Pustaka
Bahasa Indonesia

Dangerous Man

55.0K · Tamat
Book Lovers
40
Bab
28.0K
View
9.0
Rating

Ringkasan

Pemerkosaan yang di lakukan di gudang sekolah oleh pria remaja dengan kedudukan tinggi di sekolah. Membawa malapetaka dihidupnya.Bagaimana rasanya hamil di usia yang terbilang muda? Masa depan yang hancur lebur hanya karena pria gila. Ia harus menghadapi semua hal mengerikan menjadi budak nafsu pria berbahaya. Ia mencoba kabur dari genggaman si "Dangerous Man" pria sialnya sangat lah tampan. Mampukah ia bertahan atau malah terpuruk dalam pesona si pria berbahaya itu?WARNING (21+)

One-night StandMengandung Diluar NikahPresdirTuan MudaDesainerBillionairePernikahanMenyedihkanDewasa

Bab 1 (Takut Padanya)

"Sonya!" seruan di depan meja membuat gadis bermata bulat itu menengadah menatap sang pemanggil.

Gerakkan jari jemari yang tadinya menari di atas kertas kosong berhenti.

"Ya, ada apa Nana?" tanya Sonya pelan.

"Kerjakan tugasku!" Ujarnya meletakan buku paket di atas meja Sonya, di ikuti oleh ke dua teman gadis berambut sebahu itu.

"It—u.."

"Aku, Nana dan Hera akan membayar seperti biasa!" potong Ara dengan nada angkuh.

"Ini!" Timpal Hera meletakan beberapa lembar won di atas meja Sonya.

Sonya mengigit pelan bibirnya, menatap lambat lembaran dolar di atas meja nya. Mendesah kecil, Nana menyeringai. Menatap kebimbangan gadis seusianya itu.

"Belilah seragam baru, kau tak ingin kan Guru Brandon kembali menegur mu karena seragam usang itu!" nasehat Nana congkak.

"Hem. Baik lah, aku akan mengerjakan nya," balas Sonya pelan. Sangat pelan.

Ketiganya salih melepaskan tatapan. Sebelum tersenyum mencibir. Nana memberikan kode melalui mata, membalik tubuh nya di ikuti oleh Hera dan Ara.

"Ck! Dia terlalu mudah menjadi budak Nana."

"Lihatlah. Hanya demi uang ia mau mengerjakan tugas kita semua."

"Aku belum mengerjakan tugas, apa dia mau mengerjakan nya juga kalau aku kasih uang?"

"Sudah pasti."

"Kalau di ajak tidur mau gak tuh?"

"Hahah!!!"

"Tentu saja mau. Diakan anak haram."

Cibiran yang di lontarkan untuk nya bukan lah hal yang aneh lagi. Dari kecil, ia sudah mendapatkan cibiran, hinaan dan cemoohan dari orang-orang. Tak peduli jika itu seusai nya atau sudah berumur. Kepala Sonya semakin menunduk dalam. Tak ada yang perlu di bantah olehnya. Semuanya benar, kecuali menjual tubuhnya. Tidak ada yang biasa di banggakan darinya. Hanya otak cemerlang yang bisa ia andalkan untuk bertahan. Meski terkadang ia sering di curanggi oleh orang-orang yang berada. Ke tidak adilan adalah milik mereka yang miskin tanpa uang. Tidak begitu bagi mereka yang kaya.

"Mom!"

Tubuh langsing di guncang pelan. Kembali panggilan di lemparkan. Ranjang berderit pelan. Kelopak mata sakura terbuka perlahan, menggerjab pelan. Sebelum kembali terbuka lebar, senyum hangat selalu menyambut pagi wanita cantik itu. Meski mimpi buruk selalu menghantuinya. Ke indahan mampu ia raih kala ke dua kelopak matanya terbuka. Menyambut ke dua bidadari kecil nya. Bibir kering merah merekah itu tersenyum lebar. Menatap sang buah hati.

"Ayo, bangun!" rengek nya manja.

"Anne! Mommy! Ayo sarapan!"

Seruan nyaring di ruangan makan membawa hati Sonya menghangat. Anne menoleh ke arah pintu kamar sang Ibu. Sebelum turun dari ranjang. Ah! Betapa imutnya ke dua putri kembarnya.

