Pustaka
Bahasa Indonesia
Bab
Pengaturan

DDD 8

Dulu kamu yang pergi meninggalkanku tidak hanya hatiku yang hancur namun juga tubuhku. Kini aku akan pergi dengan atau tanpa buah hati yang kamu inginkan berkembang di dalam tubuhku.

Javier menatap punggung Tanti sampai sosoknya menghilang ke dalam rumah. Ia segera menghubungi anak buahnya untuk mencari tahu siapa pemilik minivan dan orang-orang yang menyerang mereka bertiga tadi. Setelah memastikan anak buahnya menerima semua informasi yang ia punya. Javier juga menanyakan keberadaan anak Tanti tersebut.

“Bagaimana, sudah ketemu petunjuk tentang anak Tanti?”

“Kalau dari informasi itu kemungkinan anak itu tahun ini berusia delapan tahun Bos. Tapi kami belum menemukan petunjuk tempat tinggalnya.”

“Lalu bagaimana dengan usaha budidaya anggur milik Tanti?”

“Beliau memiliki tiga tempat usaha budidaya yang tersebar di beberapa daerah sekitar Jawa tengah dan Jawa timur, Bos. Wanita ini kaya raya tanpa harta dari keluarga Ekadanta. Sangat pintar mengolah pundi-pundi miliknya.”

Javier tersenyum lebar mendengar pujian dari orang kepercayaan. Entah mengapa rasa bangga menyeruak dan membuncah memenuhi hatinya. Gadis manja yang ia kenal telah berubah menjadi wanita tangguh.

Menerima kenyataan sampai kini belum bisa menemukan keberadaan bocah yang menurut informasi adalah anak kandung dari Tanti Ekadanta, tentu saja membuat Javier sedikit mengerutkan dahinya. Orang suruhannya yang sangat terlatih saja sampai detik ini sangat sulit menemukan keberadaan anak gadis itu. Tidak mungkin juga jika bocah itu tinggal di puncak gunung bukan? Javier juga tahu betul bekas luka melintang di bawah pusar Tanti pasti adalah bekas luka operasi caesar dan tentu saja Tanti bukanlah gadis perawan. Javier mengumpat, dengan membayangkan tubuh telanjang Tanti saja ia merasa kembali bergairah. Terlebih membayangkan tubuh Tanti yang mengandung dari benih lelaki lain, jelas hal itu tidak bisa dibiarkan, Javier tidak rela tepatnya. Javier tidak bisa membalas dendam jika sampai Tanti jatuh dipelukan pria lainnya.

Javier segera mencari keberadaan Tanti dan kemudian masuk begitu saja ke dalam kamar wanita itu. Tanti yang sedang asik melanjutkan kegiatan berkemasnya tentu saja terkesiap kaget mendengar pintunya di buka dari arah luar.

“Tidak sopan, kenapa tidak mengetuk pintu terlebih dahulu?” herdik Tanti kesal. Pria di depannya semakin hari terlihat semakin kurang ajar dan seenaknya sendiri.

“Aku sudah mengetuk pintu tapi mungkin seperti yang aku bilang tadi kamu tuli jadi tidak mendengar ketukan pintuku.”

“Sembarang saja bicara. Apa maumu sekarang?”

“Oh, setelah kamu tuli sekarang menjadi pikun juga ya?”

“APA! Javi, kau ini memang keterlaluan sekali ya?!” Tanti tentu terpancing emosinya dan berkacak pinggang mengabaikan koper miliknya yang terbuka lebar di samping kakinya. Tidak banyak barang yang ia bawa karena sisanya sudah terlebih dahulu dikirim menggunakan cargo.

“Ingat aku bilang kamu hutang nyawa padaku dan kau harus mengobati lukaku,” kata Javier seraya merebahkan tubuhnya di ranjang Tanti seolah di sana tempatnya tanpa kecanggungan.

Tanti jelas tidak berani berteriak pada Javier karena pasti akan mengundang perhatian para penghuni rumah yang lainnya. Pria ini memang sungguh tidak tahu diri, seenaknya saja. Jika harus memilih, Tanti sangat senang jika pria itu mengacuhkan dan mendiamkan dirinya seperti sebelumnya.

Tanti menutup kopernya dan menyingkirkan dekat meja riasnya. Ia segera meraih kotak obat dan duduk di pinggir ranjang dengan canggung. Tanti kemudian menepuk lutut Javier, pria itu tidur dengan kaki sebetal lutut ke bawah menggantung.

