DDD 13
Tidak semua niat baik dibalas baik oleh manusia, namun jangan berhenti berbuat baik karena KaruniaNya tak akan pernah putus atasmu
♥
Alisya lebih dulu membuka suara dan bertanya, “Maksudnya gimana Kak?”
“Ya ini Tanti, pelajar SMA yang punya usaha toko bunga dan dekorasi. Vendor untuk pestamu. Kebetulan aku sudah bekerjasama dengan tokonya selama dua tahun belakangan ini,” terang Valentina dan wajah Alisya tampak semakin tercengang dibuatnya.
“Oh tentu saja, koneksi keluarga Ekadanta pasti sangat besar untuk usahanya,” timpal Alisya.
Valentina mengerutkan dahi menatap Alisya dengan heran dan berdehem sebelum membalas, “Aku rasa tidak ada salahnya, toh usaha ini tidak mengganggu pendidikannya dan selalu meraih tiga besar di akademisnya. Aku suka membantu anak muda yang mau mandiri dan bekerja keras.”
“Kamu kemarin ingin bertemu dengan pemilik dekorasi bukan? Dan beliaulah orangnya,” tambah Valentina seraya menunjuk ke arah Tanti.
“Alisya bukannya keluarga kalian memiliki hubungan darah ya?” tanya Valentina lagi, Valentina tampak kebingungan karena Alisya seperti tidak mengenali Tanti.
“Tidak Teh. Tanti dan Nona Alisya tidak ada hubungan darah kok. Maaf kalau tidak ada yang perlu dibicarakan saya mau melanjutkan pekerjaan saya.” Tanti harus bersikap formal di hadapan kliennya bukan.
“Oh tentu sa--.” Perkataan Valentina terputus oleh ucapan Javier yang menusuk seperti Alisya.
“Lihat bukan, saya perhatian dari tadi Anda memang tidak sopan,” ujar Javier dengan salah satu alisnya terangkat memandang Tanti dengan tatapan meremehkan.
“Saya sudah bilang maaf, bukan? Saya di sini bekerja bukan melakukan hal yang lainnya,” jawab Tanti yang tidak terima diremehkan begitu saja.
“Iya loh, ada apa denganmu Javi? Tumben begini kamu, bukannya kalian hanya ingin tahu pemilik dekorasi saja. Semua hal yang lain sudah kamu setujui dari kemarin bukan?”
“Lalu kenapa dia tidak ikut dalam rapat kemarin?” tanya Javier.
“Jangan konyol, dia juga sibuk bukan hanya acaramu saja yang dia pegang dan lagi pula sudah ada perwakilan dari tempatnya untuk bertemu dengan kita,” tegur Valentina yang keheranan dengan sikap adik ipar bungsunya itu.
Tanti hanya diam di sana tak lagi menyahuti percakapan mereka yang meributkan sesuatu yang tidak penting itu.
“Maaf Neng Cantik tolong lihat bunga yang baru saja datang untuk dekorasi meja prasmanan dan meja utama besok,” interupsi dari Alta tentu saja membuat Tanti lega dengan begitu sejoli yang masih berhadapan dengan dirinya tahu betul jika dirinya di sini benar-benar bekerja.
“Sekali lagi maaf saya pergi dulu ya. Jangan berantem kalian ya,” ucap Tanti yang kemudian mengikuti Alta yang sedang menjelaskan banyak hal untuknya.
Saat semuanya selesai Tanti berkemas dan hendak pulang namun ia tidak menyangka sang pemilik acara masih ada di sana. Berdiri gagah di koridor luar ballroom, bersandar pada tembok dan bersedekap.
Tanti menghentikan langkahnya dan berbalik arah menuju tempat lift yang lain. Ia sungguh lelah dan tak ingin kembali bersitegang dengan pria itu yang berdiri di sana sendirian. Walaupun sungguh Tanti heran untuk apa juga mereka bersitegang meributkan sesuatu yang jelas tidak penting.
“Tunggu! Aku pikir kamu tidak akan keluar dari saja selamanya,” kata Javier yang membuat Tanti berhenti dua meter dari pria itu berada.