"Aku datang!" Balas Anne melangkah keluar kamar.

Sonya terkekeh pelan. Anna dan Anne terlihat seperti anak yang sudah remaja. Begitu dewasa dan mandiri. Terkadang, Sonya Peker, begitu heran dengan sifat ke dua nya yang begitu pengertian akan kondisi mereka. Sonya duduk perlahan dari posisi. Tersenyum semakin lebar.

Ia bersyukur ke dua putrinya tak memiliki sifat dari lelaki brengsek itu. Sifat yang semena-mena, tak pernah mau peduli dengan orang lain dan selalu ingin menang sendiri. Hanya karena memiliki kekuasaan. Senyum indah itu patah kala, wajah pria brengsek itu terbayang.

****

"Hei! Ada apa dengan wajah mu, Sonya?" Sapa Bella di samping tubuh wanita cantik itu.

Sonya menoleh kesamping. Tersenyum membalas teman satu profesi dengan nya. Gadis berdarah Afrika-Spanyol yang kini menatapnya dengan raut khawatir.

"Aku, seperti nya harus kembali ke Belanda, " desah Sonya pelan.

"Sudah seharusnya bukan? Apakah kau tak merindu negaramu?"

"Tidak."

"Wah! Kau masih menjawab tanpa ragu!"

"Tentu. Paris adalah negara yang paling aku sukai. Dan kau adalah Kakak yang paling aku sayangi," ujar Sonya dengan nada ceria seolah-olah ia kembali good mood.

"Kau masih pandai menggombal, kawan!" cibir Bella sebelum tawa ke duanya meledak.

Wanita Paker ini tak berbohong. Gadis yang tua tujuh tahun di atasnya ini adalah temannya satu-satunya seumur hidup. Gadis yang begitu tulus padanya. Jika gadis di depan nya ini tidak mengulurkan tangan padanya tujuan tahun yang lalu. Maka Sonya hanya tinggal nama sekarang. Tidak ada masa depan yang cerah, masa depan yang tak pernah bisa ia mimpikan. Berkat Bella, ia mampu melewati semua nya.

Aksi pembullyan yang ia alami. Tindakan percobaan pembunuhan yang meneteskan darah nya. Betapa menakutkannya saat itu. Tidak ada yang peduli, meski gadis belasan tahun yang kumuh mengemis pertolongan. Orang-orang begitu abai. Gadis dengan senyum lembut itulah yang mengulur kan tangan dan memberikannya perlindungan. Membawa tubuh ringkih, penuh lebam dan bau busuk menjadi wanita cantik dengan karir secemerlang. Menjadi seorang ibu yang begitu cantik mempesona.

"Aku tak berbohong," lirih Sonya setelah menghentikan tawanya bersama Bella.

Atensi Bella bersitatap dengan netra almond milik Sonya. Ya! Bella tau apa yang di katakan oleh Ibu dua anak di depan nya ini bukanlah kebohongan. Ia dapat merasakan ketulusan di setiap nada yang di lontarkan. Tangan Bella terangkat, jatuh pada puncak kepala Sonya. Usapan pelan di rasakan.

"Aku tau. Karena kau adalah adik ku." Ujar Bella di sela usapan nya.

Bulir bening bergulir jatuh di pipi chubby Sonya. Berat meninggalkan Bella di Paris. Namun ia, tak bisa merepotkan gadis yang sudah di anggap sebagai kakak kandung nya sendiri. Gadis ini memiliki kehidupan sendiri. Di tambah, Bella di paksa kembali ke Spanyol oleh orang tuanya. Sonya tau apa yang membuat langkah Bella terhalang untuk meninggal kan Paris. Bella ingin menemani Sonya dan ke dua anak wanita cantik ini.

"Apakah kau yakin ingin menemukan ayah dari si kembar?"

"Ya. Aku harus menemukan nya. Untuk masa depan Anna dan Anne!" Angguk Sonya bohong.

Sonya tau dengan jelas siapa ayah dari si kembar. Bagaimana bisa ia melupakan senyum puas dari pria bajingan itu. Bagaimana, penghinaan yang ia dapatkan dari pria itu. Sesakit apa dirinya saat itu. Bajingan itu malah mengutus seseorang untuk membunuh dirinya dan janin yang dirinya kandungan. Tak kan pernah lupa. Sampai mati pun, Kim Sonya tak akan pernah lupa!!!!

