok. Setelah pramugari menyatakan mereka sudah ada pada ketinggian yang stabil maka Menteri Pertahanan menjalankan tugasnya. Bersama Komandan Paspampres, mereka mendekati Guntur dan Rain.
”Karena kalian tadi sudah membantu kami maka mari ikut kami untuk mencoba mencari tahu identitas para penyusup,” ujar komandan pengawal pada Rain dan Guntur.
Empat orang itu langsung menuju kabin depan. Menteri Pertahanan dan Komandan Paspampres berdiri dekat dengan ketua pembajak. Rain dan Guntur duduk agak jauh tapi masih bisa mendengar dengan jelas setiap kata yang diucapkan siapapun di sana.
Menteri Pertahanan melirik kertas yang ada di tangannya, menatap sosok yang balas menatapnya kasar. “Kalian sampai sejauh ini, siapa yang membantu kalian masuk ke pesawat?”
Hening, tidak ada jawaban. Sang ketua memberikan seringai penolakan membuat semua yang melihatnya menjadi geram. Menteri Pertahanan menatap sang komandan yang langsung menarik sang ketua berdiri lalu menggeledah tubuhnya untuk bisa mendapatkan dompet atau apapun yang bisa mengungkap identitasnya.
Dari tempat duduknya Rain semakin jelas mengenali wajah sang ketua yang ternyata adalah si wanita yang ia lihat waktu itu. Dugaan Rain semakin kuat karena saat komandan mulai menggeledah tubuhnya, tangannya sempat berhenti sekian detik saat menyentuh tubuh bagian depan sang ketua.
Tentu saja wajah yang digeledah terlihat semakin berang dengan menatap tajam sang komandan. Rambut sang ketua memang plontos sehingga terlihat sangat maskulin. Suaranya juga berat sehingga tidak disangka kalau dia seorang wanita.
Sang komandan memasukkan tangannya ke setiap saku pakaian yang ada tapi ia menghindari bagian depan. Setelahnya, ia melirik pada Rain yang sedikit paham dengan apa yang komandan maksudkan. Tanpa suara Rain maju dan mengecek ke dalam dua saku bagian depan dengan menarik keluar kantong bagian dalamnya sehingga bisa dilihat oleh yang lainnya kalau memang kosong.
Kurang puas dengan hasilnya, sang komandan berbisik lagi pada Rain, “Telanjangi dan cek ulang!”
Rain melotot, “Saya?” ujarnya sangsi, haruskah dia menelanjangi perempuan berusia 40-an tahun itu? Aah, rasanya seperti melakukan pelecehan.
“Menurut kamu, haruskah saya?” ujar Komandan Paspampres seraya menatapnya. “Itu prosedur,” lanjutnya yakin. Rain menelan salivanya dengan susah payah dan meleletkan lidah.
“Anda yang menanggung dosanya,” ujarnya kesal. Komandan Paspampres menyeringai geli. Menatap wajah cantik di hadapannya yang entah mengapa terasa sangat familiar baginya.
”Upaya kedua!” teriak Komandan Paspamres, serentak semua pengawal Paspampres dan Menteri Pertahanan membalikkan tubuh sehingga tidak menatap sang ketua pembajak yang sudah dalam keadaan diborgol.
Sepertinya dua kata yang diserukan adalah sandi yang hanya dipahami oleh anggota yang terlatih. Komandan juga melakukan hal yang sama, membalikkan tubuhnya tapi bergeser dan berdiri menghalangi pandangan dari Guntur lalu mendesis, “Berpaling, dia wanita!”
Pemuda itu terlogong dengan wajah bingung. “Wanita?” desisnya bodoh. Komandan Paspampres memaksanya berpaling karena Guntur masih penasaran. Anggota lainnya bergeser ke ambang pembatas dengan kabin belakang dan satunya lagi menghalangi pintu menuju kokpit dengan posisi membelakangi Rain.
Tanpa ragu Rain langsung dengan sigap membuka kancing pakaian dari sang pembajak. Awalnya sang pembajak tidak ingin bekerja sama, “Tolong bekerja samalah, saya sedang tidak ingin memukul orang,” bisik Rain.
