Pustaka
Bahasa Indonesia
Bab
Pengaturan

Bab 3 Masalah baru

Dua wanita berjalan masuk ke dalam ruang rapat yang terlihat sangat luas. Mereka terdiam harus memulainya dari mana pekerjaannya.

"Gimana kalau kita sekarang kita bagi tugas,"

"Terserah kamu," jawab Alice ramah.

"Oya.. Kita belum kenal. Nama kamu siapa?" ucap teman barunya yang berdiri di sampingnya. Dia mengulurkan tangannya, sebagai tanda perkenalan.

"Aku Alice" Alice membalas urusan tangan Zahra.

"Aku Zahra" ucapnya. "Sekarang kita jadi teman kerja. Semoga jadi patner kerja terus ya,"

"Iya. Samoga aku betah di sini,"

"Ya, sudah kita bersihkan dulu," ucap Zahra segera membagi tugas untuk Alice.

Tanpa banyak bicara lagi. Alice dan Zahra mulai membersihkan ruang rapat mereka membagi tugas masing masing. Zahra membersihkan kacasedangkan Alice membersihkan meja di ruang rapat. Mereka dengan cepat mengerjakan tugasnya satu persatu tugas itu selesai dalam sekejap mata.

Zahra berhenti sejenak melihat jam tangannya yang hanya kurang 5 menit lagi ia harus selesai membersihkan semuanya.

Mereka segera merapikan kursi dan barang barang di ruang rapat segera dan tepat waktu.

Tidak lama kemudian seseorang membuka pintu ruang rapat itu membuat pandangan mereka ertuju di depan pintu yang perlahan terbuka.

Matanya terbuka lebar seketika melihat lelaki tampan di depannya. Berbadan tinggi dengan kulit putihnya dan jas hitam membalut pas di tubuh kekarnya. Di hiasi dengan dasi abu-abu menggelantung di lehernya, terlihat sangat elegan dan sangat tampan.

Namun Alice dan Zahra hanya berdiri menundukkan kepalanya tanpa berani menatap ke arah lelaki itu lebih lama.

Lelaki itu segera duduk di bangku rapat ia duduk dengan kaki menyilang. Dengan ke dua tangan memegang tab, pandangan matanya tidak lepas dari tab di tangannya. Tangan di atas bahu kursi. Dan tangan kiri melonggarkan dasi abu-abunya itu dengan tatapan tertuju pada wajah polos Alice.

Alice melirik ke arah lelaki itu sebentar. Lalu menundukkan kembali.

"Hey.. Kamu sini," panggil lelaki itu. Melirik ke arah Alice yang mengerutkan wajahnya takut.

Mereka berdua menarik napasnya bersamaan. Mengangkat kepalanya, menatap bersamaan ke arah lelaki itu.

"Siapa pak, saya?" tanya Alice menunjuk dirinya.

"Iya.. Kamu sini," pungkas lelaki itu yang masih duduk santai di kursinya.

Alice berjalan dengan penuh keraguan di dalam tubuhnya. Tanpa berani menatap ke depan dia. berjalan perlahan mendekati lelaki itu.

"Tidak usah nunduk, lihat ke arahku," ucap tegas laki-laki itu.

Alice perlahan mengangkat kepalanya dan menatap lelaki itu. Ia sempat kagum melihat wajah tampannya. Tetapi dia sadar siapa dirinya. Tidak mungkin pantas mengagumi laki-laki kaya tampan seperti dia.

"Nah, gitu, sekarang kamu buatin aku kopi." Alice mengeryitkan dahinya seketika. Dia bukan bosnya tapi menuruh dia membuat secangkir kopi.

"Tapi pak tugas aku di sini cuma bersih-bersih, bukan buwat kopi untuk tamu" ucap Alice membela dengan nada polosnya.

Laki-laki itu beranjak berdiri, melangkahkan kakinya mendekati Alice. Sekilas dia melirik ke arah teman Alice.

"Kamu berani menolak perintahku, aku bisa bilang ke bos kamu sekarang, untuk pecat kamu, gimana?" bisik lelaki itu dengan wajah tepat di wajah alice. Wajahnya mulai memerah seketika ia terlihat sangat malu harus berhadapan sangat dekat dengan seorang lelaki.

Ya, lelaki itu adalah Arya saudara Adrian sekaligus rekan bisnisnya sekarang. Wajahnya sangat tampan membuat para wanita meleh menatapnya.

Setiap langkah Alice terus berdecak kesal menggerutu tidak jelas tentang Arya dalam hatinya.

"Oke.. baiklah!!" ucap Alice terpaksa.

"Kamu juga boleh pergi sekarang," ucap Arya pada Zahra.

"Aku mau menunggu teman aku dulu, pak."

"Aku mau di dalam sendiriLebih baik kanu panggil bisa kamu," jawabnya jutek.

Zahra menunduk takut, "Ba-- baik.. Pak." jawab Zahra terpatah-patah dan beranjak pergi.

Alice mengabaikan Zahra dan Arya, dia melangkahkan kakinya pergi membuat kopi sesuai dengan perintah laki-laki yang baru saja dia temui tadi.

Dasar lelaki aneh.. udah tahu tugas aku apa, malah suruh bikin kopi. Grutu Alice yang berjalan masuk ke dapur dan mulai membuat sebuah kopi untuknya. Tidak butuh waktu lama secangkir kopi siap di sajikan.

Dia segera membawa secangkir kopi itu ke ruang rapat. Dengan terus menggerutu tidak jelas. Alice membuka pintunya perlahan. Sembari membawa satu cangkir kopi di atas nampan.

