Pustaka
Bahasa Indonesia
Bab
Pengaturan

Tiga

Raiya ingin menertawakan pantulan dirinya di cermin. Astaga apa ini benar-benar dirinya? Lihatnya betapa genitnya seorang Raiya Anzara ketika sedang jatuh cinta. Iya, meski sudah menampik berkali-kali namun rasa itu mengarah pada sesuatu yang sudah Raiya ketahui ujungnya.

Raiya jatuh cinta dengan Arsya, lelaki yang hanya ia temui sebanyak dua kali dan tentu saja Raiya jatuh cinta dengan lelaki yang tidak bisa dirinya miliki. Memang itukan sebenarnya hobby manusia? Mengharapkan sesuatu yang tidak mungkin.

Meski akal sehatnya sudah berkali-kali memberi tahu Raiya jika perasaan ini akan sia-sia, namun tetap saya hatinya tidak mau mendengarkan hal tersebut. Dan yang terjadi sekarang adalah akibat dari perasaan kasmaran Raiya.

Mungkin hal ini hanya terjadi sekali dalam setahun atau dua tahun atau entah lah berapa lama. Raiya merias dirinya dengan sangat baik, ia menggunakan semua produk make up yang Divya berikan. Lagi pula, malam ini Raiya akan menghadiri pesta ulang tahun sahabat ribetnya itu.

Raiya berkali-kali menatap pantulannya dan memastikan jika semuanya sudah siap. Blouse berwarna biru laut dan sebuah rok plisket abu-abu terlihat sangat pas di tubuhnya, ohya dan jangan lupakan rambutnya yang ia tata dengan model ikal khas cewek-cewek instagram.

Sesungguhnya Raiya tidak memiliki tujuan dari usahanya malam ini. Ia hanya ingin tampil berbeda dan mungkin itu juga terjadi karena situasi hatinya yang sedang membaik.

***

Sudah berapa lama ya kira-kira Arsya tidak bertemu dengan Divya? Kekasihnya itu sibuk luar biasa sampai seperti tidak memiliki waktu untuknya, untuk hubungan mereka. Semua berawal dari passion Divya sebagai seorang beauty vlogger yang ternyata mendapatkan sambutan baik dari publik, nama Divya langsung meroket sebagai seorang konten kreator.

Arsya bukan tipikal lelaki yang egois dan membatasi kekasihnya melakukan apapun passion gadis itu, tapi menurutnya apa yang sedang Divya lakukan mengambil banyak porsi daripada seharusnya. Divya meluangkan hampir seluruh waktunya untuk menekuni passionnya tersebut, hingga perlahan-lahan melupakan jika ada Arsya.

Tetapi, Divya juga tidak sepenuhnya salah karena Arsya pun bersikap hampir sama. Lelaki itu larut dalam tumpukan koleksi bukunya dan juga puisi-puisi atau apapun itu namanya yang berbentuk seni tulis menulis.

Seseungguhnya, keduanya sudah saling berjalan membelakangi. Namun belum ada yang menyadari hal ini dan melerai benang kusut yang sulit dijelaskan.

Hampir satu jam berlalu, Arsya merasa tidak ada satu pun alasan kenapa ia berada di tempat ini adalah hal yang tepat. Restoran yang Divya pesan untuk merayakan ulang tahunnya sudah penuh didatangi oleh teman-temannya, mulai dari teman kampus hingga teman-teman yang menekuni dunia konten kreator.

Divya asyik dengan dunianya sendiri, menebar senyum dan menyapa teman-temannya dengan begitu antusias. Namun Arsya malah dirundung rasa bosan karena merasa di tempat yang salah, Arsya seperti tersesat di tengah hutan sendirian.

Pekikan Divya mengalihkan atensi Arsya, lelaki itu menyeritkan alisnya kala melihat Divya yang berlari kecil menghampiri salah satu temannya yang baru tiba. Sungguh Arsya penasaran dengan tamu undangan yang datang, apa itu selebgram sekelas Awkarin atau Rachel Vennya? Reaksi Divya yang berlebihan membuat tanda tanya besar di kepala Arsya.

Untuk beberapa detik, Arsya seperti kehilangan nafasnya kala melihat sosok yang membuat Divya memekik heboh tadi. Berkali-kali ia mengerjapkan matanya untuk memastikan jika itu adalah sosok yang ada di pikirannya.

Itu Raiya.

Arsya yakin seratus persen jika itu adalah Raiya, namun tampilan gadis itu malam ini sangat berbeda. Raiya sangat...sialan gadis itu terlihat sangat cantik. Bahkan Arsya diam-diam menatap setiap pergerakan gadis itu dari tempatnya duduk.