Tanti tanpa berbalik badan berkata, “Saya rasa tidak ada yang perlu dibicarakan dengan Anda.”
“Duh, sombongnya. Benar apa kata Alisya kesombonganmu itu sungguh mendarah daging ya.”
Hati Tanti sakit, apa iya tidak ada satu hal baik nampak dari dirinya di mata pria ini dan kekasihnya. Apa masalah mereka sebetulnya?
Tanti berbalik berhadapan dengan Javier dengan mata yang sudah berkaca-kaca, rasa lelah sudah mengumpul di bahunya.
“Kalau saya memang sesombong yang Anda bilang, lantas untuk apa Anda menghentikan saya?”
“Saya tidak mau acara saya berantakan karena diurus sama anak SMA ya.”
“Jika Anda keberatan dengan hasil kerja tim saya. Baik saat ini juga saya akan hentikan semuanya namun Anda juga harus bicara dengan Nyonya Valentina untuk mengganti jasa dekorasi.”
Javier mengerutkan dahinya tak menyangka akan mendapatkan jawaban seperti itu dari Tanti. Ia pikir Tanti akan mempertahankan hasil dekorasinya.
“Anda juga tidak perlu membayar atas semua biaya yang sudah tim saya keluarkan untuk memesan semua bunga yang sudah tersusun indah di dalam ballroom sana,” ujar Tanti seraya menunjuk ke arah pintu.
“Apakah kamu selalu seperti ini Tanti?”
“Apa maksud Anda?”
“Dingin, jual mahal tapi kalau melihat materi melimpah dengan pasrah kamu akan bisa disentuh. Kamu suka jika banyak pria mengejar dan menginginkanmu bukan. Dengan memberikan banyak bingkisan seperti yang ada dalam genggamanmu itu.”
“Seingat saya, Anda yang terlebih dahulu mengacuhkan saya. Saya sendiri tidak tahu di mana letak kesalahan saya.”
“Oh ya, kamu yakin? Ayo aku antar pulang.”
Tanti menolak dengan gelengan keras karena ia akan pulang dengan Alta yang sudah lebih dulu pergi.
“Tidak, terima kasih. Maaf sekali lagi saya sudah ada yang mengantar pulang.” Tanpa menunggu jawaban dari Javier Tanti berbalik badan dan pergi dari sana.
Berdua bersama dengan Javier di sana membuat hatinya dipenuhi dengan kesesakan yang sulit dijelaskan, bagai duri dalam daging. Menggerogoti hatinya dan harus segera dicabut agar tidak melukainya semakin dalam. Tanti meninggalkan Javier yang mengepalkan kedua tangannya di sisi tubuhnya.
Tanti sempat merasa kecewa begitu tubuhnya menjauhi pria itu. Javier ternyata tidak menyusulnya, memangnya apa juga yang ditunggu oleh Tanti? Mendengar pengakuan dari Elina yang sakit keras hari Minggu kemarin sudah cukup membuka mata Tanti bahwa tak semua orang yang disekitarnya tulus baik dengannya. Terlebih setiap suku kata yang diucapkan oleh Alisya tentang ibu kandungnya jelas terdengar oleh Tanti, begitu juga bundanya Tania. Tania sempat geram dan ingin menegur Alisya namun dihalau oleh Tanti. Tidak ada gunakan memperpanjang masalah itu. Toh, di antara Tanti dan Javier tidak ada hubungan apapun juga. Mereka adalah dua orang asing yang dipertemukan oleh takdir di sana.
Elina menuturkan semua jika dirinya juga meminta maaf telah menjelekkan dirinya di depan Javier dan meminta Tanti untuk berhati-hati terhadap Alisya. Alisya sama jahatnya dengannya begitu penuturan Elina. Saat itu Tanti hanya diam tidak menanggapi ucapan Elina selain kata aku memaafkanmu. Lantas apa lagi yang bisa Tanti katakana pada orang yang sudah menunggu malaikat maut datang menjemputnya. Ia tentu tidak ingin menambah beban perjalanan sahabatnya menuju keabadian.
