Pustaka
Bahasa Indonesia
Bab
Pengaturan

DDD 14

Harga diri yang tercabik tak akan kembali utuh, seperti kertas putih yang terkena tumpahan noda

Javier tampak sangat berbeda dengan beberapa jam sebelumnya saat bertemu di dalam lift. Javier memperlakukan dirinya dengan sangat baik sekali. Tanti sangat khawatir saat itu karena pria itu bisa berubah sangat drastis. Bahkan tidak dihiraukannya banyaknya pasang mata pengunjung yang melihat kedekatan mereka, entah apa yang orang-orang itu pikirkan. Satu yang Tanti yakini adalah mereka mengenal Javier sedangkan dirinya pasti tidak akan dikenali oleh para pengunjung di sana. Tanti berharap kebersamaan mereka yang hanya menghabiskan makan malam berdua ini tidak menimbulkan masalah dikemudian hari.

Pria itu membawa Tanti ke sebuah rumah makan mewah. Tempat yang sangat elegan dan indah. Tanti paham, orang seperti Javier mungkin tidak akan terbiasa untuk makan di warung kaki lima seperti dirinya.

Beberapa saat setelah mereka memesan makanan, Javier pamit ke toilet dan saat yang bersamaan seorang pelayan membawakan air putih dan cemilan untuk teman mereka menghabiskan waktu sebelum makanan pembuka mereka datang.

Begitu Javier kembali ke meja mereka berganti dengan Tanti yang ke kamar mandi. Namun saat Tanti kembali ke mejanya ia mendapati Javier yang tampak berbeda dengan biasanya. Wajahnya memerah dan tampak tidak nyaman saat menyantap makanannya. Alhasil pria itu tidak menghabiskan makan malamnya dan lebih banyak menghabiskan air putih yang disajikan.

Javier dengan terburu-buru memintanya untuk segera meninggalkan restoran tersebut dan tampak sangat terburu-buru. Tanti berpikir mungkin Javier ingin menghabiskan waktu dengan Alisya karena tadi dalam perjalan ke restoran Alisya sempat menanyakan keberadaan Javier dan pria itu memberitahukan tujuannya, minus dengan siapa pria itu pergi.

Sepanjang perjalanan pulang, suasana hening dan tegang terasa sekali dalam mobil Javier. Pria itu berkali-kali membetulkan suhu AC dan melepaskan beberapa kancing kemejanya, wajahnya tampak semakin memerah tatapannya liar dan tajam beberapa kali melirik ke arah Tanti dengan deru napasnya yang dari tempat duduk Tanti sangat terdengar jelas. Buku-buku jari Javier yang mencengkeram erat roda kemudi terlihat sangat pucat di kulit pria itu yang sudah putih. Tanti beberapa kali berusaha menelan salivanya kasar guna mengusir rasa gugupnya. Di simpang jalan yang sepi pria itu membanting setir dan meminggirkan kendaraannya dengan tidak sabar ia segera membuka sabuk pengamannya dan juga membuka sabuk pengaman milik Tanti.

“Apa yang kamu lakukan pada minumanku?” tanya Javier tiba-tiba.

“A-pa? Aku tidak mengerti dengan apa yang kamu katakan,” ujar Tanti dengan gugup.

“Kamu gugup pasti kamu sudah menaruh obat perangsang dalam air putihku, bukan?”

“Jangan sembarangan! Untuk apa aku melakukan hal itu?” ujar Tanti yang seketika panik.

Ia bahkan cukup tahu apa gunanya obat perangsang dan efek yang diakibatkannya. Namun bukan berarti dirinya akan dengan rela menjadi pelampiasan Javier, lalu apa tadi yang dibilang Javier ia menaruh obat perangsang? Seujung kuku pun ia tak kepikiran untuk melakukan hal itu. Tanti tidak mungkin melakukan cara semurahan itu untuk menjebak Javier, ia cukup tahu diri dan sayang dengan diri serta orang tuanya yang memiliki mimpi masa depan indah untuk dirinya. Ia tidak akan membiarkan romansa remajanya menghancurkan masa depannya begitu saja. Begitu juga hari ini.

“Kamu pasti pelakunya saat tadi aku pergi ke toilet,” tuduh Javier seraya mencengkram kedua tangan Tanti dan menekankan pada dada gadis itu.

Melihat hal itu tatapan Javier semakin berkabut dan peringatan berbahaya seketika bergema di kepala Tanti menghadirkan dentuman jantungnya yang menggedor dada. Tanti yakin jika Javier bisa merasakan ketakutannya. Tanti bukan ketakutan karena dirinya dituduh melakukan apa yang dituduhkan oleh Javier tapi akan apa yang terjadi saat ini, inilah yang dirinya takutkan.

“Aku sudah katakan, aku tidak melakukan apapun. Ada apa sebetulnya denganmu? Sikap baikmu tadi semuanya hanya pura-pura bukan?”

Tanti berusaha memberontak, namun tenaganya masih kalah oleh Javier ditambah oleh rasa kantuk karena tubuhnya yang kelelahan tak kuasa ia melawan Javier yang kini sudah merendahkan tempat duduknya jadi berubah posisi berbaring. Kedua tangannya telah terikat kencang di puncak kepalanya dengan dasi pria itu sementara rok sekolahnya sudah berkumpul di pinggang dan dengan sedikit usaha dari Javier sudah menghujamkan miliknya yang berdiri tegang. Pria itu dengan bulir keringatnya nampak sangat tersiksa namun juga tidak berbeda dengan Tanti yang masih dengan memakai pakaian lengkap dengan celana dalam yang tersingkap ke samping sudah menjadi tawanan pria itu.

