Pustaka
Bahasa Indonesia
Bab
Pengaturan

Donat Kotor

Dalta menaruh box donatnya di bangku taman belakang sekolah yang memang jarang didatangi orang-orang, karena mereka lebih memilih taman depan yang dekat dengan kantin. Ditambah nuansa taman belakang tak enak untuk dijadikan tempat nongkrong.

Dalta terduduk, kemudian membuka box itu, dilihat semua donatnya yang sudah tidak layak untuk dimakan. Walaupun ada beberapa yang terlihat bersih,namun tetap saja donat itu sudah jatuh dan tak mungkin dijual. Bayangan Bunda terekam dalam memorinya,Dalta ingin menangis.

Dalta mengambil satu donatnya, kemudian menyingkirkan tanah yang menempel,lalu memakannya. Dia teringat bagaimana Bunda pagi-pagi buta sudah sibuk di dapur untuk membuat makanan ini.

Matanya memanas, "Bunda emang jago bikin donat,"lirihnya tersenyum. Tak sia-sia usaha Bunda selama ini. Membuat donat dengan rasa seenak ini.

"Disaat udah kotor pun rasanya tetep enak,"lanjutnya sembari membawa donat kedua. Ia menatapnya lekat,benda bulat itu begitu lezat. Dalta suka donat yang dibuat Bunda,tak ada tandingannya.

Tiba-tiba tanpa sadar, ada seseorang yang duduk disampingnya. Dalta masih tak sadar dan sedang meratapi nasibnya. Lelaki itu ikut memperhatikan.

"Enak banget ya?sampe nggak sadar ada orang?"tanya Cowok berhidung mancung. Dalta menoleh dan setelahnya tersedak karena terkejut melihat siapa yang bertanya padanya. Ia terbatuk dengan mata memerah.

"Minum dulu,"kekeh Sang pelaku seraya memberikan botol minum yang memang sengaja ia beli untuk Dalta. Keributan tadi lelaki itu melihatnya dan ia mengikuti Dalta sampai kemari.

"Gara?ngapain?"tanya Dalta yang masih terkejut.

Iya, Lelaki itu Gara Putra Sagara. Cowok yang begitu Dalta idam-idamkan kehadirannya dihidup Dalta.

"Mau beli donat,"jawab Gara. Dalta gelagapan, "I-itu donatnya nggak dijual!"paniknya. Bagaimana jika nanti Gara sakit setelah makan donat yang jatuh itu?

"Masa?tapi itu lo makan donatnya,"ucapnya tak percaya.

Gara menunjuk donat yang berada di tangan gadis itu. Donat yang dibaluri oleh keju itu kini Dalta masukan ke mulutnya.

"O-oh ini donat kotor,"jawab Dalta seraya menghabiskan donat yang berada di genggamannya.

"Gapapa, Cewek cantik aja bisa makan donat yang udah kotor masa gue enggak? Lo tau 'kan gue siapa?"ucapnya sombong. Dalta membeku,siapa yang tidak kenal Gara?

Dalta mengangguk, "T-tapi 'kan..."

Gara mengambil satu donat rasa keju kemudian mengambil tanah-tanah yang menempel, "Ini gue beli satu,"ucapnya dengan senyuman manis semanis donat menurut Dalta.

Gara memberikan uang dua puluh ribu kepada Dalta. Dalta menerimanya dengan tak enak hati. Bukan apa,donatnya sudah tidak layak dimakan.

"Satunya cuma lima ribu Gar,"ucapnya memberitahu.

Gara terkekeh, "Yaudah gue beli empat,"jawab Gara.

Dalta khawatir,takut jika nanti setelah memakan donat, Gara akan sakit. Ia tak mau... Gara sakit.

"Enak banget, siapa yang bikin?"tanya Gara kagum. Dalta tersenyum melihat Gara memakan donat itu dengan lahap.

"Bun--"

Buggg!

"Gara!"teriaknya.

Dalta terkejut saat tiba-tiba seseorang meninju wajah Gara,membuat lelaki itu terpental kebelakang. Karena posisi yang belum siap juga membuatnya jadi terjatuh.

Dalta menoleh kearah orang yang telah membuat Gara tersungkur sembari membantu Cowok itu untuk berdiri.

"ELO?"tanyanya marah.