“Javi, ayo bangun. Aku obati lukamu.”

“Kenapa sih buru-buru,” ucap Javier dengan menutup matanya dengan sebelah lengannya.

“Banyak hal yang masih harus aku lakukan. Aku sibuk.”

“Memangnya, hal apa yang lebih penting dari mengobati lukaku? Ingat aku terluka karena demi melindungi kalian.”

Tanti dengan memutar bola matanya malas. “Jangan konyol, ayo cepatlah bangun.”

“Kamu berkemas mau pergi ke mana?” tanya Javier.

“Ke mana aku pergi bukan urusanmu. Cepat bangun dan aku obati lukamu,” protes Tanti dengan sekali lagi menepuk lutut Javier.

Javier seketika mendudukkan dirinya. Menatap tajam ke arah Tanti dengan menahan amarah yang semakin memuncak.

Mata Tanti membelalak lebar, ia kaget dengan perubahan wajah Javier. Apa salahnya kali ini, ia rasa tidak ada? Memangnya siapa Javier, sampai tidak mengijinkan dirinya untuk pergi. Tanti seorang wanita bebas.

“Kau lupa, siapa tahu sudah ada anakku sedang tumbuh di rahimmu.”

“Jangan ngawur, tidak ada yang begitu. Aku tidak hamil dari anak siapapun.”

Ucapan Tanti yang seharusnya melegakan siapapun yang mendengar karena tidak adanya ikatan di antara mereka. Namun nyatanya hal itu semakin membuat Javier geram, seolah wanita cantik di depannya ini tidak sudi mengandung anaknya. Javier kecewa, dalam lubuk hatinya ia ingin wanita ini mengandung buah hatinya. Javier semakin menatap lekat wajah Tanti.

“Kalau begitu aku akan membuatmu hamil. Aku pria sehat dan aku tahu dirimu juga begitu.”

“APA! Tolong Javi, jangan gila!” protes Tanti yang langsung dibungkam mulut Javier.

Lidah pria itu menyusup dalam dan tangannya tidak tinggal diam, ia mengeratkan rengkuhan lengannya dan lagi-lagi mengunci kedua tangan Tanti di belakang tubuhnya. Dengan mudah ia mengangkat gadis itu dan mendudukkan di atas pangkuannya.

Tanti terkesiap kaget saat merasakan bukti gairah Javier bergesekan dengan pahanya. Posisinya yang duduk miring dengan roknya yang sudah naik dan mengumpul di pangkuan. Tanti mulai panik dan mencoba menggelengkan kepalanya yang kemudian di kunci oleh Javier dengan menekan tengkuknya tak ingin melepaskan lumatan bibirnya.

Kali ini gantian kaki Tanti yang bergerak tak tentu arah agar pria berbadan tinggi besar itu segera melepaskan dirinya. Namun rengkuhan Javier terlalu kuat. Javier meraih syal Tanti yang tergeletak di atas ranjang dan mengikat kedua pergelangan tangan Tanti. Tanti dibaringkan di atas ranjang, kedua tangannya terikat kuat dan terjalin bersama dengan besi pada kepala ranjang.

Javier duduk mengangkang di atas paha Tanti mengunci pergerakan kakinya, agar tak bisa lagi bergerak tak tentu arah. Rok yang digunakan Tanti sudah mengumpul di atas pinggulnya.

“Apa kamu akan memperkosaku?” tanya Tanti penuh dengan ketakutan dan sorot tidak percaya.

Tanti benar-benar sudah tidak mengenali pria yang duduk di atasnya ini. Javier kenapa bisa berubah menjadi pria yang sangat mengerikan seperti ini.

“Sudah aku katakan bukan. Aku akan melakukan segala cara agar kamu tidak bisa dimiliki oleh lelaki lain,” bisik Javier seraya menundukkan kepadanya dengan kedua tangannya ia meremas dada.

Tanti memalingkan wajahnya, tak sudi menatap Javier yang menyeringai, melecehkan dirinya di rumah kakaknya sendiri. Bisa dibayangkan bagaimana keadaannya. Namun Tanti tak mampu berteriak untuk menarik perhatian orang lain karena pria jahat ini bisa saja membuka rahasia yang masih ingin ia rahasiakan.

Tangan Javier mencengkram rahang Tanti memaksa untuk melihat ke arahnya. “Lihat aku, Tanti. Aku akan membuatmu hamil kau tahu dan aku pastikan kamu tidak akan bisa lepas dariku.”

