Pustaka
Bahasa Indonesia
Bab
Pengaturan

Chapter 4 : Sedang apa kamu?

Dengan senyuman akhirnya mereka keluar dari Toilet, namun pemandangan yang ia lihat ternyata wanita yang tadi bergandengan mesra di tangan Dax.

Dia menatap Dax dengan wajah manja. "Kakak, aku tadi mencarimu kemana-mana, ternyata kau bersama wanita lain? Siapa dia?"

"Ini bukan urusanmu, kenapa kau tidak mencari pria yang lain saja?"

"Tapi aku menginginkanmu," balasnya sambil menginjak kaki ke lantai beberapa kali, apa dia pikir itu lucu? Bahkan Olidia merasa itu terlalu manja dan menjijikan. "Jika kau pergi bersama jalang ini, aku akan laporkan kalau kerja sama kita batal."

Dax melepaskan tangan Olidia, yang membuat wanita itu menatap Dax dengan wajah kecewa, apa sepenting itu kerja sama mereka hingga pria itu berubah pikiran.

Wanita yang mengancam Dax tersenyum puas, dia menatap Olidia seperti mimik mengejek, hingga ia melihat ekspresi Dax yang menatap datar. "Hei nona muda! Bilang pada ayahmu! Bersiaplah untuk bangkrut!"

Senyuman lebar itu luntur seketika berganti menjadi mimik panik dan tak paham, Dax mengambil ponselnya dengan wajah yang masih sama. "Halo, putuskan kontrak dengan perusahaan xxxxx dan minta semua dana yang sudah aku kasih, termasuk bunganya! Oh iya dan satu lagi, bilang ini semua karena ulang putrinya tercinta!"

Telepon pun mati, membuat Dax berbalik dan menarik kembali tangan Olidia pergi dari sana meninggal wanita itu yang masih tak paham dengan apa yang terjadi.

Tak lama terdengar bunyi nada dering dari ponsel miliknya. "Ha-halo yah!"

"Dasar anak tidak berguna, apa yang telah kau lakukan pada Tuan Dax?"

Amarah besar yang baru saja terdengar membuat wanita itu takut dengan derai air mata. "Ak-aku---"

"Sekarang kita jatuh miskin karena ulahmu, pulang sekarang! Dasar anak sialan!"

.

.

"Hahahaha!" Tawa lepas Olidia keluarkan saat melihat video lucu di ponselnya, sebenarnya dia merasa sangat puas dengan aksi yang Dax berikan pada wanita itu.

Hanya saja dia menutupinya dengan melihat Video itu, membuat Dax yang hampir tak fokus menyetir karena gelak tawa yang Olidia keluarkan.

"Hei ada apa? Kau terlihat sangat bahagia? Apa kau bahagia bersama pria tadi?"

Ucapan itu sontak membuat tawa Olidia terhenti, dia melihat Dax dengan mata menyipit. "Tuan Dax, kau jangan mengacaukan suasana hatiku, dan fokus saja pada mobilmu."

"Itu tidak adil, aku juga ingin melihat apa yang sedang kau lihat!" ujar Dax yang sesekali melihat Olidia, saat ponsel itu ingin diraih, wanita tersebut dengan cepat menghalanginya.

"Sepertinya aku sudah jauh memberikanmu kebebasan! Jangan lagi lihat ponselku, kau terlalu protektif!"

"Protektif? Itu karena aku peduli, aku hanya takut kau kelelahan karena bermain dengan benda kotor itu!"

"Tuan Dax, aku rasa kau bendamu juga cukup kotor!"

"Jangan menyela!"

"Hai, itu rusak adil tau, kau peduli padaku dan besok bermain bersama wanita lain, kau tau aku merasa sangat cemburu."

Mobil berhenti tepat di depan salah satu mall besar di kota itu, Dax menatap Olidia dengan mimik datar, tak ada kesadaran pada pria itu kalau semua yang wanita cantik itu ucapakan adalah sebuah ungkapan perasaan.

"Memang wanita bayaran bisa cemburu?"

"Hai Tuan! Tarik ucapanmu sebelum aku membunuhmu!" ancam Olidia yang kesal.

"Kau hanya bercanda," balas Dax sambil tersenyum dan keluar dari mobil, Olidia juga melakukan hal yang sama.

Malam semakin larut tapi mall ini masih saja ramai pengunjung yang membuat keduanya memilih masuk dalam.

Sebelum menonton, keduanya berjalan melihat-lihat apa yang ada di sana. Hingga sampailah mereka di sebuah toko jam tangan, banyak jam murah hingga termahal menjadi pajangan indah memanjakan mata.

