Pustaka
Bahasa Indonesia
Bab
Pengaturan

Chapter 3 : Mengikuti Alur

Suasana Klub nampak cukup ramai malam itu, dan di sana lah Olidia berada tepatnya sedang memandang semua orang sambil memegang gelas yang berisikan anggur merah kegemaran hampir setiap orang.

Penawaran yang pria itu berikan masih terbayang jelas di otak Olidia, dia ingin sekali menerima itu, namun ia takut jika suatu saat Tuan muda itu akan bosan dan membuangnya seperti orang tuanya dulu.

Mengingat kejadian menyakitkan itu, membuat Olidia semakin larut dalam pikirannya.

Saat tengah mengingat masa lalu, sebuah tangan tiba-tiba menyentuh pundaknya yang tentu saja membuat wanita cantik itu menoleh.

"Hai sayang! Kenapa kau melamun saja?" tanya Brandon, salah satu pelanggannya.

"Maaf Tuan, aku saat ini sedang tidak mood, seperti yang lain masih menunggu pelanggan disana."

Tangan besar itu menyentuh kedua pundak Olidia dari belakang dan mendekatkan wajahnya ke telinga wanita cantik itu. "Aku tau, maka dari itu aku mau mengajakmu ke pesta malam ini, lalu setelah moodmu bagus, kau bisa melayaniku."

Olidia menatap datar pada Brandon, ia rasa itu bukan ide yang bagus dan bisa-bisanya pria itu malah tersenyum tanpa rasa bersalah. "Bagaimana?"

"Tidak terimakasih, Tuan!"

"Aku hanya bercanda sayang, atau kau sedang bersama teman ranjangmu itu ya?" tanya Brandon yang menatap sekeliling berharap melihat pria yang hampir sempurna bak pahatan tuhan yang diciptakan begitu spesial.

"Jika dia ada, kau tidak mungkin selamat, Brandon," ucap salah satu teman Olidia, dia berjalan selayaknya wanita bayaran yang lain.

"Ya, ya aku tau dia cukup protektif pada Olidia, tapi aku tidak terlalu memikirkannya, karena pria itu pasti ada saatnya bosan bersama Olidia."

Ucapan itu membuat Olidia yang sadar diri semakin menyadari kalau mereka begitu jauh berbeda, tak lama wanita cantik itu tersenyum sambil menaruh gelasnya. "Baiklah, malam ini kita mau kemana?"

Temannya yang cukup tau perasaan Olidia, segera memukul lengan Brandon yang kerap kali datang ke sini jika ada waktu luang.

Tentu saja pria itu menatap heran pada Melda, teman Olidia itu. "Kenapa denganmu?"

"Olidia, kau jangan terlalu mendengar ucapan iblis ini, dia memang gila," ucap Melda pada Olidia, yang berusaha menghibur agar tidak terlalu berkecil hati tentang dirinya.

"Hei, apa maksudmu? Aku memang sering tidur denganmu tapi kau jangan kurang ajar ya!"

Plak! Satu pukulan lagi Melda berikan Brandon yang membuat pria itu semakin kesal. "Kau lihat saja ya!"

Pria itu menarik tangan Olidia menjauh dari kerumunan ramai itu. Melda yang melihat hanya menggeleng.

.

.

Sebelum ke pesta Brandon membawa Olidia ke salon terdekat agar penampilan wanita cukup pantas ada di sana.

Dan di sanalah mereka, berada di kerumunan orang yang jauh berbeda dengan klub dimana dia berada, tempat terang di mana orang elegan berbau uang ada di sini.

Semuanya tampak cantik juga tampan dalam balutan jas dan gaun mewah mereka, ucapan mereka pun bukan lagi tentang sehari-hari namun sudah dengan pencapaian yang mereka raih.

"Hei Olidia!" panggil Brandon yang heran dengan wanita itu yang melamun sambil memperhatikan sekitar.

Tangan Olidia melingkar erat di lengan Brandon, berharap mereka tidak berpisah di banyak manusia ini.

Olidia menoleh dengan heran. "Kenapa?"

"Kenapa kau melamun saja? Apa kau baru ke pesta?"

"Iya, aku baru datang ke acara seperti ini? Apa menurutmu aku pantas ada diantara orang-orang ini?"

Ucapan itu membuat Brandon tersenyum. "Hei, kenapa kau sangat tidak percaya diri seperti itu? Mereka manusia dan kau? Sama sajakan? Tidak berbeda!"

Olidia mengangguk. "Ya tidak berbeda, hanya saja rekeningnya lebih banyak."

