Pustaka
Bahasa Indonesia
Bab
Pengaturan

Bab 8. Ciuman Tak Terduka

Langkah kaki Jenny yang telah bersiap untuk masuk rumah tertahan karena deru pelan dari mobil milik Zeus yang berhenti di depan rumah. Senyum lebar tersungging di bibirnya saat melihat Vintari turun dari sisi lain mobil itu.

“Wow, kalian hari ini juga berdua?” sapa Jenny riang bahagia.

Vintari mendesah pasrah saat melihat ibunya berjalan menghampiri mereka. Dia berharap ibunya tak melihat dirinya bersama dengan Zeus, tapi sayangnya malah ibunya melihat. Jika sudah seperti ini, makai bunya pasti akan berpikir dirinya mulai membuka hati untuk Zeus. Ah menyebalkan sekali!

Zeus yang menyadari situasi itu, segera turun dari mobil dan memberi salam pada Jenny. “Selamat malam, Nyonya Rivers.”

‘Kenapa pria itu ramah sekali pada Mom? Ah! Harusnya dia menunjukkan sifat buruk, agar Mom tidak suka padanya,’ gerutu Vintari dalam hati.

Vintari ingin Zeus bersikap dingin, angkuh, dan tak ramah pada ibunya, agar ibunya tak suka pada pria itu. Jika Zeus menunjukkan sifat buruk, pastinya ibunya akan membantu membujuk ayahnya membatalkan perjodohan sialan ini.

Jenny menatap Zeus dan Vintari bergantian, dan kembali melukiskan senyuman di wajahnya. Dia benar-benar tidak bisa menyembunyikan kebahagiannya. Dia senang melihat kedekatan antara Zeus dan Vintari.

“Zeus, masuklah dulu, istirahat sebentar sambil minum teh,” ucap Jenny hangat.

Zeus sangat ingin untuk segera pulang, tapi dia tak mungkin menolak ajakan dari seseorang yang lebih tua darinya. Dalam sikap canggung, dia mengangguk menuruti keinginan Jenny—dan mengikuti langkah Jenny ke dalam rumah bersamaan dengan Vintari yang tampak kesal.

‘Kenapa Mom meminta Zeus masuk ke dalam rumah? Dan kenapa juga Zeus menerima? Aku kan ingin istirahat. Kalau seperti ini mana bisa aku langsung istirahat,’ gerutu Vintari dalam hati. Tak mau ambil pusing, gadis itu memilih untuk menuju ke kamar, ingin mengganti pakaiannya.

Di ruang tengah, Jenny menyajikan teh hangat untuk Zeus. “Minumlah. Ini adalah teh kesukaan Vintari, teh rooibos. Hangatkan dirimu dulu sebelum pulang.”

Zeus tersenyum dan mengucapkan terima kasih. Setelah mencium aroma teh rooibos yang khas, dia menyesapnya perlahan dan kembali meletakkan cangkir keramik itu di atas meja. Vintari yang baru keluar dari kamarnya merasa sedikit aneh melihat perbedaan sikap drastis dari Zeus.

“Sayang, kenapa seharian ini kau tidak bisa dihubungi? Mommy dari siang tadi mencoba untuk menghubungimu tapi tak ada satu pun yang kau jawab. Mommy khawatir sekali karena tadi pagi kau terlihat tidak sehat,” ujar Jenny saat Vintari duduk di ujung sofa yang jaraknya paling jauh dari Zeus.

“Maaf, Mom. Aku tidak sempat melihat ponselku hari ini,” jawab Vintari pelan.

Vintari tak menceritakan dirinya pingsan, karena tidak ingin membuat ibunya khawatir. Dia sangat tahu ibunya itu mudah sekali panik. Lagi pula sekarang kondisinya sudah baik-baik saja. Jadi, tidak perlu ada yang dikhawatirkan.

“Lain kali, katakan saja kau akan pergi seharian dengan Zeus. Mommy tidak akan marah," ucap Jenny pada putrinya, lalu pandangannya teralih pada Zeus. “Kau bebas untuk membawa Vintari seharian. Mau menginap juga tidak apa-apa. Aku justru senang, asalkan selalu berikan kabar agar aku tidak khawatir.”

Zeus dan Vintari refleks saling pandang. Tatapan yang tersirat memiliki arti khusus. Situasi yang semakin canggung ini membuat mereka bingung harus memberi respon seperti apa. Zeus tidak bisa mengatakan kejadian sebenarnya hari ini pada Jenny, karena Vintari telah memohon untuk tidak memberi tahu ibunya hari ini dia pingsan dan harus dirawat sebentar di rumah sakit.

Akan tetapi, kondisi sekarang membuat ibunya menjadi salah paham. Vintari merasa frustrasi dan kesal. Ibunya sangat percaya pada Zeus. Sialnya ibunya bahkan membebaskan Zeus membawanya seharian. Apa-apaan ini? Vintari semakin sakit kepala.

