Pustaka
Bahasa Indonesia

Cinta Yang Memilih

52.0K · Tamat
Imas Gistina
37
Bab
3.0K
View
7.0
Rating

Ringkasan

Cinta tidak harus memiliki. Ada di saat kita harus merelakan orang yang kita cintai bahagia dengan pilihannya. Meski hati ini terasa sakit jika melihat kebahagiaan mereka. Tetapi apalah daya, mungkin dia mungkin bukan takdir kita.

PresdirCinta Pada Pandangan PertamaRomansaTeenfictionSweetBaper

Bab 1 Bertemu teman lama

Seorang laki-laki tampan dengan dagu sedikit tertarik ke atas. Membuat laki-laki manis itu terlihat sangat manis dengan alis hitam tebal miliknya. Dan bibir seksi menggoda. Rambut hitamnya tertata sangat rapi. Dia berdiri menatap pemandangan luar kantor miliknya di balik kaca.

Tak.. Tak.. Tak..

Suara hentakan kaki tidak membuat dirinya beranjak dari tempatnya berdiri.

"Selamat pagi,"

Suara seorang perempuan yang sangat familiar di pendengarannya. Membuat laki-laki tampan itu menoleh. Pandangan matanya berkeliaran, dari ujung kaki hingga kepala, tubuh seksi seorang gadis di depannya. Membuat pandangan matanya tidak berhenti berkedip.

Baju seksi menunjukan bahu dan punggung terbuka, terekpose bebas. Dengan gaun panjang di atas lutut. Tidak kalah lagi, paha putihnya terlihat jelas di pandangan mata.

Sepatu hitam tinggi menghiasi kaki jenjangnya wanita itu. Laki-laki itu tertegun sejenak, memikirkan aiapa wanita di depannya. Beberapa detik kemudian. Ia langsung teringat wanita itu ternyata adalah sahabatnya yang sudah lama tidak pernah bertemu semenjak ia lulus sekolah SMA.

"Pagi juga, nona cantik." jawab Adrian, sembari tersenyum ramah. "Ternyata kamu tambah cantik, ya sekarang?" Adrian menyambut kedatangan Audy dengan sebuah pelukan sambil mencium pipi kanan dan kiri Audy.

Adrian adalah seorang bos besar ia adalah ahli waris pertama dari perusahaan Mv Group. Banyak wanita cantik yang selalu menggodanya untuk menjadi pasangan hidupnya. Namun tidak ada satu wanita yang bisa memikat hatinya sampai sekarang. Ia hanya mengira semua wanita hanya menginginkan hartanya bukan hati adrian. Sejak putus dengan kekasihnya dia tidak pernah jatuh cinta lagi dengan seorang wanita. Di dalam hatinya hanya ada satu nama yang selalu di ingat dalam fikirannya. ia bersahabat karib dengan seoarang wanita bernama audy tidak hanya cantik.ia juga sekaligus desainer terkenal di kota New York. Usahanya berkembang pesat di landon dan sampai ke penjuru asia.

Di usainya yang muda, dia sangat di gemari para wanita dan sukses dalam berbagai bidang usaha yang di jalaninya dalam.usia muda.

"Kamu juga sekarang lebih tampan dari pada waktu SMA. Dulu kamu tampil culun dengan kacamatan bulatmu" ejek Audy dengan mencubit kedua pipi Adrian manja.

"Sakit Audy," kata manja Adrian membuat Audy tersenyum gemas.

"Oya.. Maaf! Maaf! lama tidak jumpa apa sekarang kamu sudah punya pasangan?" kata Audy kembali menggodanya dengan senyum manisnya.

Adrian tertawa mendengar ucapan Audy.

"Apa kamu lupa, aku sudah pernah bilang ke kamu dulu waktu SMA, aku tidak akan pernah jatuh cinta lagi. Karna semua wanita hanya menginginkan hartaku. Kecuali satu wanita itu yang pernah mengisi hatiku dialah cinta pertamaku. Sudah lupain masalah itu Lebih baik bahas topik lain Dari pada kamu bahas soal pasangan. Sekarang kamu duduk dulu kita ngobrol tentang topik lain saja. Kita sudah lama tidak pernah jumpa sebaiknya kamu ceritain usahamu sekarang" ucap Adrian.

Ia menggandeng tangan Audy menuntunnya untuk duduk di sofa.

Dengan santainya mereka berdua saling berbicara satu sama lain, bercerita pengalaman dan usaha mereka masing masing.mereka berbicara Dengan topik yang berbeda Tidak terasa hingga hampir 2 jam berbincang. Audy melihat jam tangan emas di pergelangan tangan kananya.ia segera beranjak berdiri dari tempat ia duduk. Dan mulai berpamitan pulang lebih dulu.

