Bagian 2
Forestoflove : Anjir, ya. Gue lagi perkenalan kehidupan lapangan kerja dan harus dengerin ketua gue ngenalin itu alat-alat radio, tapi malah kebelet boker coba.
SodarajauhLucinLun : Lo lagi blind-date? Pake perkenalan segala.
Cewekgaringkekrempeyek : So?
SodarajauhLucinLun : Wait. Gue tahu kalo lo kebelet boker tiba-tiba, pasti ada sesuatu.
Forestoflove : Lo @Cewekgaringkekrempeyek kalo jawab so lagi, gue kick beneran entar kalo temu!!
Forestoflove : Tahu bangeeeeettt @SodarajauhLucinLun.
SodarajauhLucinLun : Ketua tim lo gans nih pasti. Buat merinding, buat pengen khilaf bareng gitu, kan? Eh jangan bilang iya. Beneran? Ah, klise banget kalo bener ini tebakan gue mah.
Forestoflove : Mau gue kasih gambaran?
Forestoflove send a photo
Cewekgaringkekrempeyek : Lo suka sama ini Om-Om? Inget @Forestoflove, bininya macan.
SodarajauhLucinLun : Oh my my!! Itu om Alder yang buat anak perawan pengen dibuka segelnya sama dia? Gue mah mau pake banget kalo sama ini Om Om biarpun udah punya bini.
Cewekgaringkekrempeyek : Dia yang kagak mau ama lu, tepos! @SodarajauhLucinLun.
Forestoflove : Ya Tuhan sekali ngomong @Cewekgaringkekrempeyek, nyelekit tapi kena gitu.
SodarajauhLucinLun : Eek kusying banget ini bocah @Cewekgaringkekrempeyek. Gue udah terapi bokong sama gunung kembar gue pake bawang merah, ya. Udah lumayanlah ini ukurannya.
Forestoflove : Jangan kidding berlebihan lo @SodarajauhLucinLun. Pake bawang merah??! Ngaco.
SodarajauhLucinLun : Beneran ini gue. Itu saran dari si Martondi, temen sekelas gue. Katanya mantan dia pake bawang merah buat gedein benjolan depan dan belakang. Sekarang manusianya udah di telan bumi kali.
Forestoflove : Maigaaddh, Kal. Gak kepanasan itu aset lo dileletin bawang merah?
SodarajauhLucinLun : Awalnya sih panas, Vo. Tapi setelah saya mengikuti saran dari Martondi untuk menggunakan bawang merah tong feng itu, saya merasakan khasiatnya. Punya gue lebih gede dong sekarang dari pada Kelaya.
Cewekgaringkekrempeyek : Out of context, bocah! Lo @Forestoflove jadi curhat kagak? Gue mau mandiin si empus ni kalo kagak penting-penting banget.
Forestoflove : Oh iya gue baru inget. Elo sih @SodarajauhLucinLun ngomongin aset lo yang kagak seberapa itu.
SodarajauhLucinLun : Tuduhlah aku, sepuas hatimuuuuu ~~~
Cewekgaringkekrempeyek : Gampar gue Vo, gampar!!! Gue takut ngebunuh ini bocah @SodarajauhLucinLun.
Forestoflove : Anggep aja abstrak, Kel. Jadi, FYI para jomblowati, dokter yang jadi ketua tim gue ini itu adonannya si Om Alder yang udah kegoreng dan sekarang ngembang. Empuk banget, kalo digigit jelas nggak bakal mau berenti. Pennya nambah-nambah mulu sampe abis. Sayangnya, yang di depan gue sekarang kagak bisa abis. Bisanya nambah, tapi kagak bisa disentuh. Ibarat eeknya si empus, Kel. Lo pengen banget buang, tapi sayang ama baunya. Buat aromaterapi.
SodarajauhLucinLun : Sumpah, pengandaian lo busuk banget @Forestoflove.
Cewekgaringkekrempeyek : Tanggung jawab lo @Forestoflove!! Empus muntah-muntah gegara namanya lo sebut.
SodarajauhLucinLun : Empus bunting @Cewekgaringkekrempeyek??! Udah gue bilang kan, Kel, kucing jantan punya tetangga lo itu brengsek. Jauhin deh si empus dari dia! Nggak bakal mau tanggung jawab pasti kalo empus ngelahirin anak dia.
Forestoflove : Pada serius bisa nggak, sih? Eek gue udah ada di ujung bokong nih. Tapi kagak bisa permisi ke WC, masih perkenalan gila.
