Pustaka
Bahasa Indonesia
Bab
Pengaturan

Lelaki Sombong

Dalta melangkah memasuki kamar,ia menghela menatap ruangan bernuansa monokrom itu.

membaringkan tubuhnya diatas kasur berwarna abu-abu. Meluruskan kakinya.

Badannya terasa remuk ketika punggungnya menyentuh sprei. Seharian ia berkeliling untuk menambah warung tempatnya menitipkan donat.

"Ya Allah, sakit,"lirihnya. Ia tak bisa meminta siapapun untuk memijat punggungnya,tak mungkin meminta Bunda yang lebih lelah darinya. Dalta merasa tulangnya seakan patah.

Matanya memejam, ia berharap cepat masuk kedalam mimpi. Lelahnya itu terbayar oleh lelapnya tidur,Dalta hanya ingin itu.

"Dalta? Kamu udah sampe?"tanya seseorang dari pintu kamarnya. Wanita berparas cantik itu bertanya dengan suara lembut. Ia seperti dewi yang turun kedalam hidup Dalta.

Dalta segera membuka matanya lalu bangkit, "Udah Bunda,"jawabnya. Suaranya sedikit parau karena lelah.

"Berapa penghasilan hari ini?"tanya Bunda memasuki kamar putri semata wayangnya. Langkahnya begitu pelan. Dalta segera membenarkan posisi duduknya kemudian memandang Bundanya. Ia tersenyum.

"Belum aku itung seluruhnya Bunda,maaf,"sesal Dalta mengeluarkan pouch uang dari dalam tas yang berada disampingnya. Dompet yang selalu ia bawa kemanapun.

"Gapapa, kamu pasti capek udah kesana-kesini nitip donat ke setiap warung. Makasih ya udah mau bantuin Bunda,"ucap Bunda memaklumi. Bunda mengusap puncak kepala Dalta penuh sayang. Rambut halus putrinya yang selalu ia rawat sejak kecil. Wajah yang selalu membuatnya semangat setiap hari,Dalta adalah anugrah terindah dalam hidupnya,Dalta adalah hidupnya.

"Aku nggak capek Bunda, ini juga buat aku juga,"bantahnya disertai senyuman. Bunda tersenyum, dia berterimakasih telah diberikan gadis sekuat Dalta. Gadis yang selalu menggenggam tangannya saat Bunda lelah,gadis yang memeluknya saat Bunda menangis.

"Bunda capek ya?gimana kerjaan hari ini,lancar?"tanya Dalta menyuruh Bundanya duduk. Setelah duduk,Dalta memijat tangan Bunda.

"Engga, Bunda nggak capek. Kamu istirahat ya Bunda mau buat adonan buat besok,untuk pekerjaan Bunda lancar semua,"jawab Bunda. Mata Dalta mengikuti Bundanya yang keluar dari kamar. Gadis itu menghela napas seraya kembali tertidur menyamping ke kanan. Menatap foto dirinya dan juga Bunda.

Pandangannya menerawang, "Ayah dimana? Aku kangen Ayah."

***

"Gean, gue haus mau beli dulu minum ke kantin turunin gue disini!" Dalta menepuk-nepuk pundak sang sahabat. Gean memutar bola matanya, "Udah nyusahin,tukang nyuruh-nyuruh lagi,"dengusnya.

Motor milik Gean berhenti, dengan segera Dalta turun, "Kan lo sahabat gue Ge,"ucap Dalta beralasan. Gean pun hanya berdeham malas.

Dalta segera berlalu hendak segera ke kantin untuk menghilangkan dahaganya karena lupa minum setelah makan gorengan tadi pagi. Ia tidak sarapan dan hanya mengganjal perutnya dengan gorengan yang ia beli seharga sepuluh ribu.

"DALTA!"

TINNNNN

semua terkejut, Gean segera melempar motornya dan berlari kearah Dalta yang terjatuh akibat tersenggol mobil.

"Lo gapapa?!"tanya Gean khawatir, seraya membantu Dalta bangun. Box yang dibawa Dalta pun jatuh dan donat miliknya berserakan di tanah.

"Gapapa, tapi donat gue... "lirihnya.

Dalta memandang sendu donat yang bundanya buat dengan mengorbankan waktu tidurnya. Mengorbankan lelahnya.

Matanya berubah tajam, ia berjalan dengan penuh amarah kearah sang pengemudi. Langkahnya berdebum.

"KELUAR LO!"teriaknya dengan wajah memerah padam.

Dalta memukul kaca mobil dengan kencang, napasnya memburu membuat dadanya naik-turun. Ia tak peduli jika kaca itu pecah nanti. Dalta hanya ingin pengemudi itu tanggung jawab.

Kaca mobil pun turun perlahan, membuat semua orang terdiam melihat wajah tegas milik sang pemilik mobil berwarna merah itu. Ia terlihat tak terpengaruh sama sekali. Bahkan lelaki itu hanya menghela.

"LO PUNYA MATA NGGA?"teriak Dalta kesal bukan main. Ia kesal karena donat-donatnya jatuh. Bukan masalah uang,Dalta marah karena usaha orangtuanya sia-sia.

Gean segera menghampiri mencoba melerai, "Tenang Ta,"ujarnya. Ia memeluk Dalta dari samping.

