Pustaka
Bahasa Indonesia
Bab
Pengaturan

Bab 2 ( Pemerkosaan)

Punggung telapak tangan Sonya mengusap pelan peluh yang bergulir di ke dua sisi wajah nya. Manik mata coklat almond miliknya melirik jam dinding dimana sudah menunjuk kan pukul delapan malam. Ia harus melakukan piket kelas sendiri. Teman satu kelasnya memang begitu menjengkelkan. Menantang-mentang anak kolongmerat ia yang harus mengerjakan nya sendiri. Apa boleh buat nasib nya memang kurang beruntung. Kaki jenjang mulai melangkah keluar dari kelas yang memang terletak di lantai paling atas. Mengingat seluruh anak kelas satu memang berada seluruh nya di lantai atas.

Di jam tujuh lewat tiga puluh menit. Seluruh siswa-siswi sudah tak lagi berada di lingkungan sekolah. Terkecuali bagi mereka yang masih ingin menambah waktu belajar, sekedar ke perpustakaan. Atau main basket, sekedar menghabiskan waktu. Rata-rata anak sekolah menengah pertama memang menghabiskan waktu lebih banyak untuk belajar.

Derap langkah kaki menggema cukup keras saat malam hari. Dahi Sonya berlipat, saat melihat lampu di salah satu ruangan di lantai dua masih menyala. Alunan nada yang mampu membuat bulu kuduk nya merinding seketika. Membawa langkah kaki yang sempat di ayun terhenti mendadak. Sepolos-polosnya Sonya Paker, ia masih tau apa yang rungu nya tangkap dengan jelas. Desahan orang bercinta terdengar jelas. Ugh! Sungguh menjijikan. Sekolah emas yang di agung-agungkan memang begitu menjijikan. Dapat ia terka siapa sang tersangka yang kini tengah menikmati perbuatan laknat itu.

Bibir bawahnya di gigit pelan. Sonya ragu, apakah ia harus melewati ruangan gila itu. Atau malah, menunggu sampai orang-orang di dalam sana menyelesaikan perbuatan gila mereka. Lama berdiam diri, tiga puluh menit Sonya berdiri mondar-mandir, hanya untuk menghabiskan waktu. Jika saja tangga satu-satunya untuk turun tidak melewati ruangan yang selalu di gunakan untuk perbuatan mesum itu. Maka Sonya tak harus menunggu selama ini.

Sekali lagi, Sonya mengigit pelan bibir bawahnya. Suara laknat itu telah berhenti, hembusan napas lega dari Sonya sebagai rasa syukur. Kaki jenjang bergerak seringan mungkin, seminim mungkin agar tidak menciptakan suara. Langkah kaki Sonya berhenti seketika. Kala namanya di sebutkan.

"Sonya?"

"Ya. Sonya Paker. Itu loh, anak miskin yang di sekolah dari uang kita!"

"Yang berpakaian lusuh itu. Yang memakai pakaian bekas. Dan selalu menunduk saat berjalan."

"Kenapa kalian membicarakan gadis itu sih. Kita akan jadi tak suka."

Dada Sonya bergemuruh. Ke dua tungkai kakinya membatu. Kala nada lanjutan setelah suara Nana.

"Aku penasaran bagaimana rasanya menyentuh nya!" Kris mengalun.

"Tidak ada lelaki yang mau menyentuh nya sayang. Apa yang bisa di lihat dari tubuh kumuh bau sampah itu!" protes Hera gadis terpopuler di sekolah.

Gelak tawa dari para gadis mengalun penuh hinaan. Meski tawa para pria ikut mengalun setelahnya.

"Aku bertaruh, siapa yang bisa memperkosa nya. Akan aku sembah!"

Gila! Bagaimana bisa lelaki bejat itu berkata begitu. Tubuh Sonya mendingin. Hatinya resah, ia harus cepat-cepat pergi dari sana. Tidak boleh membuat masalah dengan group gila itu. Kembali ia melangkah pelan. Menuruni tangga dengan sepelan mungkin, yang ia bisa. Berharap ia akan bisa lolos pulang dengan selamat.

Sonya tersenyum lebar. Kala sepatu bututnya menginjak lantai marmer, lantai dasar. Melangkah cepat, tanpa tau jika ada langkah lain yang mengikuti nya. Senyum evil tercetak. Manik mata tajamnya menatap body belakang Sonya. Tikungan tempat parkir membawa teriakan tertahan. Kala tangannya di cekal dari belakang dan mulutnya di bekap cepat.

"Mmmmhh!!!!" Teriak Sonya tertahan. Tubuh gadis itu meronta-ronta. Kakinya di seret cepat.

