Pustaka
Bahasa Indonesia
Bab
Pengaturan

Farka Jadi Pembantu

Farka memasuki kamarnya dengan raut muram,penjelasan Gara tak bisa menghilangkan rasa ingin menghajar lelaki itu. Kenapa harus Cilla yang menjadi korban?

Lelaki itu merebahkan tubuh,menyelimuti dirinya dengan keheningan,kepalanya terus berpikir dimana Cilla sekarang?

Bagamana kondisinya?

Apa yang harus ia lakukan selain melaporkan pada pihak berwajib?

Cilla seperti menghilang,Farka mencarinya kemanapun tak ia temukan. Apalagi perkataan Cilla sebelumnya. Farka menutup matanya lelah.

Buggg!

Sebuah benda terjatuh.

Farka meringis kecil saat sebuah Figura yang berada di dinding tepat diatas kepalanya itu terjatuh. Ia berdecak dengan mata yang mulai terbuka. Baru saja ia akan memasuki alam mimpi. Farka mencebik.

Figura yang berisi foto dirinya, Cilla, dan Svarga yang sengaja Farka pasang disana. Didalam foto itu, Farka merangkul Cilla dan Svarga merangkul dirinya. Mereka tampak bahagia. Cilla menjadi perempuan paling beruntung karena mendapat kasih sayang dari Farka.

"Cil..."lirih Farka. Mengusap wajah Cilla dalam foto itu. Semuanya baik-baik saja sebelum Cilla bertemu Gara.

Farka bimbang, takut, dan banyak lagi. Ia telah melapor tentang hilangnya Cilla namun sampai saat ini belum dilaksanakan juga pencarian gadis itu.

Mata Farka memanas, lalu ia teringat gadis bernama Dalta yang membuat Cilla hancur. Gadis yang masih terlihat baik-baik saja. Gadis yang tak tersentuh itu harus mendapatkan imbalan yang sama.

"Lo... Habis sama gue,"ujarnya dengan mata menatap nyalang kearah pintu kamar. Ia berjanji akan membuat Dalta menderita.

Dan, paginya hal yang begitu langka untuk seorang Farka yang sedang menunggu didepan kelas seorang Dalta. Ia akan melancarkan aksinya dengan mendekati Dalta. Membuat Dalta menyukainya dan Gara sakit hati. Hanya itu cara yang terpikir di kepalanya.

Gadis yang ditunggu itu kini sedang berjalan bersama Gean,ia memakai cardigan berwarna ungu dan itu membuatnya tambah menarik.ia yang selalu bersama dengan Gean seperti biasa mengernyit, mendapati makhluk asing dihadapannya. Makhluk yang benar-benar tak ingin ia lihat wajahnya. Dirinya begitu malas, akhirnya ia memutar bola matanya.

"Dalta." Suara berat milik lelaki tinggi itu sanggup membuat gadis-gadis yang berada disekitar menjerit. Memang lebay menurut Dalta karena menurutnya ketampanan Farka hilang karena kesombongannya.

Yang dipanggil tak menjawab, ia hanya mengalihkan pandang menatap tajam sosok yang telah membuat usaha Bundanya sia-sia. Ia masih dendam dan ingin menbalasnya.

"Gue minta maaf,"tuturnya menatap box yang dibawa gadis itu. Box yang kemarin terpental ke bawah itu terlihat sedikit retak.

"Nggak ada maaf buat cowok kaya lo,"ketus Dalta memasuki kelas. Ia mencoba menutupi box yang terlihat retak itu. Meninggalkan Farka yang bergeming.

Farka tak menyerah, lelaki itu merebut box yang berada ditangan Gean. Membuat Gean terkejut. Namun,itu tak membuat Gean marah. Mungkin,Farka akan meminta maaf lewat itu.

"Biar gue aja." Gean tersenyum, kemudian berlalu dari hadapan Farka.

Cowok berkulit putih itu masuk kedalam kelas Ips 3. Membuat cewek-cewek disana terdiam. Seorang Farka masuk kedalam kelas mereka?cowok yang diagung-agungkan satu sekolah karena ketampanan yang dimilikinya.

"Gue bantuin lo jualan,"tuturnya dengan wajah lempeng.

Dalta hendak mengambil box itu sebelum Farka berbicara melantur. Ia tak mau terlibat lebih jauh dengan Farka dan akhirnya ia menampar lelaki itu.

Farka hendak marah,namun ia paham kenapa gadis itu melakukan hal ini.

"Nggak, gue nggak suka sama lo--"

"Tapi gue suka sama lo,"potong Farka menatap kedua mata Dalta. Ia akan membuat mata itu menatapnya penuh puja seperti gadis yang lain.

Hening. Kelas berubah hening setelah Dalta menamparnya.

"Biarin gue bantuin,sebagai permintaan maaf. Gaada penolakan,"ucap Farka dengan wajah songong yang masih melekat di mata Dalta. Kenapa ada orang seperti ini?

Dalta berpikir, otak jahatnya mulai berputar. Lumayan lah, dapet pembantu. Ia tak harus mencari asisten nanti.

"Oke, mau sampai kapan lo bantuin gue?"tanya Dalta menantang. Farka tersenyum,mendekatkan wajahnya tepat dihadapan perempuan berambut hitam bergelombang itu. Saat mendekat wangi lembut tercium menuju indra penciumnya.