“Mom! Oh my Godness! Please stop it, Mom! Tidak seperti itu juga, Mom. Kami hanya tidak sengaja bertemu, dan tak ada rencana untuk tidak pulang, atau menginap seperti yang ada di pikiranmu,” seru Vintari panik.

Jenny tertawa pelan melihat reaksi putrinya yang menurutnya sangat lucu. Dia sangat percaya pada Zeus. Apalagi Zeus akan menjadi suami dari putrinya. Jadi Zeus membawa Vintari menginap, bukanlah masalah besar. Jenny memilih kembali mengobrol dengan Zeus perihal pekerjaan.

Vintari merasa sangat kesal melihat betapa besar dukungan ibunya pada hubungan antara dia dan Zeus. Padahal, selama ini Jenny adalah sosok yang sangat overprotektif padanya. Tak ada satu pun pria yang diijinkan untuk mendekat, tapi kenapa sekarang berbeda? Sangat menyebalkan!

“Zeus, Apakah ayahmu sudah memberitahumu perihal jadwal fitting baju besok siang?” tanya Jenny tiba-tiba, di tengah percakapan mengenai pekerjaan.

Zeus cukup terkejut. “F-Fitting baju? Sepertinya, Dad belum memberitahu tentang jadwal itu.”

Raut wajah Jenny berubah menjadi sedikit canggung. “Oh, kau belum diberi tahu, ya?”

Zeus terkejut begitu juga dengan Vintari. Tak ada jawaban dari keduanya, hanya saling pandang dan saling berkomunikasi dengan sorot mata yang jelas terlihat bingung. Tiba-tiba dijodohkan, dan sekarang langsung ada jadwal fitting baju.

“Nyonya Rivers, sepertinya aku harus pamit dulu karena sudah malam. Besok aku ada shift pagi,” pamit Zeus mencoba untuk melarikan diri dari situasi ini.

Jenny tersenyum dan mengangguk. “Sering-seringlah datang ke sini, Zeus.”

Zeus tersenyum berusaha sopan merespon ucapan Jenny. Tanpa menoleh lagi pada Vintari, dia melangkah cepat menuju pintu. Pikirannya sekarang adalah fitting baju, tanpa sama sekali dia ketahui. Ayahnya belum memberi tahu apa pun padanya.

“Mom! Apa-apaan itu?? Kenapa tiba-tiba ada pembahasan tentang fitting baju? Aku belum mengatakan apa-apa tentang perjodohan itu, Mom! Aku bahkan belum mengatakan iya!” protes Vintari di kala Zeus sudah pulang.

Jenny menatap Vintari dengan tatapan tegas dan lekat. Dia tidak suka cara bicara Vintari yang meledak-ledak seperti itu. “Darling, dengarkan. Masalah perjodohan itu adalah perintah, bukan permintaan. Jadi, kau tetap akan melakukannya. Lagi pula, Zeus adalah pria yang tampan dan baik. Latar belakangnya juga sangat baik. Dia yang paling pantas untukmu.”

Vintari tak habis pikir dengan cara berpikir ibunya. Terbaik dari sisi mana? Ibu dan ayahnya bahkan tak pernah melihat, bagaimana sikap Zeus yang terlihat seperti manusia tanpa perasaan. Sosok Zeus bicara dengan kedua orang tuanya berbanding terbalik, di kala bicara dengannya. Ibu dan ayahnya telah tertipu dengan tingkah sopan pria sialan itu!

“Mommy! Ini hidupku. Tidak ada seorang pun yang bisa mengatur jalan hidupku! Kenapa kalian berbuat sangat jahat dan tidak mau mengerti perasaanku?!” seru Vintari tegas menolak perjodohan ini.

Jenny berdiri sambil kembali menatap tegas pada Vintari, lalu mengatakan satu kalimat terakhir sebelum meninggalkan Vintari sendirian di ruangan itu. “Keputusan sudah final. Kau akan tetap menikah dengan Zeus.”

“Mom!” Vintari berseru memanggil ibunya, tapi sayangnya malah ibunya tak mengindahkannya sama sekali. Tampak umpatan bercampur dengan decakan lolos di bibir Vintari.

Fitting baju? Oh God! Itu artinya pernikahannya dengan Zeus sudah di depan mata. Lantas bagaimana perasaannya dengan Zayn? Vintari mengacak-acak rambutnya sambil membenturkan keningnya ke sofa akibat frustrasi.

Di sisi lain, Nada tersambung terdengar beberapa kali dari ponsel Zeus. Setibanya pria itu di mansion pribadinya, hal pertama yang dia lakukan adalah menghubungi ayahnya. Dia ingin konfirmasi tentang apa yang dikatakan Jenny tadi.

“Dad, aku ingin bicara denganmu,” ucap Zeus dingin kala panggilan terhubung.

“Ada apa, Zeus?” tanya David dari seberang sana.

Zeus mengembuskan napas kasar. “Tadi Nyonya Rivers mengatakan besok aku dan Vintari akan fitting baju. Itu hanya lelucon, kan?”

“Oh, My God. Aku lupa memberitahumu, Zeus. Kau sudah mendengar dari ibu Vintari?” David balik bertanya tanpa beban sama sekali.