Bahkan jerit kesakitan Tanti tidak dihiraukan oleh Javier. Kedua tangan kuat Javier menahan kedua kaki Tanti yang berusaha menendang dan memberontak, tapi yang ada adalah kakinya yang membentur body dalam mobil.

“DIAM! Biarkan aku menuntaskan hasil perbuatanmu ini,” geram Javier membentak Tanti dan menghujam semakin cepat pada liang sempit nan sesak itu.

Tanti menjerit pilu dengan air matanya yang tertumpah ruah bergabung bersama dengan keringatnya sendiri sampai kakinya lemah bergerak dan Javier melepaskan cengkraman tangannya, lalu kini tangan itu pindah pada dada Tanti. Tanti sudah hampir kehilangan kesadarannya, sampai tidak menyadari jika kancing kemejanya terbuka dan mulut Javier sudah bermain dengan puncak dadanya. Mengulum dan menghisap dengan kuat bahkan meninggalkan banyak jejak di sana. Tanti sampai benar-benar kehilangan kesadaran saat ia merasa hujan akan segera datang karena ia melihat beberapa kilatan dari luar mobil.

Entah beberapa lama yang terasa selamanya. Tepukan di pipi dan percikan air yang mengenai wajahnya membangunkan dirinya dan ia yang membuka matanya sudah berada di depan gerbang pintu rumahnya. Seragam sekolahnya sudah kembali seperti semula walaupun sudah terlalu rapi. Satu yang pasti rasa perih yang menyengat berasal dari pusat tubuhnya tidak bisa menutupi apa yang telah terjadi pada dirinya.

“Jangan berpura-pura seperti korban perkosaan kamu. Itu yang kamu inginkan bukan? Segera rapikan dirimu dan jangan sampai kamu bilang pada siapapun tentang hal ini. Dasar payah, kamu bahkan sudah pingsan sebelum aku mencapai puncak kenikmatan.”

Tanti sakit hati mendengar semua kata pedas yang terlontar dari prira yang baru saja memperkosanya dan membuat ia kehilangan keperawanan. Dengan sisa tenaga yang tersisa dan bahkan air matanya tak kembali keluar. Hatinya terasa kosong, hampa. Bagaikan robot Tanti membuka pintu penumpang dan tanpa menoleh ke belakang meninggalkan Javier dengan kebisuan.

Beruntung baginya tidak bertemu dengan siapapun anggota keluarganya. Ia segera masuk ke kamar dan menggosok tubuhnya yang penuh dengan sentuhan Javier di bawah guyuran air shower. Tangisnya kembali berkumandang, air matanya berlomba dengan cucuran air hangat itu. Seolah dengan begitu dosa dan noda yang melekat pada dirinya bisa ikut luntur terbawa arus air.

Tanti berjalan gontai bagaikan pemain yang kalah dalam pertandingan. Ia mendekati meja tempat minumnya tersedia menyeduh susu hangat untuknya dan segera menegaknya dengan dahi mengerut namun mulutnya mengabaikan rasa yang terlalu panas dan akan membakar lidahnya nanti. Semuanya terasa kebas dan hanya nyeri yang terasa dari ujung rambut sampai ujung jari kakinya.

Otak Tanti tidak bisa berpikir dengan jernih saat ini, berkali-kali bayangan bagaimana reaksi orang tuanya besok saat itu juga ia mengenyahkan pikiran itu. Rasanya beban berat menimpa bahunya dan menimbulkan rasa sesak yang lebih dari sekedar sakit tertolak cinta.

Apakah masih ada harapan dalam penantian pada sesuatu yang tidak ingin diperjuangkan? Malam Ini semuanya sudah terjawab. Menganggap diri sebagai duri dalam daging namun pada kenyataannya ia yang menghancurkan tanpa sisa, kini.

Tanti tersenyum simpul penuh getir mengingat makan malam pertama sekaligus kehancuran dirinya dengan Javier kala itu, seraya menatap keluar jendela pesawat melanjutkan lamunannya mengenang masa lalu penuh kepahitan dan itu masih awal karena malam berikutnya yang membuat Tanti pergi dan hal itu kembali terjadi seperti saat ini semua tak urung adalah sebab pria itu salah satunya. Tanti sudah kembali terperosok dan kali ini dengan sisa kewarasannya ia ingin kembali bangkit.

Tanti sengaja menyimpan di dalam tas suguhan dari paramugari untuk diberikan kepada putri kecilnya. Gadis itu sangat suka mengumpulkan tisu dari berbagai maskapai penerbangan yang ditumpangi ibunya.

Tanti menatap foto sang anak di layar ponselnya. Apapun yang terjadi di masa lalu yang penuh kepahitan itu. Gadis kecilnya adalah satu-satunya anugerah terindah, miliknya. Penguat jiwa dan raganya tempat curahan kasih sayangnya yang tanpa batas. Tanti kembali larut dalam lamunan setelah pramugari memberikan snack berupa air mineral dan roti.

Unduh sekarang dan klaim hadiahnya
Scan kode QR dan unduh aplikasi Hinovel