"Selama gue suka sama lo, selama itu gue bakal bantuin lo,"ucapnya masih dengan wajah datar.

Dalta merotasi bola matanya, muak mendengar ucapan cowok dihadapannya. Ia benar-benar malas meladeni cowok sombong itu.

"Eneg gue dengernya." Dalta berbalik kemudian menawarkan donat miliknya. Farka pun melakukan hal yang sama.

"Gue beli dua deh Ta. Tapi ngutang lagi hehe,"celetuk Raden disertai kekehan. Dalta mengangguk sementara Farka mendecih. Menatap rendah lelaki dihadapannya.

"Gaya aja orang kaya padahal duitnya gaada,"ucapnya lempeng. Farka menatap kearah lain namun ucapannya tertuju pada Raden.

Raden menyipit kearah Farka, "Gue nggak pernah bilang kalo gue orang kaya. Gue manusia biasa bisa ngutang juga,”belanya.

Setelah mengatakan itu, Raden melenggang kembali duduk ditempatnya. Setelah itu datang Princess, "Taaa, ayo kita keliling!"ajaknya. Sudah waktunya mereka berkeliling.

Princess hendak meraih box yang berada didepan Farka namun segera ditepis oleh lelaki itu. Farka menatapnya dengan tatapan tajam membuat Princess yakin jika cowok didepannya ini sedikit gila.

"Gue aja,”ucapnya menjauhkan box tersebut dari hadapan Princess.

Princess membulatkan matanya tak terima, "Apasih! Gue udah lama ya bantuin Dalta!"tolaknya merasa tak terima. Dalta menepuk keningnya karena ulah keduanya.

"Nggak nanya,”celetuk Farka dengan wajah kelewat malas. Princess itu cewek menyebalkan dimatanya.

Farka segera menutup Box kemudian keluar kelas. Meninggalkan Princess yang misuh-misuh.

"Sekarang tugas lo itu jadi tugas gue, mending lo cari cowok yang bisa lo recokin. Misalnya si sok kaya itu."

***

"Sisa berapa?"tanya Dalta begitu Farka menghitung donat yang masih apik didalam box. Lelaki yang ditanya tak menjawab dan sibuk menghitung.

"Heh! Gue nanya ya!"kesalnya Dalta.

Farka mendongak, "seratus tiga puluh lima ribu."

Dalta mengernyit, dia mencoba untuk mengintip box miliknya.

Tidak mungkin donatnya sisa sebanyak itu.

Kemudian Farka berdiri, menyerahkan lembaran uang yang ia sebutkan tadi.

"Gue beli sisanya."

Dalta awalnya terkejut, namun kemudian terpekik senang. Siapa yang tidak senang jika ada orang yang memborong dagangan kita? walaupun Dalta tak begitu menyukai Farka tapi jika menyangkut uang semua bisa dikesampingkan.

"Gue males sih ngomong ini, tapi makasih udah beli sisanya."

Gadis berambut hitam legam itu memungut box setelah memasukkan uang yang diberikan Farka kedalam sakunya.

Ia melangkah dengan Farka yang sekarang mengikutinya.

"Lo pulang sama siapa?"tanya Farka. Dalta yang berada dihadapannya menjawab dengan nada malas.

"Gean."

Farka segera menahan tangan ramping itu, "Balik bareng gue."

"Dalta balik sama gue."

Sebias suara muncul dari balik tubuh Farka, membuat keduanya berbalik.

Gara.

Dengan tatapan sengit, Gara hendak meraih tangan Dalta yang berada dalam genggaman lelaki itu.

Namun setelah tahu niat apa yang akan dilakukan, Farka segera mendorong tubuh itu.

"Enyah lo brengsek!"

Dalta yang tak percaya bahwa pujaan hatinya mengajaknya untuk pulang bersama lantas terkejut bukan main dengan suara lantang dari 'pembantunya' itu.

"Lo!" Gara marah, napasnya sudah terengah dan siap untuk menerjang tubuh tegap itu namun seseorang berhasil menariknya.

"Dalta biasa pulang bareng gue karena kita ada urusan setelah sekolah, jadi dimohon untuk tidak ada yang mengambil tanggung jawab gue."

Gean segera menarik oknum yang menjadi bahan rebutan itu untuk menjauh.

Dalta memperhatikan Gean yang kini tengah menyodorkan helm kearahnya.

"Apa?"tanya Gean yang merasa diperhatikan.

"Tumben." Jawaban singkat Dalta membuat cowok itu mengernyit.

"Tumben lo nyodorin diri buat ditumpangin sama gue." Dalta memberikan penjelasan, membuat Gean mengangguk paham.

"Biasa juga lo--"

"Udah, lo bakal tau nanti Ta,"potong Gean. Dalta tersenyum, menjadikan bahu lelaki itu tumpuan untuk dirinya naik keatas motor.

"Janji ya Ta?" Sebelum melaju,Gean kembali berbicara.

"Untuk?"

"Jangan pernah jatuh sama mereka berdua."

Unduh sekarang dan klaim hadiahnya
Scan kode QR dan unduh aplikasi Hinovel