"Gimana gue bisa tenang ngeliat donat Bunda jatuh gitu aja!"kesal Dalta. Ia memandang Gean marah,bagaimana lelaki itu bisa-bisanya menyuruh dia tenang? Bagaimana bisa ia menerima hal ini?

Lelaki itu tersenyum miring, matanya menatap Dalta dengan tatapan memindai, "Jadi lo Dalta,"desisnya. Ternyata gadis yang ia cari datang sendiri didepan wajahnya. Takdir begitu lucu karena Farka tak harus mencarinya ke penjuru sekolah. Ternyata,gadis yang tak sengaja ditabraknya itu adalah Dalta.

Dalta mengerutkan alisnya, bagaimana bisa ada siswa yang tidak mengenalnya? Dia adalah tukang donat populer di sekolah.

"Lo mau gue ganti rugi?berapa? Sepuluh juta cukup?"tanyanya dengan wajah yang amat sangat tengil di mata Dalta. Wajahnya yang tegas itu tak membuat Dalta gentar.

"Atau gue harus ganti rugi buat 1 bulan kedepan? Kaki lo lumpuh?"ejek lelaki itu membuat Dalta menatapnya tajam. Kenapa ada lelaki seperti ini?

Dalta mengeraskan rahangnya, "Gue ngga suka cowok sombong..."ucapnya kini menatap Farka tajam.

"Kayak lo."

Dalta berlalu kemudian memungut donat-donat yang berjatuhan, dengan mata memerah. Gean segera membantu. Satu tetes air mata jatuh tanpa disadari siapapun. Segera Dalta mengelap matanya yang basah.

Mungkin ini pelajaran untuk Dalta, seharusnya ia menggunakan plastik untuk membungkus semua donat miliknya agar jika terjatuh tidak kotor.

Farka, lelaki yang menabrak Dalta pun memandang heran, begitu perempuan berambut hitam itu berlalu dari hadapannya.

"Lo keterlaluan Ka,"celetuk Svarga yang berada disampingnya. Svarga tak tega dan ia berencana setelah ini ia akan menemui Dalta dan mengganti semuanya.

Svarga menatap Farka yang kini menoleh kearahnya.

"Bodo amat." Farka menggedikkan bahunya seraya melajukan kembali mobilnya.

***

Dalta memasuki kelas dengan wajah lesu. Langkahnya begitu berat,tatapnya kosong. Ia memeluk box donatnya dengan erat.

"DONAT DATANG!"riuh Princess beserta teman satu kelasnya yang lain. Dalta tersenyum, "hari ini gue nggak jualan,"ucapnya memberitahu.

Semua memandang heran, Dalta membawa box donat namun dirinya tak berjualan?

"Lho? Ada apa Ta?"tanya Princess mendekat. Dalta ingin menangis namun ia mencoba untuk tetap terlihat biasa aja.

"Ada cowok sombong yang nabrak gue, anjir banget dah,"jelas Dalta menuju tempat duduknya yang berada di bangku kedua bersama Princess.

"Siapa? Nyari gara-gara sama lo berarti berurusan juga sama gue!"kesal Princess seraya menggebrak meja. Gean datang membawa sebotol air mineral.

"Nih minum, katanya tadi haus." Dalta tersenyum, "Makasih ya Ge,"lirihnya. Ia membuka kemasan dan meminumnya.

Gean mengangguk lalu duduk didepan Dalta, "Ada yang sakit nggak?"tanya Gean meraih tangan Dalta dan melihat sikutnya terluka.

"Ke Uks yuk? Gue obatin dulu lukanya,"ajak Gean lembut. Dalta mengangguk lalu mengikuti Lelaki yang sekarang menggenggam tangannya.

Sesampainya di Uks, Dalta tak bisa menahan airmatanya lagi, disaat Gean mulai mengobati lukanya gadis itu terisak.

"Gimana ini..."lirihnya. Gean mendongak, ia tersenyum begitu melihat sisi rapuh Dalta yang hanya ditunjukkan kepadanya.

"Jangan nangis, cantiknya nanti ilang,"

hibur Gean menghapus kristal yang kian deras turunnya.

"Gean gimana sama Bunda?dia pasti kecewa sama gue,"isaknya malah semakin menjadi. Gean mengelus surai hitam yang selalu ia benahi kala berantakan. Gean selalu ingin menjaga gadis yang sekarang berada dihadapannya ini.

"Gapapa, bukan salah lo, nanti gue ganti semua donatnya ya?"tenang Gean. Ia tak mau melihat Dalta sedih. Benar-benar tak ingin melihatnya terluka.

Mata Dalta berbinar, "Serius?"tanyanya.

"Iya serius, asal gue bisa liat lo senyum lagi,"pinta Gean yang kini mencubit pipi Dalta.

Dalta melebarkan senyumnya, "tapi gue masih dendam sama cowok tadi!"

"Udah, dia nggak sengaja Dalta,"ucapnya mencoba menenangkan.

"Tapi tetep aja, awas kalo sampe kita ketemu lagi gue bales dia!"sebalnya menatap sengit pintu uks. Ia berjanji,akan membuat lelaki sombong itu meminta maaf padanya.

Dan, semua dimulai dari sini.

Unduh sekarang dan klaim hadiahnya
Scan kode QR dan unduh aplikasi Hinovel