Pustaka
Bahasa Indonesia
Bab
Pengaturan

Bab 2 Tatapan kesal

Adrian tertegun, dia menurunkan kakinya perlahan. Menutup majalahnya. Lalu meletakkan di atas meja keras. Membuat alice terkejut. Sontak Alice memegang dadanya. Mengusapnya lembut.

"Apa kamu tidak biaa pelan kalau meletakkan buku."

"Tersetah aku. ini kantor aku," Adrian mengangkat kepalanya. Membaut Alice melebarkan matanya saat dia melihat sosok pria yang pernah ia lihat tadi ada di depan matanya. Dia memutar matanya malas, memalingkan pandangannya.

"Ini pesanan kamu," tegas Alice jutek, mengulurkan satu kantong makanan untuknya.

"Udah aku bilang, letakkan! Masih gak denger ucapanku" tegas Adrian. Ke dua mata mereka saling tertuju, percikan api kemarahan semakin menyala dari ke dua nata mereka. Suasana semakin sengit. Dan Alice mencoba untuk tetap tenang dan sabar. Dia tidak mau di pecat ke dua kalinya dari pekerjaan gara-gara dia.

Tanpa menghiraukan ucapan adrian Alice masih memandang wajah Adrian dengan tatapan kosong. Pikirannya melayang jauh memikirkan masa depan adiknya nanti.

Adrian mengerutkan keningnya, beranjak berdiri melangkahkan kaki menuju ke tempat Alice berdiri. melangkah satu langkah ke depan.

"Apa kamu masih belom dengar?" bisik Adrian di kuping kanan Alice.

Alice yang baru tersadar, dia sontak tetekejut Adrian sudah di depannya. Dengan pipi yang memerah Alice segera menyodorkan makanan dengan kepala menunduk malu.

"Baiklah ini pesananmu, aku akan segera pergi" ucap Alice meletakkan cepat, pesanannya ke dada Adrian. Ia langsung membalikkan badan mulai melangkahkan kaki pergi.

"Tunggu!" Adrian meraih tangan Alice, membuat wanita itu hampir saja terjatuh karena terkejut. Adrian dengan sigap menangkap tubuhnya dengan tangan kanannya.

Plaakkk...

sebuah tangan mendarat di pipi kiri Adrian secara tiba-tiba.

"Jangan seenaknya menyantuhku. Atau cari kesempatan memegang tanganku," tegas Alice penuh amarah.

Adrian memegang pipinya yang mulai memerah akibat tamparan keras dari Alice. Ini pengalaman pertamanya di tampar seorang wanita di depannya. Adrian berdengus kesal. Seakan ingin membalasnya. Tapi melihat dia wanita, dia tidak berani bertindak kasar.

"Apa yang kamu lakukan? Aku hanya bilang jika. Ini uang pesananku." Adrian membetikan uang pesanan makanannya tadi apda Alce. "Udah sekarang cepat pergi. Malas melihat wajah kamu di sini" lanjut Adrian.

Alice yang semula marah kini ia terdiam malu atas perbuatannya. Dia mengernyitkan wajahnya malu, tanpa banyak tanya Alice memalingkan wajahnya.

"Maaf tuan.. maafin aku"

"Maaf? Apa kamu tahu. Tangan kotor kamu itu sudah menodai pipuku," pungkas Adrian.

Alice menarik naapsnya dalam-dalam, mencoba memberanikan dirinya, membalikkan badanya cepat. Mencoba memenggang pipi Adrian. Di merasa bersalah atas perbuatannya. Adrian menetapa Alice beberapa detik, lalu menepis tanganya dari pipinya.

"Jangan menyentuhku! Cepat pergi dari sini aku akan segera telepon bos kamu untuk segera memecatmu dari kerjaan" decak kesal Adrian. Di tariknya tangan kanan alice keluar dari ruangannya.

"Bentar, tuan. Tuan. Maaf!" Alice mencoba memohon. Tapi, Brakkk...

Pintu itu tertutup sangat keras, seketika membuatnya terkejut.

Haduh gimana? Aku gak mungkin kalau harus aku lakukan. Ini pekerjaan terakhir aku.

"Tuan, saya minta maaf!" teriak Alice. Tanpa perdulikan semua pegawai yang melintas di sana menatapnya aneh.

"Pergi, aku tidak mau mendengar suara kamu lagi."

"Dasar cowok nyebelin, awas saja kamu, ya. Lagian aku kan gak salah udah minta maaf kenapa malah ngusir aku." decak kesal Alice, menendang pintu ruangan Adrian.

"Dia memang tampan tapi nyebelin banget. Mana ada wanita yang mau sama pria seperti itu. Kalau aku gak banget" gerutu Alice di depan pintu ruangan Adrian dengan mengepalkan tangannya ke arah pintu itu.

Semua karyawan menatap ke arah Alice dengan tatapan sinis.

Alice yang menyadari segera pergi sebelum apra kryawan mylai mengjarnya nanti gara-gara menghina bossnya. Dia segera pergi dari kantor itu, berlari keluar kantor di ambilnya montor yang terparkir dengan segera,Ia mengendarai montor itu balik ke tempat ia bekerja.

Sesampai di restoran dengan badan masih di atas montor dan helm masih di kepalanya bos Alice berjalan mendekat ke arahnya.

"Letakkan montor itu di tempatnya dan lebih baik kamu pergi, mulai sekarang kamu di pecat" ucap bos alice.

Ia segera turun daei montor di letaknya helm di spion montor ia memohon ke bosnya.

"Tunggu bos salah aku apa kenapa aku harus di pecat" ucap Alice, bengong.