Dalta naik pitam, ternyata lelaki itu adalah Farka--si cowok sombong. Lelaki yang sangat ingin ia tampar berkali-kali.

"Oh jadi gini kelakuan lo Gara,"ucap Farka pertama kali setelah meninju Gara. Farka menatapnya nyalang,tak pernah ia bertemu manusia semenjijikan ini.

Farka menarik kerah baju Gara. Cowok yang dimaksud menaikkan satu alisnya. Ia merasa tertantang dengan Farka yang semakin tersulut emosi.

"Dalta, mending lo pergi sekarang. Ini urusan cowok,"titah Gara. Ia tak ingin Dalta tahu apapun. Dalta tak boleh tahu apa-apa.

Dalta hendak menyela namun Gara memberikan tatapan tajam membuat Dalta membuatnya takut. Dengan segera Gadis itu membawa box miliknya dan berlari menjauh. Ia juga sebenarnya tak ingin terlibat namun karena ini menyangkut Gara--lelaki yang ia suka.

"Ada apa?"tanya Gara enteng. Farka tak habis pikir dengan lelaki dihadapannya. Ia masih bisa bertanya dengan nada setenang ini?

"Dimana Cilla?!"tanyanya marah.

Gara menutup matanya, "Gue nggak tau dia dimana sekarang. Gue lagi berusaha nyari dia,"jawabnya penuh tekanan. Ia juga sedang mencari keberadaan Cilla.

Farka kembali meninju Gara, "Bangsat! Lo tau apa yang udah lo lakuin ke dia?!dan sekarang lo deketin cewek yang nggak bersalah buat jadi korban selanjutnya?!"bentak Farka yang kini wajahnya sudah memerah.

Gara membalas Farka, "Gue cinta sama Dalta. Nggak mungkin gue nyakitin dia,"jawabnya. Semakin membuat Farka terbakar api amarah.

"Terus gimana sama Cilla?gimana nasib dia HAH?!"sentaknya sembari mencengkram kerah seragam Gara.

Gara menunduk, "Kalo masalah itu, waktu itu..."

***

"Dalta, Lo darimana aja sih? Gue nyari-nyari!"seru gadis yang kini menggunakan bandana biru.

Princess berkata khawatir, karena melihat Dalta yang seperti ketakutan. Keringat sebesar biji jagung muncul di pelipisnya.

"Gue abis makan,"jawab Dalta sedikit ngos-ngosan. Dalta sebenarnya ingin memberitahu Princess tentang perasaannya namun waktunya belum tepat.

Dalta menyimpan box dibawah meja. Matanya menatap Princess yang mengernyit, "lo... Makan donat itu Ta?"

Dalta mengangguk, membuat Princess menahan napasnya,kenapa Dalta melakukan hal itu?

"Gimana kalo sampe lo sakit Ta? Itu udah kotor!"marah Princess.

"Gue nggak akan sakit sama apa yang Bunda buat dengan cinta,"jawab Dalta dengan tatapan tulus.

Princess tertegun, dia segera memeluk Dalta dari samping. Mencoba memberi kekuatan.

"Gue beruntung punya sahabat kaya Lo Ta,"ucapnya. Walaupun Princess memiliki wajah yang galak namun hatinya itu sebaik seorang putri seperti namanya.

"Gue juga Incess, udah ah jangan melow kaya gini,"ucapnya yang kini melepaskan diri.

Lalu tiba-tiba datang Raden, "Ta, kemarin gue punya utang sama lo ya?"tanyanya sembari bermain ponsel.

Dalta mengangguk, "Lima ribu."

Raden segera mengeluarkan uang dari dalam dompetnya. lima lembar uang 100 ribuan itu terpampang dihadapan Dalta.

"Sekarang udah lunas 'kan?besok mau ngutang lagi hehe.”

***

Svarga

Lo dimana Cil? Gue khawatir:(

Terdengar helaan napas panjang dari mulut gadis yang kini berdiri seraya menatap hamparan air dibawahnya. Air yang begitu tenang,kita tak tahu sedalam apa air itu. Cilla merasakan tenang namun kalut.

"Aga..."lirihnya memanggil nama sang sahabat. Svarga dan Farka sudah menjadi sebagian dari hidupnya. Seharusnya dari awal Cilla menuruti perkataan Farka yang mengatakan untuk tidak menjalin hubungan dengan Gara.