Mendengar hal itu Brandon menggeleng, dan melihat seseorang diantara orang-orang itu. "Eh sepertinya itu teman ranjangmu, Dax!"

Olidia mengikuti arah tangan Brandon menuju orang yang paling ia impikan di dunia ini, tepatnya sedang menggandeng seorang wanita cantik dengan gaun kuning yang nampak cantik seperti putri kerajaan.

Balutan jas hitam dengan dasi senada, menambah kesan dewasa pada diri Dax, pria itu tertawa palsu pada orang-orang di depannya.

Ia pernah melihat tawa asli Dax dan itu lebih mengagetkan dari yang ia bayangkan, dia sangat lucu dengan tangan yang tak henti-henti memukul sesuatu yang ada di dekatnya.

"Kau menyukainya ya?"

Olidia melihat Brandon dengan wajah sedih, dia menunduk sebentar untuk menetralkan perasaannya. "Siapa yang tidak suka padanya?"

"Kau benar, oh iya Olidia kira-kira Melda menyukai sesuatu seperti apa?"

Saat sedang merasa patah hati, Brandon bertanya padanya dengan wajah seperti seorang yang sedang kasmaran. Ia merasa pria seperti menari-nari di atas lukanya yang masih sangat basah.

"Sebenarnya kau membawaku ke sini untuk apa sih?"

"Hei kenapa kau marah? Aku dan Melda sedang ada masalah jadi aku mengajakmu."

"Kau---jadi kau membawaku hanya untuk menjadi pelampiasanmu? Brandon kamu benar-benar."

"Kenapa kau marah?! Kalian memang hadir untuk menghibur bukan?"

Olidia yang mendengar itu, segera menginjak kaki Brandon yang membuat pria itu spontan berteriak karena ulah Olidia. "Makan itu menghibur!"

"Aws, Olidia kau mau kemana?"

Wanita itu pergi dari sana dengan perasaan kesal, hingga sampailah ia di toilet.

Olidia membasuh wajahnya untuk menghentikan amarah yang tak seharusnya ia keluarkan, mungkin karena efek cemburu brandon jadi terkena imbasnya.

Padahal dia memang bekerja untuk itu, jadi tak ada yang salah dari ucapan Brandon.

Olidia melihat wajahnya di cermin setelah membasuh mukanya. "Tak apa, Olidia! Ini bukan pertama kalinya kau melihat itu di depan matamu, kau harus kuat!"

"Kuat untuk apa?" tanya seseorang di belakang Olidia, melihat siapa yang ada di sana wanita itu Sontak menoleh dan mendapati Dax yang menatap heran padanya. "Sedang apa kau di sini?"

"Tuan Dax, bukannya harusnya aku yang bertanya seperti itu? Kenapa kau masuk ke toilet perempuan, bagaimana kalau yang lain terganggu?"

"Siapa perempuan itu? Memang kau pernah lihat seorang wanita risih dengan kedatanganku?" tanyanya dengan sombong, namun ucapan itu memang tidak bisa Olidia sangkal.

"Tuan Besar! Kau sangat sombong, aku akui itu tapi tetap saja itu tidak sopan!"

"Kau datang bersama pria itu?" tanya Dax tiba-tiba, tangannya dengan cepat mengambil tas Olidia dan mengambil ponsel miliknya.

"Brandon? Ya, aku datang bersamanya. Oh iya wanita yang tadi bersamamu mana? Dia sangat cantik, apa aku bisa kenal dengannya."

"Jangan bermimpi, bahkan menjabat tangannya saja kau terlihat tidak pantas!" balas Dax yang mengambil tas juga ponselnya.

Olidia terdiam mendengar ucapan itu, apa dia sekotor itu, hingga tidak berhak berkomunikasi dengan wanita yang tadi bersamanya, apa Dax memiliki perasaan lebih pada dia?

Seberapa jauh? Berapa lama pria itu kenal dengannya? Semakin ia bayangkan hatinya semakin sesak.

"Dia wanita yang cukup sombong, aku tidak ingin kau dekat dengannya, bagaimana jika kita keluar dari sini?!" ujar Dax yang membuat Olidia merasa ada hembusan angin yang mengenai mereka berdua.

Ucapan yang tidak pernah dia sangka, membuat kabut hitam itu terhempas hilang entah kemana berganti menjadi awan indah berhiaskan pelangi, entah surga atau bencana ia akan terus mengikuti alur ini.

Unduh sekarang dan klaim hadiahnya
Scan kode QR dan unduh aplikasi Hinovel