Lelaki itu menyeretnya kebelakang gedung. Gudang kosong yang menjadi markas milik keluarga kaya. Ke dua mata Sonya terbelalak, kala sadar gedung belakang adalah milik kelompok dragon. Pria yang menyeretnya sudah pasti salah satu dari mereka. Tangan Sonya mencoba memberontak.

BRAK

BRUK !

Akh!

Tubuh Sonya terdorong ke lantai. Lelaki tampan itu meringis pelan, punggung tangan putih pucat tergores dan berdarah. Mata tajam menatap kesal Sonya. Gadis cantik itu berdiri dari posisi jatuhnya. Ingin berlari ke arah pintu yang masih terbuka.

KREK!

BRUK!

Tarikan di tas ransel Sonya membuat tali tas satu-satunya putus. Tubuh nya kembali terdorong kebelakang, terjerembab jatuh. Tas ranselnya jatuh begitu saja tepat di samping tubuh nya.

"Mau lari kemana, kucing pengintip?" Tanya Louis dengan nada berat penuh intimidasi.

Wajah cantik Sonya pucat pasi. Apa lagi saat kaki belakang Louis mendorong pintu dengan gampangnya. Hingga tertutup dan terkunci secara otomatis.

"T--tolong, lepaskan saya!" Seru Sonya berdiri dengan cepat. Ia panik. Sungguh, saat kaki panjang Louis melangkah ke arahnya.

"Kenapa aku harus?" Tanya Louis mempersempit jarak mereka.

Setiap langkah yang di ambil, maka ada langkah mundur teratur. Sonya menatap sekeliling takut-takut. Bibirnya berkomat-kamit dengan berbagai macam doa. Berharap akan ada keajaiban agar ia bisa bebas dari pria yang kebrengsekkan nya tak lagi di ragukan. Senyum miring, Louis semakin membuat Sonya menggigil.

"Jangan mundur lagi sayang," instruksi Louis dengan raut wajah kelam.

BUK!

Owh! God. Punggung belakang nya berbenturan dengan tiang besar. Gerakan cepat, tubuh Louis menjepit tubuh kecil Sonya. Tangan Sonya dengan cepat mendorong tubuh Louis. Sayang sekali, perbedaan kekuatan pria dan wanita benar-benar tak bisa membantu. Di tambah, Sonya Paker jarang makan. Mendapatkan nutrisi untuk menambahkan daya kekuatan.

"Lo--lo-louis, tolong lepaskan aku!" Sonya memelas dengan telapak tangan menahan dada pria ini untuk mengenai dadanya.

Tawa geli dari Louis terdengar samar. Aroma tubuh Louis benar-benar begitu menjijikan. Bau khas cairan bercampur dengan bau permen karet mahal milik Louis Brown menguar masuk ke dalam Indra penciuman Sonya.

"Apa? Bisa ulang lagi?" Remeh Louis meraih kedua tangan Sonya hanya dengan satu tangan menariknya ke atas kepala sang gadis. Sonya menjerit ketakutan.

"Bebaskan aku!" Cicit Sonya mulai menangis.

Menyenangkan. Saat melihat air mata Sonya mengalir dan membelas kata kasihan padanya. Membuat seorang Louis Brown, semakin merasa seperti seorang penguasa.

"Ah! Lepaskan?" tanya Louis pelan.

"Ya ya ya!" Jawab Sonya cepat mengangguk kan kepala nya.

"Aku tak mau, bagaimana ini?" Seru Louis dengan jari jemari nya mengusap pipi Sonya.

Sonya membuang wajah ke samping. Louis tersenyum, kepalanya menunduk mencium aroma tubuh Sonya. Aroma parfum bayi murahan tercium. Ck! Memang dasarnya orang miskin. Setidaknya, itulah yang ada di otak Louis.

Sonya meronta dan menjerit kala. Telapak tangan yang sempat di gunakan untuk membelai wajahnya jatuh pada paha dalam nya. Meremas paha kanan Sonya dengan gerakan seksual.

"Jangan!! Tolong!" Teriak Sonya panik sembari meronta.

Louis abai. Tak peduli tangannya naik membelai pemuka celana dalam Sonya. Sonya menggila, tawa Louis menggelegar. Begitu menyenangkan. Sonya menangis keras. Tangan besar keluar dari rok sekolah Sonya. Bergerak cepat membuka dasi sekolah. Menurunkan ke dua tangan Sonya mengikat cepat. Ke dua tangannya. Sonya meronta keras. Ke dua kakinya tak diam, ikut bergerak akan menendang. Gerakan Sonya terbaca dengan mudah, saat kakinya melayang. Saat itu tubuhnya melayang di gendong cepat di letakan di pundak keras Louis.

"Turunkan aku!!" Teriak Sonya meronta.

"Aku turunkan kok!" Ujar Louis di sela langkah kaki nya yang begitu cepat nya.