“Coba saja,” tantang Tanti dengan matanya yang berkaca-kaca. Ia sudah tidak peduli jika sekali lagi akan diperlakukan oleh pria itu seperti kemarin malam. Toh, besok ia akan pergi dari kota ini selamanya. Ia akan membawa putrinya juga pergi dari pulau Jawa.

Javier yang merasa tertantang tanpa membuang waktu tentu saja melaksanakan aksinya. Javier bangkit dan melucuti pakaian Tanti dan dirinya sampai keduanya benar-benar polos dan ia segera membuka kedua paha Tanti lebar-lebar dan merendahkan wajahnya tepat di depan pusat tubuh Tanti. Ini hal yang sangat ia nantikan rasanya nikmat seperti yang semalam ia lakukan pada gadis itu. Gadis itu bisa saja bilang membenci dan menolak dirinya, namun pada kenyataanya tubuhnya sangat merespon dirinya. Terbuka dengan suka rela menyambut miliknya untuk menyatu dan berbagi kehangatan.

Saat lidah hangat Javier membelai dengan gerakan lembut dan penuh kenikmatan tak urung membuat Tanti mendesah dengan sebelumnya memprotes apa yang dilakukan oleh Javier. Bahkan punggung Tanti melengkung dan hal itu membuat dadanya membusung indah dan Javier tentu tidak melewatkan hal itu dengan meremas gundukan indah itu dengan puncaknya yang sedikit menggelap. Dalam aksinya menikmati milik Tanti ia membayangkan jika ada bayi yang menyusu kepada Tanti tentu sangat indah pemandangan itu. Javier dengan keras meremas dan memilin kedua pundaknya hingga sekali lagi desahan lolos dari bibir Tanti barengi dengan pahanya yang menegang, pelepasan Tanti segera datang. Namun hal itu tidak akan dibiarkan oleh Javier. Tanpa aba-aba pria tampan itu segera memasukkan miliknya dalam satu kali hentakan berbarengan dengan puncak yang datang mendera tubuh Tanti yang berkhianat.

Mereka mengerang bersama atas penyatuan itu. Tanti rasanya hampir saja pingsan namun lumatan mulut Javier dan serangan lidahnya yang menguasai rongga mulutnya dan juga hujaman pelan dan dalam Javier yang terasa sesak di dalam tubuhnya. Sangat terasa menggesek dindingnya yang peka dan haus belaian. Tubuh Tanti yang amat sukarela mendamba akan sentuhan pria itu. Ucapan pria itu sungguh berbeda dengan perlakuannya kali ini yang lembut dan penuh pemujaan pada tubuh Tanti.

Telapak kaki dan jari jemarinya tak luput dari serbuan bibir tipis pria itu, wajah bergairahnya sungguh indah dipandang. Andai kata situasinya berbeda, andai saja mereka saling mencintai dan memuja satu sama lain. Percintaan seperti ini akan sangatlah indah, namun yang ada ini bukannya demikian. Ini adalah penyatuan tubuh penuh dengan dosa dan amarah terpendam. Satu jam kemudian Javier baru selesai menjamah tubuh Tanti, melepaskan ikatan pada tangan dan membantu gadis itu memakai pakaian tidur. Ia juga menyelimuti Tanti dan membiarkan gadis yang sudah ia buat luluh lantak di bawah tubuhnya itu. Javier meraih ponsel Tanti dan mengecek ke mana tujuan Gadis itu. Namun tak satu petunjuk pun ia dapatkan.

Javier menghembuskan napas panjang, sekali lagi melirik Tanti yang tertidur nyenyak kelelahan karena percintaan mereka. Javier tahu jika bukan karena kejadian di luar rumah sakit tadi sore tidak mungkin gadis itu sudah tidur secepat ini. Mau tak mau tubuhnya pasti juga merasa syok dan akhirnya terkuras habis menghadapi aksi Javier. Javier mengulurkan tangannya menyingkirkan rambut pendek yang menutupi sebelah wajah Tanti dan memberikan kecupan ringan di keningnya. Pria itu kemudian bangkit dan meninggalkan kamar Tanti.

Begitu bunyi pintu tertutup, Tanti segera membuka kelopak matanya dan sekali lagi ia menangis dalam diam seraya meringkuk bagai janin seperti dahulu kala.

Unduh sekarang dan klaim hadiahnya
Scan kode QR dan unduh aplikasi Hinovel