"Baiklah." Tutur Bella menurunkan tangannya dari puncak kepala Sonya. Berhenti tepat di pipi Sonya. Mengusap pelan air mata yang masih mengalir."Jangan segan menelepon ku jika terjadi sesuatu." Lanjut nya dengan senyuman lembut.

"Tentu," jawab Sonya serak.

****

SRAK!!

Pintu kayu di geser keras. Sontak saja semua mata menoleh ke arah sang tamu. Pria yang selama ini mendapat pujian terus menerus akan prestasi dan kehebatan nya dalam mengembangkan perusahaan terkemuka di Amsterdam. Tanpa kata Pria Brown itu melangkah masuk dan duduk, menyenderkan punggung lebar nya.

"Oho! Ada apa dengan wajahmu kawan?" Seru Kris berdiri dari posisi duduknya dan melangkah mendekati Louis.

"Paling dia sedang bertengkar dengan kekasih nya entah yang nomor berapa," seru Chandra mendapatkan kekekhan dari Kris.

"Brengsek kalian!" maki Louis kasar.

"Wow! Wow! Jangan begitu kawan. Yang paling brengsek di antara kita itu adalah kau sendiri tuan muda Brown!" kini Jimi Beals angkat suara.

Tawa meledak di ruangan khusus bangunan mewah milik pria Brown itu. Louis mendengus kasar. Sebelum ikut tertawa bersama sahabat-sahabatnya. Tidak salah. Ia adalah pria paling brengsek di dunia ini. Tidak ada yang mampu menandingi ke brengsekkan nya.

"Sayangnya, dunia hanya tau Direktur Louis adalah pria yang hangat dan merupakan calon suami ideal," cibir Chandra dengan santai.

"Tentu saja. Louis adalah pemain ulung, kau tak lihat tadi saat di wawancara. Di berkata 'Saat ini aku tak memiliki kekasih. Karena aku ingin menjadi wanita yang nanti aku nikahi sebagai yang pertama dan yang terakhir' bukankah perkataan itu menjijikkan," cemooh Kris tak lupa menirukan perkataan dan logat Louis yang cool.

Louis mendelik tajam setelah meredakan tawa. Kris membalas dengan senyum iblis.

"Sesama brengsek tak boleh saling mencemooh!"

Daniel Fernandez bersuara juga pada akhirnya. Sontak saja seluruh mata menatap pria Fernandez itu dengan pandangan mematikan. Daniel tergelak, mendapatkan tatapan marah dari sahabat nya.

***

"Ada apa dengan wajah kalian berdua, huh?" tegur Sonya menatap wajah ke dua putrinya.

"Apakah kita harus tinggal di negara ini, Mom?" tanya Anne dengan nada tak suka.

"Tentu saja, my princess. Kita akan tinggal di sini," jawab Sonya dengan nada hangat.

"Apakah tidak akan ada masalah?" kini giliran Anna yang mengeluarkan suara.

Sonya tersenyum ceria."Tidak akan ada masalah. Bukankah Anna dan Anne ingin melihat negara kelahiran, Mommy?" balas Sonya.

Sontak saja ke duanya mengangguk serentak. Sonya tersenyum semakin cerah. Bandara Internasional Amsterdam begitu gaduh. Aroma yang begitu menyesak di hirup pelan. Meski begitu menjijikan baginya, wanita Paker ini tak ingin memperlihatkan nya pada ke dua anak-anak.

"Ayo, jalan!!" Ujar Sonya menarik koper. Di ikuti oleh ke duanya memaki tanpa semangat.

Beruntung hari ini ramalan cuaca begitu cerah. Tidak terlalu panas di musim yang sedang dalam periode hot summer. Atau bahkan hujan, yang sering melanda di musim panas.  Tangan ke dua putrinya berpegangan pada ke dua sisi lengan jaket Sonya.

Langkah yang di ayun dengan congkak terhenti. Ke dua mata sipit itu menajam berkali-kali lipat kala menatap wanita dengan dua anak tak jauh darinya.

"Oh? Wanita itu?" ujarnya kaget. Buru-buru, ia merogoh saku jas mahal. Mengabadikan wajah ibu dua anak itu. Si kembar tak luput dari lensa kamera ponsel mahalnya.