SodarajauhLucinLun : Elah, eek mulu yang lo pikir, Vo. Nikmatin pemandangan depan lo deh. Biar eeknya jadi baik terus mau masuk lagi. Anaknya Om Alder yang mana sih, Vo? Ini anaknya kembar tiga pada ganteng semua loh.
Cewekgaringkekrempeyek : Kek pernah kenal aja manggil Pak Alder jadi Om. Halu @SodarajauhLucinLun!!!
SodarajauhLucinLun : B A C O T!! @Cewekgaringkekrempeyek
Forestoflove : Just find his name. Dante Derova Reuven!
“Kamu! Yang asik sama handphone.”
Gadis yang sejak tadi asik dengan smartphone menoleh ke arah teman di sebelahnya setelah merasakan senggolan ringan di lengan. Dagu temannya itu menunjuk ke arah depan. Segara gadis itu mengikuti arah yang ditunjuk.
Pria tinggi itu melihatnya dengan wajah dingin dan tatapan yang berhasil membuat sari-sari makanan dalam perutnya semakin menjadi berjejalan ingin keluar.
“Harus saya bertanya dengan apa yang kamu lakukan selama saya sedang menjelaskan alat-alat radiografi ini, atau kamu bisa menjelaskannya sendiri dengan sukarela?”
Gadis dengan rambut lurus sebahu itu menutup matanya sekilas dengan wajah yang berkeringat. Keringat dingin, campuran dari rasa takutnya pada pria itu dan harus menahan rasa sakit akibat menahan sisa-sisa makanan di dalam perutnya yang sudah mulas.
“Saya,” gadis itu menggantung ucapannya. Sekilas kembali dilirik pria yang masih melihat dengan tatapan mengintimidasi itu. “Saya harus ke toilet sekarang, Pak. Beneran udah nggak bisa nahan lagi.”
Kekehan pelan terdengar dari sepuluh teman lainnya. Dan gadis itu hanya menunjukkan sederet gigi rapinya sambil memegangi perut. Pria tinggi itu berdehem. Membuat suasana kembali sunyi.
Dua kali.
“Temui saya setelah kamu kembali dari toilet. Kamu perlu menjelaskan beberapa hal pada saya.”
Setelah dengan dinginnya mengucapkan kalimat perintah, pria tampan tanpa ekspresi itu mengakhiri sesi perkenalan mereka dan kembali ke ruangannya. Sedang gadis yang masih menahan kotoran di dalam perutnya itu hanya berkerut sambil menutup matanya tak bisa membantah.
Forestoflove : Harus banget gue dipecat padahal belum kerja apa-apa? Damn!
***
Dante sadar betul jika gadis itu sudah berkali-kali melihat ke arahnya dengan tatapan gugup setelah dia memperkenalkan diri sebagai ketua tim di devisi radiografi saat rapat itu berlangsung. Sebisa mungkin Dante bersikap normal. Tidak berusaha melirik ke wajah gugup yang membuatnya ingin tersenyum tiba-tiba.
Segara Dante meminum mineral di atas mejanya untuk menghilangkan pikiran aneh yang tiba-tiba melintas tak permisi.
Heh, yang benar saja.
Dante benar-benar tidak ingin mencari alasan apa pun untuk membuat gadis itu datang ke ruangannya. Tapi kesalahan kedua yang dibuat gadis itu membuat Dante mau tidak mau harus memberikan wajangan untuk gadis yang tadi siang menabraknya. Dan dengan tidak sopan menyuruh Dante memungut kertas-kertas yang dia bawa dengan tatapan berani.
Jadi, menghadiri rapat untuk perawat baru devisi radiografer itulah yang disebut gadis bermata hazel itu? Heh! Membuat daftar pertemuan mereka semakin panjang. Dan itu membuat Dante harus menyiapkan diri lebih baik lagi.
Hei! Menyiapkan diri untuk apa? Bercanda!
***
Jika dia tidak harus memulai percakapan di grup yang sekarang bernama ‘BidadariSurga’ dan bisa berganti dalam beberapa menit ke depan, Evo yakin bahwa dia tidak akan berdiri di depan pria dingin yang sialnya sangat tampan ini.
Kesalahan yang dibuatnya beberapa jam yang lalu membuat Evo terus berdoa agar pria yang ternyata ketua timnya itu melupakan apa yang sudah dia perbuat. Tapi justru dia sendiri jugalah yang membuat kesialannya semakin menjadi dan kembali bertemu dengan pria itu.