"Kayaknya sudah siang, aku pergi dulu ada urusan yang belum aku selesaikan di kantor. Lain kali aku akan datang lagi bertemu sahabatku yang tampan ini" kata Audy, memeluk pundak adrian dengan tangan kanannya. Membaut Adrian tersipu malu di buatnya.

"Baiklah! Kalau ada waktu luang aku akan berkunjung ke tempatmu. Sekarang aku antarkan kamu sampai ke depan kantor" ucap Adrian.

"Baiklah tuan Adrian, tapi aku kasih kangen denganmu" kata Audy dengan senyum manisnya yang selalu menggoda Adrian.

"Kalau kamu masih mau di sini Aku tidak masalah. Kantor ini selalu terbuka untuk kamu," kata Adrian, seketika membuat Audy meringis simpul.

"Tapi aku masih ada urusan. Lain waktu aku akan seharian di sini. Boleh kan?"

"Pasti boleh," tegas Adrian.

"Sekarang aku antarkan kamu," lanjut Adrian.

"Baik,"

Audy beranjak berdiri, melangkahkan kakinya keluar dari ruangan Adrian. Sedangkan Adrian berjalan di belakang Audy dengan kedua tangan di masukan kedalam saku celananya. Ia berjalan dengan tegap di setiap langkahnya. Semua penjuru ruangan menatap ke arah adrian dan Audy. Sebagian dari karyawannya melihat Mereka seperti pasangan yang sangat serasi satunya gadis yang sangat cantik sedangkan si pria sangat tampan. Mereka terus berjalan menuju ke luar kantor adrian.

Salah satu karyawan berjalan melewati adrian dan audy.

"Siang tuan," sapa pegawai itu dengan menundukan kepala ke arah adrian.

"Siang juga," jawab Adrian dengan senyum yang membuat semua wanita terkagum melihatnya.ia terus berjalan hingga sampai teras kantor.

"Baiklah sampai disini saja, sopir aku sudah ada di depan sana" kata Audy menatap mata adrian dengan menujuk ke arah mobilnya terpakir.

Dengan tangan yang masih di dalam saku celananya dan badan berdiri tegap di depan kantornya.

"Baik hati-hati. Sampai jumpa lagi," ucap adrian tersenyum ke arah Audy.

Audy berjalan pergi menuju mobilnya yang sudah menunggu di samping kantor Adrian. Sebelum membuka pintu mobil ia melambaikan tangannya ke arah Adrian.

Adrian yang melihat Audy melambaikan tangan di keluarkan tangan kanannya dari saku membalas lambaian tangan Audy. Tidak kalah dia tersenyum manis menemani kepergiannya.

Dengan pandangan yang masih menatap ke arah mobil Audy yang sudah melaju jauh di depannya. Ia masih tetap berdiri di depan kantor dengan menatap pemandangan jalan sekitar. Terlihat seorang wanita muda di ganggu oleh dua pria.ia hanya diam tak menghiraukan wanita itu. Wanita sadar ada seseorang melihat ke arahnya ia berteriak minta tolong ke Adrian.

"Tolong..? Tolong aku.? " teriak wanita itu di ujung jalan.

Ia hanya melihat gadis itu dari depan gedung perusahaanya. Ia masih tak menghiraukan wanita itu.

Kenapa juga aku perduliin wanita itu. Lagian dia buakn siapa-siapaku. Gak penting juga. Gumamnya dalam hati.

Dia mulai membalikkan badan berjalan masuk ke dalam kantor. Entah apa yang ada di fikiranya Langkahnya terhenti dan mulai membalikkan badan berlari keluar menolong wanita itu.

"Lepaskan dia" ucap adrian dengan menunjukkan jari pada ke dua pria itu.

"Ada pria yang mau jadi, jagoan ternyata." ucap salah satu pria itu dengan lantang. Mulai di pukulnya adrian oleh ke dua pria itu. namun adrian bisa menepis semua pukulan yang di berikan ke dua pria itu. Tidak butuh waktu lama Adrian bisa merobohkan ke dua pria itu dengan mudah. Tanpa ada luka atau goresan sedikitpun di tubuhnya.

"Jangan pernah ganggu dia lagi, lebih baik sekarang kalian pergi dari hadapanku" teriak Adrian. Dengan tangan yang membersihkan jas hitam yang membalut badannya. Dengan nada tinggi pada kedua pria itu. Membuat ke duanya menggeram kesal.

Tanpa banyak bicara ke dua pria asing itu berdiri dan berlari pergi dari hadapan Adrian.