"Apa jam tanganmu rusak yang Minggu lalu?"

"Tidak, aku hanya melihat-lihat," ujar Dax yang setelahnya mengambil jam merek terkenal itu, bukan hal aneh lagi bagi Olidia.

Barang mewah dan Branded sudah menjadi makanan wajib jika bersama Dax, walau tidak terlalu sering namun melihat harga yang cukup fantastis, dompetnya yang belum seberapa itu merasa menangis.

"Jam ini bagus," ucap Dax yang melihat begitu detail barang yang ia pegang. "Menurutmu?!"

"Tidak itu terlalu mahal, kau bisa membeli satu rumah dengan Jam itu," balad Olidia yang merasa pria itu cukup banyak mengoleksi Jam, Jika kali ini beli bagaimana dengan uang di rekeningnya?

Apa uangnya amat banyak hingga membeli barang mewah itu seperti membeli sesuatu dengan duit receh.

Dax menatapnya heran. "Rumah? Seharga ini? Mana bisa, rumahku yang ada di dekat ini, harganya 20 kali lipat dengan jam ini."

Perkalian yang suguh tak biasa Olidia hitung membuat dia memilih menyelamatkan diri dan meninggalkan Dax yang sedang pusing membeli jam mana lagi.

Wanita itu menghembuskan nafas kasar di depan toko jam tersebut, hingga akhirnya pria itu muncul dengan wajah datar. "Ayo pergi!"

"Kau jadi membeli jamnya?"

"Tidak, aku tidak suka modelnya, terlalu kuno."

"Ah syukurlah, memang tuan dari pada membuang uangmu pada tukang jam, lebih baik padaku saja, aku akan terima semua itu dengan senang hati," ucap Olidia dengan senyuman lebar.

Tiba-tiba Dax mengalungkan lengannya ke leher Olidia yang sontak saja itu membuat Olidia terkejut dan setelahnya ia pun di tarik. "Hei Tuan Dax, apa yang kau lakukan?"

"Ayo kita nonton!"

Cukup lama mereka menonton beberapa film hingga tak terasa waktu sudah menunjukkan pukul 2 pagi, Olidia menguap lebar sambil berjalan keluar bioskop.

"Aku mengantuk sekali," ucap Olidia yang merasa tidak kuat lagi untuk berjalan.

"Mau menginap di rumahku?" tanya Dax yang membuat mata sipit itu menatapnya sinis.

"Tidak terimakasih, aku lelah untuk bermain hari ini."

"Kau ini berburuk sangka saja padaku, aku tidak akan mengajakmu bermain, aku juga lelah."

Olidia semakin menyipit dengan mimik tak bersahabat. "Dengar Tuan Dax, aku merasa ucapan itu tidak bisa dipercaya."

"Yang benar saja?" tanya Dax yang merasa bosan dengan ucapan ini. "Aku sudah bermain."

Mendengar ucapan spontan yang tidak ingin Olidia dengar membuat wanita itu akhirnya mengangguk paham. "Ya kau memang brengsek! aku akan pergi ke toilet dulu!"

Wanita cantik itu pantas pergi dari sana meninggal Dax yang tak paham. "Jangan terlalu lama! Atau kau akan aku tinggal!"

Tanpa Dax duga, Olidia malah memberikan jari tengah pertanda ada perasaan marah dalam hatinya yang membuat Dax semakin heran.

Dia menggaruk kepalanya tak gatal. "Apa salahku?"

Saat sedang bingung seorang wanita melewatinya bersama dengan dua pria yang ia cukup kenal. Mereka tersenyum sambil berbincang seperti dunia ini hanya ada ketiganya.

Sedang apa ketiga orang itu di pagi buta seperti ini? Mereka pergi cukup jauh hingga kedua lelaki yang berbeda umur itu pergi meninggalkan wanita itu sendiri.

Tanpa sadar Dax berjalan mendekati, bayangan kaki kecilnya yang berlari mendekati wanita itu masih ia ingat jelas, walau hanya ada mimik marah dari wajahnya tapi mengingat dia yang lahir karena sebab apa, membuat Dax berharap suatu saat wanita itu akan mencintai seperti saudaranya.

Tangan besar perlahan menyentuh bahu wanita itu yang saat ini sedang melihat sekitar, namun setelah merasa ada sentuhan ia pun menoleh.

Wajahnya yang tersenyum tiba-tiba berganti menjadi heran sekaligus kesal, dia melihat ke sana kemari seperti ketakutan. "Sedang apa kamu di sini?"

Unduh sekarang dan klaim hadiahnya
Scan kode QR dan unduh aplikasi Hinovel