Tapi wanita itu menolak dan berusaha menghindari Rain. Membuat Rain terpaksa memberikan satu pukulan pada ulu hati wanita itu hanya setengah tenaganya. Walaupun tidak terhuyung tapi wajah sang ketua dan suara ringisan terdengar saat pukulan bersarang tepat sasaran.
Rain menyingkap setiap lapisan kain yang ada di tubuh perempuan itu. Memang tidak bisa dilepas semuanya karena ada halangan borgol pada tangannya. Lagipula harus dipakaikan lagi jadi Rain membuka kancing, menarik penutup tubuh bagian atas menuju leher dan menyantol di sana sampai ia selesai mengecek tubuh bagian atas, sisi depan dan belakang. Tidak mendapatkan apapun membuat Rain menurunkan kembali semua kain yang ada dan mengancingnya dengan cekatan.
Lalu Rain menelanjangi tubuh bagian bawah dan tidak terlihat lipatan ataupun kantong tersembunyi di sana. Rain memeriksa sisi belakang dan menemukan satu petunjuk yaitu tato tengkorak manusia berwarna perak, tepat di tengah tulang panggul dari sang ketua.
Dengan gawainya Rain memotret khusus gambar tato tersebut beberapa kali. Selain itu tidak ada lagi yang Rain temukan dan selanjutnya ia menutupi kembali tubuh bagian bawah dari si ketua.
“Sudah selesai Komandan!” ujar Rain melapor.
Komandan Paspamres sekali lagi berusaha mengorek keterangan dari wanita itu tetapi tetap tak berhasil. Agar tidak membuang energi, proses interogasi dihentikan dan semua kembali ke tempat duduk masing-masing menyisakan empat orang pengawal mengawasi enam orang penyusup.
Di kabin belakang Rain menunjukkan foto tato yang diambilnya tadi. Komandan Paspampres merasa puas bisa mendapatkan satu petunjuk sehingga ia langsung memberikan nomor ponselnya pada Rain, agar begitu mendarat, jurnalis muda itu bisa mengirimkan hasil jepretannya.
Waktu bergulir sangat cepat dan pesawat kepresidenan tiba juga di Bandara Halim Perdana Kusuma. Sebelum pintu pesawat dibuka, pimpinan tertinggi Polri dan jajarannya sudah menanti disekitar landasan pacu bersiap untuk menjemput para pembajak. Sudah dikoordinasikan bahwa rombongan Presiden akan turun terlebih dahulu dari pintu belakang barulah penyergapan dilakukan.
Kurang dari tiga puluh menit proses penangkapan selesai. Foto tato yang dikirimkan oleh Rain juga sudah tersebar di kalangan pihak yang berkepentingan melalui Komandan Paspampres. Rombongan kepolisian meninggalkan landasan pacu begitu pula mobil untuk presiden. Mereka semua tetap kembali ke Istana Negara barulah berpisah dari sana.
Setelah semua sudah ada di Ruang Oranye, Presiden mengucapkan terima kasih untuk segala bentuk perlindungan yang telah mereka berikan untuknya. Presiden juga minta maaf karena telah membuat setiap orang dalam rombongan khawatir dan panik akibat ulah para pembajak.
Dialog bersama Presiden tidak berlangsung lama tapi yang pasti Presiden ingin agar dalang dibalik semua pengalaman buruk yang mereka hadapi beberapa jam yang lalu harus ditindak sesuai hukum yang berlaku. Pertemuan singkat itu selesai dan semua mohon undur diri.
Rain mengemasi barangnya untuk menyusul Guntur yang sudah melangkah terlebih dahulu. Belum sempat ia sampai di pintu depan, Komandan Paspampres sudah menghadangnya dan menggiring Rain ke dalam ruang lainnya dimana Menteri Pertahanan sudah menanti.
Rain bingung apa tujuannya dibawa ke ruang itu namun ia tidak bisa menolak atau melawan.
*Bersambung*