"Attention!" Suara Divya yang nyaring langsung membuat seluruh perhatian tertuju padanya.

Divya malam ini terlihat seperti bunga yang paling merekah, dress berwarna pink yang gadis itu gunakan seakan membuat tampilan Divya semakin manis dan cantik.

"Pertama-tama, gue mau ucapin makasih untuk kalian yang udah datang..."

Batin Arsya sedang berperang karena demi Tuhan, ia tidak mendengarkan ucapan Divya dan malah menatap gadis berbaju biru yang berdiri tepat di samping Divya, siapa lagi kalau bukan Raiya? Bahkan Arsya baru tersadar ketika seluruh ruangan menyanyikan lagu selamat ulang tahun dan Divya mengisyaratkannya untuk mendekat.

Benar, gadis itu adalah Raiya. Dan Arsya sangat yakin jika Raiya sudah menyadari kehadirannya, terbukti dari sikap Raiya yang selalu menghindari tatapan matanya.

"To my best best best friend!" Kata Divya ketika menyuapi potongan kue pertama kepada Raiya.

Astaga, apa yang Arsya dengar barusan? Jadi Raiya adalah sahabat Divya? Kekasihnya?

Divya dan Raiya berpelukan cukup lama dan erat, Arsya yakin jika mereka sangat dekat. Entah apa yang harus dirinya rasakan kali ini, intinya Arsya ingin memaki dirinya sendiri.

"Happy birthday, Div. Kalau ada sesuatu yang lukis-lukis itu kado dari gue ya!" kata Raiya. Divya tersenyum, "Makasih cantik!"

Sepanjang pesta berlangsung, pikiran Arsya tidak bisa fokus sama sekali. Ia ingin berbicara dengan Raiya seperti tempo hari namun entah kenapa rasanya sangat sulit untuk mendekat. Hingga semua keberanian yang Arsya miliki terkumpul, dan inilah saatnya.

Raiya yang sedang mengambil pudding tidak menyadari kehadiran Arsya sama sekali hingga akhirnya lelaki itu berdeham dan membuat gadis itu sedikit terlonjak.

"H-hai?" Sapa Raiya.

Arsya tersenyum, lalu tangannya mengambil wadah untuk makanan kecil yang ingin dirinya icipi. "Ternyata kita ketemu lagi."

"Hehehe iya.."

"Kamu kelihatan beda."

"Hehehe iya.."

Jawaban Raiya terlihat sangat janggal dan berbeda dari yang terakhir Arsya ingat. Raiya terlihat menahan diri dan tidak ingin berbicara dengan dirinya sama sekali.

"Aku baru tau kalau kamu sahabat Divya." Kata Arsya, lelaki itu seperti tidak kapok dan tetap ingin tau alasan di balik sikap Raiya yang menurutnya aneh. Karena seingatnya, Arsya tidak melakukan atau mengatakan apapun yang memiliki kemungkinan untuk membuat Raiya tersinggung.

Raiya menoleh sambil tersenyum tipis. "Aku juga baru tau kalau kamu pacarnya Divya."

Arsya terdiam sejenak kala mendengar ucapan Raiya. Entah kenapa seperti ada yang mengganjal di hatinya, Arsya seperti...tidak nyaman dengan ucapan Raiya.

"Udah berapa lama temanan sama Divya?" tanya Arsya lagi.

"Berapa ya? Dua tahun kayaknya."

"Oh baru dua tahun."

Raiya mendecih meskipun pelan ia tetap berharap jika Arsya tidak mendengarnya. Baru katanya? Dua tahun itu bukan waktu yang sebentar baginya, apalagi Divya ada untuknya disaat-saat yang sulit.

"Kamu udah lama pacaran sama Divya?" Raiya menggigit lidahnya ketika menanyakan hal yang sebenarnya tidak terlalu penting.

Arsya menyeringai meski hanya beberapa detik. "Lumayan, tapi gak jelas karena sering putus nyambung."

Oke, jawaban Arsya sudah sangat cukup bagi Raiya untuk mendeskripsikan seperti apa lelaki itu sesungguhnya. Bagaimana bisa seorang lelaki mengacuhkan gadis cantik nan baik hati seperti Divya? Pasti itu adalah tipe lelaki yang menyebalkan.

Suara di dalam kepala Raiya sedang heboh menertawakannya, ternyata hatinyaRaiya sudah patah sebelum benar-benar jatuh.

Unduh sekarang dan klaim hadiahnya
Scan kode QR dan unduh aplikasi Hinovel