Dengan ke dua tangan kembali di masukkan ke dalam saku celananya. Ia berkata "Mereka udah pergi, lebih baik kamu juga pergi dari sini" ucap Adrian sinis tanpa melihat atau sedikit melirik wajah wanita cantik di depannya.

"Baiklah, terima kasih tuan" kata gadis itu dengan membungkukkan badan ke arah Adrian. Tanpa menjawab Adrian melangkahkan kaki pergi dari tempat kejadian itu.

Wanita itu, hanya bisa melihat dia melangkah pergi di depannya. Dia hanya melihat punggung bidangnya dari belakang yang perlahan sudah pergi menjauh. Dan semakin jauh darinya.

"Dasar pria aneh!" decak kesal wanita itu mulai membalikkan badan berjalan pergi dari tempat itu.

Wanita cantik dengan rambut panjang, terikat satu. itu pergi ke tempat ia bekerja. Dengan berlari menuju ke tempat kerjaanya .ia terus berlari hingga sampai di tempat ia bekerja. Dengan nafas tak teratur ia menghadap ke bos tempat ia bekerja.

"Maaf saya, terlambat pak boss." ucap alice dengan membungkukkan badan ke arah bosnya.

"Kamu sudah berkali kali terlambat, lebih baik sekarang kamu pergi dari sini. Di sini tidak membutuhkan karyawan seperti kamu lagi" teriak bos alice dengan tangan menunjuk arah keluar dari tokonya.

Alice hanya diam, tanpa menjawab. Dia mulai melangkahkan kakinya pergi dari tempat di mana dia bekerja selama ini. Karena ini hari terakhirnya, matanya berkeliling melihat kenangan di kerjaan itu. Membayangkan betapa bahagia dia selama ini bekerja di sana. Dengan muka yang masih menunduk ia menyesali perbuatannya. Tiba tiba sontak ia kembali mengangkat kepalanya. Dia tersenyum menatap ke depan.

"Kamu harus semangat alice gak boleh cengeng adik kamu sudah menunggu di rumah. Lagian juga aku masih punya kerjaan satu lagi." kata Alice dengan semangat yang mulai bangkit dari tubuhnya. Ia berlari menuju tempat ia bekerja selanjutnya di sebuah restoran makanan cepat saji sebagai pengantar catering. Meski belum waktunya ia bekerja. Namun dia tetap berangkat ke restoran itu sesampai di sana bos alice sudah berdiri di depan restoran melihat ke arah alice. Alice yang mengetahui ada bosnya segera berlari mendekat.

"Alice cepat sini ada pesanan cepat kamu antar karna semua karyawan gak ada yang bisa nganter pesanan ini. Lebih baik sekarang kamu ganti baju dan cepat antar pesanan ini." teriak bos alice

"Baik!" ucap tegas Alice dengan lantang.

"Ini alamatnya jangan sampai kamu telat" sambung bos Alice.

Ia segera membawa pesanan itu ke alamat yang di kasih bosnya tadi.

Dengan naik montor dari tempat dia bekerja. Dan tidak butuh waktu lama ia sampai di sebuah alamat yang tertera di kertas tersebut. Ia berdiri di depan kantor dengan menatap suasana sekitar kantor itu.

"Sepertinya aku pernah lihat kantor ini, Alis memutar matanya, menatap menatap sekeliling kantor itu.

"Ah.. lupain aja lebih baik aku segera masuk " lanjut Alice yang mulai berjalan masuk ke dalam kantor.

Ia memberanikan diri bertanya pada receptionis di depannya.

"Maaf mbak, ruangan tuan Adrian di mana, ya? Aku mau mengantarkan? pesanannya." ucap alice

"Ow.. Iya. Kamu sudah di tunggu bapak Adrian. Sekarang, kamu lurus aja ada lift, kamu naik ke lantai 25" ucap recsepsionis itu.

"Baik!!" Alice segera menuju ke lift dan menuju lantai 25. Ia segera berlari mencari ruang tuan adrian.

"Mungkin itu ruangannya," gumam Alice berjalan menuju ruangan itu.

Di ketuknya pintu itu perlahan.

"Masuk!!" ucap seseorang di dalam ruangan itu.

Tanpa menjawabAlice segera masuk ke ruangan itu sesuai dengan perintahnya. Di bukanya pintu perlahan terlihat seseorang laki-laki? dengan kedua kaki di atas meja tangan yang memegang majalah dan secangkir kopi menemaninya di atas meja.

"Letakkan di meja. Dan segera pergi." ucap pria itu datar.

"Bentar.. Bentar. apa kamu benar, tuan Adrian, atau bukan. Soalnya ini pesanan, tuan Adrian" ucap Alice yang mencoba melirik wajah laki-laki, di balik majalah itu.