Pustaka
Bahasa Indonesia
Bab
Pengaturan

DDD 12

Tarik ulur hati ini sungguh membuat rasa semakin tidak karuan, mencinta tapi tidak dicinta

Masa kini

Tanti menatap halaman bandara seraya tersenyum tipis. Ia benar-benar akan meninggalkan kota dan orang-orang yang telah membesarkan dirinya dengan penuh kasih sayang. Tanti menarik napas dalam-dalam mempersiapkan hatinya dan tak kembali berpaling mengingat ada seseorang yang menunggu dirinya di sana. Setengah mati ia berusaha mengenyahkan bayangan Elina yang mengkhianatinya dengan mengatakan fitnah kepada Javier.

Namun mengingat hari pertama saat ia bertemu dengan Javier tak urung menghadirkan sengatan rasa sakit yang lebih lagi. Jika orang-orang mengetahui hidupnya yang tampak bahagia dan baik-baik saja, mereka tidak tahu ada kehancuran lebih besar di dalam hatinya bahkan saat rasa cinta itu belum berkembang dengan benar.

Salah satu alasan Tanti saat itu pergi adalah menjauhi sumber malapetaka yang membuat Javier membencinya teramat sangat. Sudah dikatakan jika Tanti tidak suka adanya konfrontasi ataupun keributan jadi saat ia mengetahui bahwa Alisya yang notabene masih bersaudara jauh dengan sang bunda, ia lebih memilih menjauhi Javier.

Tanti teringat saat beberapa hari sejak ia melihat Javier berbelanja buket bunga di tokonya kala itu. Hotel bintang lima milik Javier menjadi sering berbelanja bunga di tokonya tidak hanya bunga potong tetapi juga anggrek untuk hiasan di hotelnya. Tanti yang memang sedang belajar bisnis tanaman hias tentu saja menyambut baik hal itu.

Hanya saja ia terjun langsung melayani pembeli pada hari Sabtu dan Minggu saja. Ia tidak ingin menarik perhatian keluarganya, ia tahu benar bagaimana posisinya di dalam keluarga walaupun ia dan saudaranya satu ayah, namun banyak orang beranggapan bahwa dirinya berbeda dengan para saudaranya yang lain. Tanti sebetulnya sangat ingin mematahkan pendapat jika dirinya anak bungsu yang manja dan suka berpesta. Padahal sesungguhnya dirinya tidaklah demikian. Ia datang ke pesta karena kebetulan di undang oleh para pemilik pesta dan ia juga yang menghias tempat acara tersebut. Berkat nama Ekadanta juga dirinya banyak mengenal banyak orang penting yang sangat puas dengan hasil kerja timnya yang memang bekerjasama dengan EO milik Valentina Berto.

Seperti pada hari itu, Tanti di telepon oleh salah satu anak buahnya untuk mengecek persiapan terakhir untuk acara malam itu. Tanti saat itu baru saja kembali dari sekolah dan kareena letak hotel ini berada lebih dekat dari tempatnya saat ini maka dari itu lebih memilih langsung untuk datang ke sana.

Setelah menunjukkan tanda pengenal Tanti yang saat itu baru selesai mengurus kepindahan sekolah dan masih memakai seragam dengan segera menuju ballroom tempat acara berlangsung. Kepergiannya harus dipercepat karena ada hal yang harus ia urus terkait sang kakek yang sakit keras. Hal itu lebih mudah jika dirinya berada di sana. Ia bahkan tidak ingin orang tuanya membantunya. Tanti ingin melakukan semuanya sendirian tanpa bantuan siapapun, ia tak ingin disebut sebagai anak manja dan bisanya hanya bergantung bagaikan parasit.

Tidak ada yang tahu jika Tanti berusaha sangat keras agar bisa menginjakkan kaki di sini, terlebih acara ini adalah untuk pertunangan antara Javier Berto dengan Alisya Egior. Tak pernah terbayang olehnya untuk menghias di acara pria yang ia cintai dalam diam. Tanti berani bertaruh jika apa yang dirinya rasakan ini adalah cinta bukan hanya rasa kagum, walau awalnya memang berasal dari sana. Dengan seringnya ia melihat wajah Javier menghiasi layar kaca kemudian berita satu minggu yang lalu yang mengabarkan bahwa Alisya menerima lamaran Javier di sebuah restoran mewah dan kemudian besoknya toko Tanti mendapatkan kabar untuk hari ini menghiasi acara penting dalam hidup pria itu bertepatan dengan hari Valentine yang berlangsung esok hari namun karena hari sabtu tidak ada kegiatan belajar mengajar jadi para murid memajukan acara mereka.