Tanti tersentak kaget saat tiba-tiba punggungnya terdorong masuk ke dalam lift begitu pintu terbuka. Belum hilang rasa takutnya begitu pintu lift tertutup dibelakangnya tombol merah menyala dan tubuh Tanti dibalikan oleh rengkuhan tangan kekar dan terpojok pada dinding. Hal itu membuat benda-benda dalam rengkuhannya berhamburan di atas lantai dan benda kenyal nan hangat melumat bibirnya.
Benda itu dengan kurang ajar merenggut ciuman pertama Tanti. Mata Tanti membuat menatap pria yang kini merengkuh tubuh rampingnya dengan erat menunduk dengan matanya terpejam rapat. Dengan jarak sedekat ini Tanti dengan jelas bisa melihat bulu mata lentik dan rapat pria itu, menutup manik mata setajam elang itu.
Lidah Javier menelusup saat Tanti meronta dan ingin memprotes penyatuan bibir mereka. Telapak tangan Javier sudah menekan tengkuknya dan satu lagi melingkar erat di punggung Tanti mengurung dan merapatkan tubuh gadis itu ke bagian depan tubuhnya yang kokoh.
“Lepaskan saya,” protes Tanti dengan terengah begitu Javier melepaskan pagutan bibirnya dan menatap bibir indah Tanti yang membengkak.
“Bagaimana caranya?” tanya Javier dengan berbisik seolah pada dirinya sendiri.
“Lepaskan tangan Anda pada tengkuk dan punggung saya,” balas Tanti.
“Bagaimana caranya aku harus mengenyahkan bayangan gadis cantik bergaun lavender bak putri kerajaan dari negeri dongeng ini?”
Tanti mendengkus, meremas lengan atas Javier mendorong pria itu menjauh namun jelas saja usahanya sia-sia. Tanti dengan sisa tenaganya dan Javier tetap bergeming di sana.
“saya tidak tahu bagaimana cara Anda. Itu bukan urusan Saya.”
“Kamu itu seperti duri dalam daging dalam hubunganku dengan Alisya. Aku bersamanya tetapi pikiranku tertuju padamu.”
“Apa maksud Anda? Saya tidak mengerti.”
“Kamu ancaman terbesar hubunganku dengan Alisya. Kau tahu saat aku bercinta dengan dia. Tapi dirimu yang sedang tersenyum menebar pesona dengan para pria di pesta yang tergambar di pelupuk mataku. Aku tidak pernah tuntas menyentuh Alisya. Katakan padaku bagaimana caranya membuat dirimu enyah dari benakku?”
“Mana aku tahu caranya. Bukan aku yang hadir di antara kalian. Itu masalah kalian sendiri tidak ada sangkut paut denganku. Lagi pula bukan aku yang memintamu hadir di acara ulang tahunku. Aku hanya tahu bahwa Mas Dirga mengundang Bang Noah itu saja.” Seketika sikap formal dilupakan oleh Tanti.
Jelas ia tidak suka dengan situasi ini. Keadaan mereka terlalu dekat dan bisa menimbulkan lebih banyak fitnah nantinya.
“Begitu rupanya,” bisik Javier sebelum kembali memagut mulut Tanti dalam ciuman dalam yang memabukkan dan hampir membuat Tanti terlena sampai pada ia merasakan pusat tubuh Javier mengeras dan menekan tubuhnya.
Tanti berjengit kaget dan semakin meronta. Lehernya sampai sakit dalam aksinya melepaskan diri dari Javier.
“Jangan banyak bergerak, kamu akan kesakitan nanti.”
“Lepaskan aku Javi, aku capek dan lapar. Biarkan aku pergi.”
Javier bukannya melepaskan Tanti begitu mendengar protes gadis itu namun pria itu tersenyum dan kembali berkata, “Gadis ini lapar rupanya, baiklah ayo aku traktir makan.”
Tanti terbengong saat Javier dengan mudahnya melepaskan rengkuhannya dan memunguti semua barang bawaan Tanti dan bersikap ramah kepadanya dengan tersenyum lebar. Tanti sangat khawatir jika pria itu memiliki kepribadian ganda. Membayangkan saja membuat dirinya bergidik ngeri.