Zeus berusaha mengatur rasa kesal dalam dirinya. “Ya, aku tahu dari ibu Vintari.”

“Good. Besok siang setelah jam makan siang, datanglah ke butik bersama Vintari untuk fitting baju pernikahan kalian. Orangku sudah mengaturnya.”

Zeus mengepalkan tangannya. “Dad, kenapa tidak dibicarakan dulu denganku?”

“Kau tidak menolak perjodohan itu. So, I thought kau akan menyetujui semua hal yang berkaitan dengan perjodohan itu. Was I wrong?"

Zeus mengumpat dalam hati. “Aku memang menyetujui perjodohan itu. Tapi bukan berarti kau bisa mengatur jadwal pribadiku, tanpa diskusi terlebih dulu denganku. Bagaimana jika besok aku ada jadwal operasi?”

“Aku sudah memeriksa semua jadwalmu. Besok kau tidak ada jadwal untuk operasi.”

“Dad, please lain kali kau harus konfirmasi padaku. Kau jelas tahu pekerjaan kita sering mendapatkan panggilan mendadak.”

“Oke, sorry. Untuk ke depannya aku akan bertanya dulu padamu. Tapi kali ini kau jangan batalkan fitting baju. Aku tidak enak pada orang tua Vintari.”

Zeus menghela napas, lalu menghempaskan tubuhnya di atas ranjang megah. “Alright, besok aku akan ke sana.”

Pria tampan itu melempar ponselnya ke sembarangan arah. Raut wajah menunjukkan jelas bagaimana dia kesal dan emosi. Akan tetapi, Zeus tak bisa menyalahkan sepenuhnya ayahnya. Sebab memang dia tidak sama sekali menolak perjodohan yang telah diatur oleh ayahnya.

***

Di dalam La-Sera Butik yang bernuansa semi klasik modern, Zeus terlihat duduk dengan menahan bosan. Ini sudah gaun kelima yang dicoba Vintari, tapi tak ada satu pun yang berhasil membuat hatinya tergerak untuk mengangkat jempolnya.

“Zeus, aku lelah. Apa tidak ada gaun yang bagus?” protes Vintari kesal.

Butik yang dipilih adalah butik yang cukup ternama di Manhattan. Tentunya butik itu memiliki koleksi gaun yang sangat indah. Namun, sudah lima gaun dicoba oleh Vintari, tapi tidak ada satu pun yang menarik perhatian pria itu. Vintari lelah harus bolak-balik ganti gaun.

“Bukan hanya kau yang lelah. Aku juga sangat lelah. Semua gaun tidak bagus. Terlalu norak,” komentar Zeus pedas.

Vintari melotot kesal mendengar ucapan tajam pria itu. Zeus yang hanya duduk diam sambil menunggu bisa protes, apa kabar dirinya yang dari tadi harus mencoba banyak gaun itu? Shit! Mimpi apa dia memiliki calon suami menyebalkan?

“Lihat yang benar! Gunakan matamu dengan baik. Tidak mungkin tidak ada satu pun yang terlihat bagus. Aku sudah lelah dari tadi terus mondar-mandir mencoba gaun mana yang cocok!” gerutu Vintari sebal.

Zeus tak mengindahkan ucapan Vintari. Pria tampan itu memicingkan matanya pada Vintari, mencoba menilai kembali gaun model Ball Gown dengan detail brokat merambat ke arah punggung yang terbuka itu. Secara keseluruhan, Vintari terlihat sangat cantik memakai gaun itu. Detailnya yang mewah dengan model rok yang terlihat mekar bertumpuk tile lembut nampak sangat cocok dengannya.

“Memang tidak ada yang terlihat bagus,” ucap Zeus sambil berdiri, lalu mendekat pada Vintari dan berbisik di telinga gadis itu, “Atau mungkin, kau adalah satu-satunya alasan kenapa gaun-gaun itu menjadi terlihat tidak bagus.”

Zeus tersenyum puas melihat reaksi Vintari yang sesuai harapannya. Sambil menyeringai, dia berbalik untuk kembali duduk di tempatnya tadi. Vintari yang kesabarannya telah terkuras, buru-buru mengayun tangannya untuk memukul punggung lebar milik Zeus. Sayangnya, karena tindakannya yang terburu-buru justru membuatnya menginjak ujung rok bagian depan dan membuatnya tersandung.

“Aaaaaaaa!” teriak Vintari keras.

Mendengar teriakan itu, refleks membuat Zeus kembali berbalik ke arah Vintari dan dengan sigap menangkap tubuh gadis itu. Dalam hitungan detik, mereka berdua terjatuh dengan posisi tubuh Vintari yang telah menindih Zeus. Keduanya terbelalak karena menyadari satu hal yang sangat tidak terduga. Tanpa sengaja, bibir Vintari telah mendarat lembut di bibir Zeus.

Unduh sekarang dan klaim hadiahnya
Scan kode QR dan unduh aplikasi Hinovel