Tanti tersenyum geli dengan banyaknya buket bunga dan coklat dalam kantong kertas yang dirinya bawa, hadiah dari para teman prianya di sekolah. Namun semuanya tidak ada yang special untuk Tanti kerna bukan berasal dari pria yang istimewa.

Denting pintu lift terbuka pada lantai 5 dan masuklah pasangan pemilik acara esok hari. Javier masuk dengan wajah datar melirik sekilas Tanti yang bersandar pada dinding lift memojokkan diri, padahal dalam lift itu hanya berisi mereka bertiga. Ia jelas tanpa sadar memberikan jarak dari sejoli itu yang ia sendiri belum sadari karena pandangannya yang menunduk. Tanti seperti tidak peduli dengan sekitarnya.

“Kamu tidak ingin menyapa aku?” tanya Alisya yang menggelayut manja pada lengan Javier dan menyandarkan keningnya di sana.

Tanti yang asik dengan pikirannya sendiri kemudian mendongak, pandangannya tanpa sengaja bersirobok dengan Javier yang menatapnya dengan dingin dan seolah tak menyukai keberadaan dirinya di sana. Tanti menyadari sikap hangat Javier padanya hanya terlihat saat dirinya saat pesta ulang tahunnya kala itu. Setelahnya beberapa kali mereka berjumpa, Javier seperti orang yang tidak mengenali dirinya. Javier menghindari dirinya dan begitu juga dengan dirinya sebisa mungkin menjauh dari pria itu.

Meredam gejolak di dalam hati menatap nelangsa kepada dua orang di depannya saat ini. Tanti berusaha tidak menunjukkan reaksi apapun, seolah keberadaan keduanya tidak berpengaruh apa-apa. Namun saat tatapan Javier pada benda yang berada di dalam dekapannya tak urung membuat dirinya mengetatkan rengkuhan seolah hanya dengan tatapan saja pria itu akan merenggut bukti perhatian teman-temannya itu.

“Ck … dasar anak nggak sopan. Kamu ngapain sih di sini? Masih pake seragam pula. Lalu itu apa, hari valentine bukannya besok ya? Oh, aku tahu itu semua pemberian para penggemarmu kan? Atau kamu beli di jalan tadi supaya terlihat jika dirimu banyak yang menyukai padahal jomlo, duh kasian,” ucapan tajam Alisya kembali terlontar.

Tanti menatap keduanya dan lebih memilih diam dan mengalihkan pandangan pada dinding lift yang terbuat dari kaca dan menatap ke arah ke luar. Tanti mendengar suara dengkusan dari Javier yang tetap ia coba abaikan. Namun cengkraman jari lentik berkuku panjang di lengan atas tak urung kembali membuat dirinya terpaksa beralih bersitatap dengan mereka.

Alisya mencengkeram erat lengan atasnya. “Kamu tuli atau gimana sih?!” herdiknya. Alisya malu diperlakukan seperti itu oleh Tanti terlebih di depan Javier calon tunangannya.

Tanti meringis menahan perih yang menusuk dari kuku tajam Alisya. “Tanyakan pada dirimu sendiri, apakah begitu pertanyaan sopan yang diajukan oleh perempuan baik-baik,” balas Tanti.

“Aku sudah menanyakan di awal kenapa kamu tidak menyapaku.”

“Aku tidak melihat jika yang masuk tadi adalah kalian.”

“Iya, karena kamu dari tadi melamun. Dasar anak tidak berguna, belajar yang becus bukannya keluyuran di hotel elit seperti ini.”

“Apa yang aku lakukan di sini bukan urusanmu,” jawab Tanti dingin, “dan lepaskan cengkramanmu yang menyakiti aku.”

Alisya kemudian menyentakkan tangannya dan kembali bergelayut manja pada Javier dan kali ini wanita itu bahkan melingkarkan kedua tangannya memeluk pinggang pria tampan itu.

Tanti hanya memutar kedua matanya, jengah. Melihat tingkah laku Alisya yang manja dan kekanakan menurutnya.

“Lihat Sayang, begitu kelakuan seorang putri dari keluarga terpandang.”

“Memangnya apa yang aku lakukan?!” tanya Tanti tajam kali ini. Tanti mulai terpancing emosinya menghadapi Alisya.

“Apalagi jika tidak ada janji dengan seseorang di hotel ini,” kata Alisya.

“Ya, memang aku ada janji dengan seseorang tetapi tidak seperti yang kamu pikir.”

“Orang ya di mana-mana. Kalau maling itu ketahuan nggak akan pernah mengaku.”

“Memangnya apa yang aku curi?” tanya Tanti dengan menahan sesak amarah di dada. Bagaimanapun ia saat ini sedang dalam situasi bekerja. Terlebih dua sejoli di depannya saat ini adalah kliennya.