Lagipula, Evo merasa tidak salah sepenuhnya. Dia tidak tahu bahwa pria yang ditabraknya adalah Dokter Ketua di devisi radiologi. Pria itu tidak menggunakan nametag yang seharusnya dia pakai atau jubah putih yang menunjukkan bahwa dia seorang tenaga kesehatan di rumah sakit ini.
“Jadi, kamu mau apa ke sini?”
Mata Evo menyipit sekilas setelah mendengar pertanyaan dari pria yang bahkan tidak melihatnya ini. “Kan tadi Bapak yang nyuruh saya ke sini.” Evo merutuki diri saat sadar bahwa nada bicaranya begitu kentara jika dia sedang kesal.
Pria itu menutup berkas dan melihat ke arah Evo tepat di matanya setelah meletakkan kertas-kertas itu. “Ya, sudah. Tinggal kamu jelasin ke saya, kan?”
Evo menarik napasnya dalam. Lalu menghempaskan dengan perlahan untuk meminimalisir rasa kesalnya.
“Saya minta maaf sudah berlaku tidak sopan pada Bapak beberapa jam yang lalu. Saya benar-benar tidak tahu kalo Bapak ketua tim di devisi radiografi tempat saya bekerja sekarang ini. Dan Bapak nggak perlu mecat saya. Dengan segala kesadaran, saya bakal ngajuin pengunduran diri kalo Bapak nggak suka saya di sini. Dengan sukarela saya bakal berhenti biarpun saya belum ngerjain apa pun. Sekali lagi saya minta maaf.”
Lalu hening. Evo masih dengan setia menatap ubin ruangan yang semerbak berbau maskulin. Evo yakin, wangi ini dari pria yang sedang menusuknya dengan tatapan dari mata hitam pekat itu.
Digelendotin enak banget nih pasti badannya. Evo segera menggeleng pelan. Otak tak warasnya bahkan masih bisa bekerja disaat yang tidak tepat seperti ini. Gara-gara Kelaya sama Kalana nih pasti. Otak gue jadi gak bener.
“Oke.” Suara itu membuat Evo mendongak. Melihat ke arah wajah yang masih dingin tapi Evo yakin, tatapan wajah itu berubah sedikit teduh.
“Apa, Pak?” Evo memang bukan gadis yang sabaran, segera dia mengajukan pertanyaan setelah tak ada lanjutan setelah kata Oke dari ketua timnya itu.
“Besok saya ada rapat jam delapan pagi. Satu jam setelah itu saya ada jadwal konsultasi sama beberapa pasien yang mau ngambil hasil rontgen mereka.”
Evo masih berdiri tegak di tempatnya dengan mulut menganga tidak mengerti. Bahkan tidak sadar bahwa pria itu sudah berdiri di depannya dan membantuk mulutnya yang menganga untuk menutup. Evo mendongak, melihat langsung ke arah manik hitam pekat itu yang ternyata sangat... indah.
“Handle semua. Dan jangan buat saya harus manggil pasien itu sendiri saat konsultasi.”
“Jadi, pemecatan dan pengunduran diri saya gimana, Pak?” Evo masih betah melihat manik itu berlama-lama, tanpa menyadari bahwa jarak mereka benar-benar sangat dekat sekarang.
“Seengaknya, kamu harus kerja dulu sebelum saya pecat atau kamu mengundurkan diri, kan?”
Evo mengangguk pelan. Matanya masih terpatri, seolah terhipnotis dalam pekat telaga mata pria di depannya. Tiupan dari pria itu membuat Evo menutup langsung menutup matanya. Evo bahkan merasakan rambutnya bergerak pelan.
“Keluar!”
Setelah kembali melihat mata itu sekilas, Evo langsung mengangguk canggung dan membalikkan badannya untuk pergi dari ruangan yang tiba-tiba panas itu.
“Kamu,” gerakkan Evo yang hendak membuka pintu terhenti dan harus kembali menatap wajah tampan pria itu. “Tahu nama saya?”
Evo mengangguk mantap. “Dante Derova Reuven.”
“Bagus! Jangan dilupakan sampai kamu mengingatnya.”
Meski tidak mengerti dengan maksud ucapan dari kalimat terakhir ketua timnya itu, Evo akhirnya benar-benar keluar dari sana setelah kembali diusir dengan isyarat tangan.
***