Dia tidak menyadari di ruang rapat sudah ada berbagai orang lelaki hingga wanita yang sudah duduk di sana. Sedangkah Zahra sudah pergi dari ruang rapat itu. Alice segera berjalan mendekati lelaki itu untuk menaruh secangkir kopi pesannya.

tak sampai di depan seorang membuka pintu dan berjalan terburu-buru membawa beberapa berkas di tanganya, masuk tanpa melihat seseorang ada di depannya.

Bruukkk...

Tubuh kekar lelaki itu menabrak tubuh Alice, hingga kopi itu tumpah mengenai jas hitam miliknya. Semua mata sontak tertuju padanya Termasuk lelaki yang menyuruh dia bikin kopi.

"Adrian?" gumam lirih Alice, dia seketika langsung menunduk, mengernyitkan wajahnya.

"Sial, pasti dia marah. Gimana ni?" Batin Alice tubuhnya mulai gemetar seketika.

"Maaf! Maaf!" kata Alice takut. Tanganya mencoba meraih tisu untuk membersihkan jas hitan Adrian. Seketika langsung di tepis olehnya.

"Jangan menyentuhku," ucap Adrian dengan nada tinggi membuat semua tercengang. Menatapnya bingung.

"Kamu lagi, kamu lagi, kamu selalu bikin masalah saat bertemu denganku. Dan kamu kenapa bisa disini? pergi dari sini" bentak Adrian dengan menaikan nada bicaranya satu oktaf. Sembari telunjuk tanganya, menunjuk ke arah luar pintu.

Alice yang malu, takut, kecewa, dan marah jadi satu, dia berlari keluar dari ruangan rapat menuju dapur meletakkan kembali secangkir kopi itu. Ia melepaskan celemeknya dan berlari lagi menuju ke kamar mandi untuk meluapkan semua perasaanya saat ini. Matanya sudah mulai terbendung.

Arya beranjak berdiri meninggalkan ruang rapat tanoa perdulikan Adrian. Ia segera mencari di manda Alice pergi.

Alice berdiam diri di depan cermin besar toilet. Ia gak kuasa menahan tangisnya lagi.

"Ibu maafkan aku.. aku tidak bisa membahagiakanmu" gumam Alice perlahan mengeluarkan air mata membasahi pipinya.

"Mungkin di sini bukan tempat yang cocok untuk aku meraih rejeki" Gumam Alice mencoba menyeka air mata dengan punggung tangannya.

Ia terdiam seketika mendengar suara hentakkan kaki berjalan mendekat ke arahnya. Ia menoleh seketika nampak waspada.

"Kamu gak papa," tanya Arya dengan napas ngos-ngosan habis berlari mencari Alice berada dan akhirnya bertemu di ruang kamar mandi wanita.

Tiba-tiba tangisan Alice pecah semakin menjadi membuat Arya bingung di buatnya.

"Apa aku salah, kenapa aku selalu di pecat dari kerjaanku" gumam Alice.

Arya memegang ke dua bahu Alice mencoba menenangkan tangisan alice yang semakin keras membuat arya semakin panik.

"Kenapa kamu nangis hanya gara gara ucapan Adrian"

"Kamu bisa tetap bekerja di sini tenang saja,"

"Lagian kamu gak salah, dia yang salah jadi sekarang kamu jangan menangis lagi ya" ucap Arya tak memberi celah sedikitpun untuk alice berbicara.

"Kenapa kamu baik padaku, aku hanya pegawai rendahan yang pantas di marahi" ucap alice yang masih menatap ke arah lelaki di depannya itu.

"Aku gak perduli pekerjaan kamu, sekarang lebih baik kamu sekarang basuh air matamu. Jangan terlihat cengeng di depan semua orang" lelaki itu menyeka air mata Alice, membuat ke dua mata mereka saling tertuju sejenak.

"Sudah jangan menangis lagi,"

Alice mencoba membalas senyumanya meski terpaksa.

Ia kembali menundukkan kepalanya memikirkan adik dan ibunya lagi. Dia teringat gimana nasib mereka nantinya jika dia tidak bekerja.

"Apa kamu ada masalah lagi?" tanya Arya penasaran.

Alice mengangkat kepalanya menatap Arya.

"Tidak ada," jawab alice dengan mencoba tersenyum. menyembunyikan masalah yang di alaminya selama ini.

"Oya..kita belum kenalan"

"Kenalkan, aku Arya" ucap arya mengulurkan tangan ke arah alice.

Alice menerima uluran tangannya, "Aku Alice" jawab Alice sangat cepat.

Arya terus menggenggam lembut tangan Alice ia melamun dan di tatapnya mata alice dalam. "Dia begitu cantik" batin Arya terus memandang mata indah Alice.

"Hai bisa lepasin tangan aku gak" pungkas alice.

Arya yang tersadar dari lamunannya melepaskan tangan alice segera. "Maaf.. maaf " Arya tersenyum menggaruk kepalanya. Ia merasa malu ketahuan memandang Alice begitu lama.

"Sekarang kamu masuk bersihin muka kamu, aku mau bicara sama adrian agar dia gak memecat kamu" ucapan Arya terakhir, lalu berjalan pergi meninggalakn Alice sendiri.

"Dia sangat baik, beda dengan lelaki angkuh tadi" gumam Alice mengerutkan bibirnya kesal.

Bagaimana tidak kesal setiap bertemu dengan adrian selalu dia marah marah gak jelas dengannya. Dan tiba-tiba seorang lelaki datang memeberi semangat dengannya. Seolah ada sosok malaikat datang ingin menolongnya.

Unduh sekarang dan klaim hadiahnya
Scan kode QR dan unduh aplikasi Hinovel