“Suami orang mungkin.”

“APA! Suami apa? Ngaco kamu ya. Jangan senang dulu kamu Alisya. Aku memang tidak pernah mengadu dengan siapapun dengan sikapmu yang selalu memusuhiku dan aku sampai detik ini tidak tahu karena apa. Namun jika kamu menuduhku melacurkan diri. Maaf Nona saya bukan gadis yang Anda maksud. Saya tidak perlu mengumbar selangkangan demi kehangatan dan perhatian serta untuk materi.”

“Oh itu jelas, kamu kan tinggal di keluarga Ekadanta yang kaya raya. Kamu hanya tinggal merengek dan bermanja dengan Ayah dan Kakak-kakakmu maka apa yang kamu mau dengan mudah kamu dapatkan, begitu bukan?”

Tanti sudah dalam batas kesabarannya namun ia berusaha untuk meredam semuanya ia tidak ingin merusak suasana hari ini. Terlebih orang ketiga di dalam lift itu tampak tidak ingin ikut campur dalam percekcokan keduanya.

“Terserah, Alisya selalu benar. Bukan begitu?”

Alisya tersenyum jumawa, tampak sangat puas dengan ucapan yang terlontar dari Tanti.

Untung saja tidak perlu menunggu lama pintu lift segera terbuka dan Tanti bergegas keluar dari sana tanpa mempedulikan kedua orang yang tadi bersamanya. Ia ingin perkerjaan segera selesai karena ia harus pulang dan rapat untuk event lain esok hari.

Di depan Tanti sudah tersuguh nuansa pink dan putih berpadu dengan emas sesuai dengan permintaan sejoli pemilik pesta. Ia segera berbelok ke kiri mencari Alta penanggung jawab event ini.

“Tanti, ngapain kamu ke sini!” teriak Alisya dari belakang punggungnya.

Tanti berbalik dan tidak menyangka jika dua orang itu juga datang ke sini untuk meninjau langsung persiapan acara.

“Kerja.” Jawaban singkat Tanti mendapatkan kerutan dalam menghiasi dahi Javier dan Alisya yang mendengkus sebal.

Tanti menunduk dan menaruh semua barangnya bersandar bersama dengan tas para tim dekorasi yang banyak di dominasi pria itu. Ia tahu jika pasangan itu berdiri tak jauh darinya dan dari ekor matanya ia melihat tatapan tajam ketidak senangan dari Javier tertuju kepadanya.

“Wih, borong Neng? Kalau ada temen cowok, bagi kenapa Neng,” goda salah satu pegawainya.

“Makanya cari dong. Di sini kan banyak cowok.”

“Duh, kalau Eneng udah datang mah. Aing udah menjadi tak kasat mata di mata mereka.”

“Jurik kali tak kasat mata.”

“Makanya kalau cantik itu mah dibagi-bagi Neng.”

“Udah cantik dari sananya gimana dong. Oh ya. Di mana Bang Alta?”

“Ada di depan Neng. Ada Ibu Valen juga cari Eneng, udah tunggu dari tadi.”

“Ya udah, titip dulu ya. Aku cari Bang Alta.”

Tanti segera berlalu dari sana dan diikuti oleh Javier dan Alisya yang memang saat ini akan bertemu dengan Valentina sebagai pemilik EO acara mereka.

“Bang Alta bagaimana persiapannya?” tanya Tanti begitu menemukan pemuda tampan berkulit sawo matang yang sedang membungkuk membenahi dekorasi bawah panggung. Tanti bahkan dengan santai duduk dengan melipat kaki di lantai bersebelahan dengan Alta. Hingga ia tidak menyadari jika rok sekolah yang dikenakannya tertarik hingga setengah pahanya.

Tanti asyik berdiskusi dan tidak menghiraukan keduanya yang berdiri tak jauh darinya. Sampai pada akhirnya sapaan datang dari Valentina Berto.

“Nah ini dia Juragan cantik sudah datang. Tanti bangun dulu aku kenalkan dengan adik iparku Javier Berto dan Alisya Egior,” sapa Valentina.

Tanti bangkit dan menyalami keduanya, namun kedua orang itu berlaku seperti orang asing yang baru saja bertemu. Kedua orang di depannya menampakkan raut wajah yang berbeda. Alisya tanpak kaget dan penuh kebingungan mencerna situasi yang ada di depannya sedangkan Javier tampak dingin dan tidak suka dengan Tanti sekilas tersorot dari matanya.

Unduh sekarang dan klaim hadiahnya
Scan kode QR dan unduh aplikasi Hinovel