BRUK!

Tubuh Sonya jatuh di atas sofa sebelum di tindih cepat. Sonya Paker meronta, menangis keras. Saat seragam sekolah nya di tarik tanpa belas kasih. Membawa seluruh kancing bajunya berhamburan menggelinding di lantai. Rok sekolahnya di robek cepat.

Ke dua mata Louis mengelap. Menatap ke dua payudara Sonya di balik bra hitam. Celana berwarna senada.

"Brengsek! Bajingan!! Hiks..."

Teriak Sonya histeris.

"Tidak! Tidak! Tolong!!!!" Teriak Sonya dengan ke dua tangan mengawang-awang.

"Mom!!" Teriakan dan guncangan di lakukan ke dua anak perempuan panik.

Ke dua mata Sonya terbuka cepat. Napasnya memburu, ke dua matanya basah. Anna dan Anne menatap sang ibu dengan mata basah. Ke duanya ketakutan, mendengar igauwan sang ibu.

Sonya menggelepar bangun meraih kedua tubuh putri kembarnya. Memeluknya erat, ke dua anaknya menangis pelan. Bibir bawah Sonya bergetar, mimpi itu terlalu jelas untuk menjadi mimpi buruk. Malam yang tak pernah bisa Sonya lupakan.

***

Erangan pelan mengalun, kegiatan di bawah sana tak berhenti. Peluh menetes dari dahi Louis. Bunyi tubrukan di bawah sana semakin cepat. Tangan kanan Louis menarik kasar rambut sang wanita. Sebelum desahan panjang menandakan pelepasan. Sang gadis menelan semua cairan sang Bos. Menjadi budak sex sang Presdir bersar perusahaan Brow Group adalah impian banyak pegawai di Perusahaan tinggi itu.

Gadis itu tersenyum membenahi Brown junior. Sehun tersenyum miring. Menarik resleting celananya ke atas. Membawa tubuh ramping sang sekretaris menggakangginya.

"Presdir!" panggil nya pelan.

"Apa sayang?" Balas Louis mengusap bibir merah merekah Jenni Domani dengan gerakan seksual.

"Malam ini tidur di apartemen ku ya?" Pinta Jenni menjatuhkan kepala di dada bidang Louis.

"Malam ini ya?" tanya Louis seolah berpikir.

"Ya." Jawab Jenni dengan nada manja sembari menengadah menatap pria gagah yang hot ini.

KLIK!

BRAK!

"Astaga! Ini masih siang Louis. Kau malah begini di kantor. Ugh! Bau spermamu tercium, kawan!" Ledek Jimi kala masuk semakin dalam.

Louis memberikan Sekretaris seksi nya kode. Jenni turun dari pangkuan Louis. Membungkuk pada Louis dan Jimi. Sebelum keluar dari ruangan menutup pintu. Meninggal kan kedua nya di dalam.

"Apa mau mu ke sini?"

"CK! Ck! CK! Kau benar menyebalkan kawan!" Keluh Jimi duduk begitu saja di sofa.

Menyandarkan punggung belakang nya. Louis berdiri dari posisi duduknya dan melangkah mendekati sofa. Duduk di depan Jimi.

"Aku punya berita bagus tau!"

"Berita bagus?" Alis mata Louis meninggi.

"Ya. Berita yang akan membuat kau menggila." Ujar Jimi melepaskan senyum setan khas milik nya.

"Apa?"

"Uh! Sabar kawan! Biarkan aku beristirahat dan pesankan makanan minuman untuk ku." Jimi menjawab santai.

Tatapan tajam yang Louis layangangkan membuat nyali Jimi menciut.

"Ok, oke! Ck. Kau lihat sendiri saja." Kesal Jimi menyodorkan benda persegi panjang padanya.

Tanpa kata Louis menerimanya. Sebelum menatap ke arah sang memilik.

"CK. Galeri fotoku."

Kembali Louis menatap layar ponsel mahal pria Beals itu. Jari jemarinya bergerak liar. Ke dua matanya memicing menatap layar. Seolah-olah mempertanyakan penglihatan nya. Ia menggeser foto yang ada. Mulai dari foto wanita itu di bandara, sampai foto terbaru.

"Kau tau apa yang mengejutkan?" tanya Jimi pelan.

Belum sempat bibir itu bertanya kembali. Foto ke tiga membuat jantung nya berderak keras.

"Namanya Anna Paker dan Anne Paker. Kembar tak indentik. Menurut agen rahasia yang aku sewa. Dia kemungkinan besar ada anakmu," jelas Jimi kala menangkap ekspresi menegang Louis.

Unduh sekarang dan klaim hadiahnya
Scan kode QR dan unduh aplikasi Hinovel