"Kamu masih bilang salah kamu apa? Apa yang kamu lakuin ke tuan Adrian. Kamu tau gak dia siapa dia itu orang terkaya di kota ini kalau kamu cari gara gara sama dia bisa jadi dia akan segera menutup restoran ini" ucap bos alice dengan lantang,dan mulai berjalan pergi.

Alice hanya terdiam di tempat ia berdiri. Dia tidak hentinya mengumpat kesal dalam hatinya. bahkan sumpah serapah dia ucapkan. Jika bertemu dengannya ingin sekali membalas mencabi-cabik dirinya sekalian.

"Semua gara gara pria itu, aku harus kehilangan dua kerjaan dalam 1 hari" gumam Alice dengan mengepalkan tangannya.

Alice segera pergi dari restoran itu. Ia berjalan tanpa tujuan di pinghir kota.

"Sekarang aku harus gimana lagi aku pulang tapi aku gak bawa uang buwat adik adikku. Mereka makan apa nanti" ucap Alice. Dengan menundukkan kepalanya. Di tendang kaleng yang ada di di bawah kakinya.

Prak...

Alice menajamkan pandangannya, seketika dia menelan ludahnya susah payah. Melihat tendangan kalengnya mengenai tepat kepala seorang laki-laki yang berjalan di depannya.

"Aduh.. gimana.. Terkena kepala orang lagi" decak Alice segera belari menuju orang itu.

"Kamu tidak apa-apa. Maaf tadi aku gak sengaja " ucap alice yang mencoba melihat kepala pria itu.

Pria itu mulai mulai membalikkan badan. Seketika dia membuka matanya lebar, terkejut siapa wanita yang menendang kaleng mengenai kepalanya.

"Kamu?

"Kamu lagi?"

"Kenapa bisa kamu yang kena?" ucap Alice tertawa. "Mungkin itu balasan Tuhan untuk kamu.

"Kamu lagi, kenapa kamu selalu muncul di depanku. Kamu pasti sengaja ya nendang kaleng ini. Atau kamu mau balas dendam atas perbuatanku tadi. Atau mungkin kamu sudah di pecat ya dari kerjaanmu terus kamu balas dendam ke aku. Kalu aku samapi terluka sedikitpun aku gak segan segan laporkan kamu ke polisi." ucap adrian dengan senyum sinis ke arah alice.

Suasana hati Alice berubah ketika melihat wajah adrian. Dia tidak merasa bersalah lagi telah nendang kaleng mengenai kepalanya justru kini. Dia marah atas perbuatannya. Dengan mata berkaca kaca tak sanggup nahan air mata. Dia yang semula bisa tertawa mengingat adiknya tiba-tiba air Mata jautuh entah sejak kapan.

"Oya, aku teringat sesuatu padamu," ucap Alice, melayangkan tangannya ingin menampar Adrian lagi ke dua kalinya. Dengan sigap Adrian meraih tangan Alice.

"Sudah puas kamu membuat aku harus di pecat, aku sudah kehilangan dua pekerjaan aku sekaligus. Mentang mentang kamu kaya punya segalanya. Seenaknya berbuat sewenang-wenang pada orang seperti aku. Aku memang gadis miskin jangan seenaknya kamu menindasku seperti ini" kata Alice menggebu. Dia tak sanggup menahan air matanya lagi, Alice yang sadar ia menangis segera berlari pergi ninggalin Adrian .

Adrian hanya diam, menatap aneh pada Alice. Dia melihatnya tanpa berbicara sepatah kata pun. Dalam hati ingin mencegah Alice pergi namun tanganya tidak bisa menggapai Alice yang sudah berlari pergi menjauh.

Sampai di rumah Alice, membawa satu kotak makanan untuk adiknya.

"Andra, kakak pulang!" kata Alice masuk ke dalam.rumah yang tidak terkunci itu. Andra adik Alice berlari keluar antusias.

"Kakak bawa makanan ini buwat kamu," ucap Alice dengan membawa 1 makanan di tangannya.

"Kenapa cuma satu, kak. Memangnya kakak sudha makan? " tanya Andra.

Alice mencoba tersenyum di depan adiknya, jemari tangannya mengusap lembut rambut Andra.

"Kakak sudah makan, sekarang kamu habiskan, ya!" ucap Alice.

Alice adalah gadis biasa yang di besarkan di jakarta dia kini harus berjuang sendiri mencari uang. Semenjak ayahnya pergi meninggalkannya begitu saja. Dia harus merawat ibu dan ke dua adiknya. Alice di buang orang tuanya sejak dia masih bayi. Dan di pungut seorang keluarga biasa yang mempunyai dua orang anak laki laki. Sejak saat itu keluarganya pindah ke new york untuk bekerja namun semenjak ibunya sakit sakitan. Ia harus bekerja keras sendiri untuk menghidupi keluarganya. Berbagai perkerjaan ia harus lakukan dalam sehari. Ibu angkatnya menderita penyakit lumpuh yang saat ini terbaring lemah di tempat tidur. Semenjak ibu angkatnya sakit Ayahnya hanya mabuk mabukkan tiap hari tanpa bekerja. ayahnya pergi ninggalin mereka sejak ia masih duduk di bangku SMA . Kini ayahnya tak pernah kembali lagi ke rumah. Sejak saat itu dia harus menghidupi adiknya dan ibunya yang sakit. Ia harus banting tulang agar adik adiknya agar bisa makan tiap hatinya dan bisa sekolah kembali.

Unduh sekarang dan klaim hadiahnya
Scan kode QR dan unduh aplikasi Hinovel