"Udah terlambat, gue nggak bisa balik lagi,"lirih Cilla dengan penuh ketakutan. Cilla memegangi perutnya,terdapat satu nyawa yang ikut bersamanya. Satu kehidupan yang ia bawa dalam raganya.

"Maafin Ibu kamu ya sayang, Ibu nggak bisa bawa kamu melihat dunia. Dunia ini kejam Nak, jadi Ibu tak ingin melihat kamu menderita." Cilla menangis seraya mengelus perutnya, Masa depannya telah hancur.

Cilla tersenyum, "Kamu bakal liat Om Farka sama Om Svarga di atas sana sama Ibu. Jadi ikut Ibu ya Nak? Kita bakal hidup bahagia,"ucapnya sembari terus mengelus perutnya. Tatapnya berubah muram,ia tak dapat melanjutkan kehidupan lagi.

Saat hendak melompat, seseorang menarik tangannya. Membuatnya terkejut dan terpental. Tak menyerah,ia mencoba melepas cengkraman itu.

"Jangan mati membawa anak yang tidak bersalah itu!"bentaknya.

"ELO?!"

lelaki itu tersenyum. Memeluk sang gadis yang sekarang menatapnya tak percaya. Mencoba memberikan nyaman dan perasaan aman padanya.

"Ikut gue ya?"

***

"Lo udah makan?"

Pertanyaan Gean dijawab gelengan oleh Dalta. Gadis itu dengan segera memeluk lengan Gean yang berada disampingnya.

"Pingin Nasi padang."

Gean terkekeh, bagaimana bisa Dalta yang terkenal gadis kuat itu malah menye-menye kepadanya.

"Jadi sekarang ke rumah makan dulu?"tanya Gean memakaikan helm ke kepala Dalta.

"Iyaaaa Gean ganteng."

Gean terkekeh setelah menemani Dalta berkeliling untuk menitipkan donat ke warung-warung sekarang mereka akan pergi ke rumah makan.

"Siapa yang nraktir nih?"tanya Gean setengah bercanda. Dalta mengacungkan tangannya lucu, "Gue!"

Gean hanya tertawa, Dalta memang senang sekali membuat lelaki itu gemas.

Apalagi kalau sudah cemberut lucu seperti sekarang.

"Kenapa lagi Ta?"tanya Gean gemas setelah makan tadi. Dalta memandang kearahnya, "Bunda udah makan belum ya?"

Gean dengan segera mengusak kepala gadis itu. Jujur, Gean sangat menyayangi gadis ini.

"Pasti udah makan Ta, ayo ah sekarang kita main,"ajak Gean. Dalta mengernyit, "Main kemana?"

Gean tampak berpikir, "Kemana ya..."

"Ke rumah Tante lo aja Ge, gue kangen." Gean sempat berpikir kemudian mengangguk.

"Yey!"

Dan berakhirlah mereka berdua disini, Dalta sekarang sedang duduk diteras, melamun lebih tepatnya.

Gean kembali membawa bolu buatan tante yang kebetulan sedang berada di kamar mandi.

Dalta menoleh dengan wajah antusias menerima piring itu. Matanya mengerjap lucu saat memakan bolu buatan Tante Gean. Bolu rasa pandan itu enak sekali.

Rasanya enak, sangat enak. Gean kembali tersenyum melihat Dalta.

"Bahagia terus ya Ta? Seenggaknya buat gue,"pinta Gean tulus.

Dalta menoleh, menatap mata Gean yang teduh. Tiba-tiba airmatanya jatuh saat itu juga.

"Gue nyuruh lo bahagia, bukan nangis kaya gini,"tutur Gean menghapus linangan sungai kecil yang mengalir dipipi mulusnya.

Dalta terkekeh, membantu kegiatan lelaki itu. "Gue bahagia bisa kenal sama Lo, Ge."

"Harus, lo harus bahagia sama gue Ta."

Andai, andai saja Dalta tahu bahwa Gean menyembunyikan sesuatu yang mungkin akan membuat gadis itu hancur dikemudian hari.

Unduh sekarang dan klaim hadiahnya
Scan kode QR dan unduh aplikasi Hinovel