Hanya Sebuah Rekayasa
Suasana mendadak begitu tegang dan kacau saat Tiago terus memaksa ingin menarik Simon bersamanya.
"Ayah, tolong aku! Hentikan Kakak!" seru Simon meminta pertolongan.
Rosa dan Sam begitu cemas sampai Sam pun harus memanggil anak buahnya untuk menahan Tiago dan menyeretnya keluar dari kamar.
Hingga akhirnya Sam pun berhasil membawa Tiago ke tangga darurat dan menahannya di sana.
"Dia harus menyerahkan diri ke polisi dan membayar kesalahannya, Ayah!"
Sam yang mendengarnya pun menegang. Entah bagaimana Tiago tahu tentang ini, tapi semua seolah tidak penting lagi bagi Sam selain ia harus menenangkan Tiago dan menyelamatkan Simon.
"Simon tidak bersalah dan dia tidak harus menanggung apa pun!" sahut Sam akhirnya.
"Sial! Ayah jelas-jelas tahu dia bersalah, Ayah! Ayah mengetahui semuanya, tapi mengapa Ayah malah membantu merekayasa semua barang buktinya? Mengapa?" bentak Tiago.
"Karena dia anak Ayah, Tiago!" sahut Sam tanpa menyangkal apa pun.
Dan jawaban itu membuat Tiago begitu syok.
"Apa? Apa karena dia anak Ayah jadi dia bebas melakukan kejahatan dan bebas dari hukum juga, hah? Ke mana Sam Benedict, Hakim yang jujur itu, Ayah? Ini miris sekali menyaksikan seorang Hakim yang terkenal jujur dan adil, tapi ternyata bisa melakukan hal kotor seperti ini demi anaknya sendiri!"
"Dia juga adikmu, Tiago! Sudah sepantasnya kau melindunginya!"
"Tapi dia bersalah, Ayah!"
"Semua tahu wanita itu yang bersalah, Tiago, bukan Simon!"
"Sial, Ayah!" teriak Tiago.
"Berhenti bersikap seperti ini dan menentang ayahmu, Tiago! Kau tahu kalau dalam hukum, hanya ada satu yang pasti, Tiago. Ada kejahatan, maka harus ada orang yang dihukum dan biarlah wanita itu menjadi orang itu. Dia hanya wanita yang tidak berpendidikan dan hidupnya juga tidak berguna, Tiago. Tidak seharusnya kau melawan ayahmu seperti ini hanya karena wanita seperti itu!"
Lagi-lagi Tiago begitu geram mendengar jawaban ayahnya.
"Wanita yang tidak berpendidikan dan hidupnya tidak berguna? Wanita itu adalah korban dari Simon, Ayah!"
"Siapa yang bilang begitu? Korban apa? Perkosaan, hah? Diperkosa itu kalau wanitanya menolak, tapi kalau wanitanya mendesah keenakan bukan diperkosa namanya! Apalagi setelah itu dia masih bisa memukuli Simon sampai lumpuh, apa itu bukan kejahatan?"
"Dia membela dirinya, Ayah!" bentak Tiago lagi dengan air mata yang sudah terburai karena ia begitu sakit hati pada sikap ayahnya.
"Dia memanipulasi, Tiago! Berhenti bersikap seperti ini, Tiago!"
"Tidak bisa, Ayah! Tidak bisa!"
"Brengsek, Tiago! Ini menyangkut nama baik keluarga kita, menyangkut semua hal yang sudah kita perjuangkan selama bertahun-tahun! Apa kau mau kredibilitasmu sebagai seorang pengacara dipertanyakan? Apa kau mau ayahmu diragukan dan adikmu dihujat? Apa kau mau menghancurkan keluarga kita? Reputasi kita tidak dibangun dalam semalam, Tiago!"
"Justru karena reputasi kita tidak dibangun dalam semalam, maka Ayah tidak bisa menghancurkannya dengan rekayasa terkutuk seperti ini, Ayah!" geram Tiago lagi sampai tubuhnya bergetar dan urat lehernya tercetak jelas.
Tiago masih nampak begitu emosi, tapi Sam yang lebih berpengalaman sebagai Hakim yang sangat bisa mengendalikan emosinya pun terlihat lebih tenang.
Tanpa rasa bersalah, Sam pun mengatakan banyak hal untuk membuka mata Tiago dan mempengaruhi Tiago.
"Kau mengerti kalau adikmu juga manusia kan? Dia juga punya hasrat dan bisa melakukan kesalahan, tapi tugas kita sebagai keluarganya adalah melindunginya, bukan melindungi wanita tidak penting itu!"
"Masalah ini sudah selesai dan yang harus dihukum sudah dihukum. Semua sudah benar bahwa yang berkuasa dan terpandang akan menang, sedangkan yang tidak berguna, memang dilahirkan untuk menanggung semuanya dan tersingkir. Dia harus bisa menerimanya karena itu adalah hukum alam."
"Negara ini juga akan baik-baik saja tanpa satu manusia seperti dia. Tapi negara ini tidak akan baik-baik saja tanpa kita. Kita sudah memberikan banyak kontribusi pada negara ini dan jangan mencemarkan reputasi kita hanya karena hal seperti ini, Tiago!" imbuh Sam tanpa perasaan.
Tiago masih menggeleng karena memang bukan seperti ini yang ia inginkan.
"Tidak! Tidak peduli apa pun yang Ayah katakan, tapi tidak seharusnya hukum menjadi tidak adil dan memihak hanya pada orang yang berkuasa, Ayah!"
Sam pun menggeram dan menatap Tiago lekat-lekat dengan rasa kesal yang luar biasa.
"Lalu kau mau melaporkan ayah dan adikmu, hah?" tantang Sam sambil mengangkat dagunya angkuh ke arah Tiago.
Walaupun Sam tidak menyangka Tiago bisa bersikap seperti ini, tapi Tiago tetap anak Sam dan Sam merasa sangat yakin bahwa ini hanya emosi sesaat. Sam begitu optimis pada akhirnya, Tiago akan tetap ada di pihak mereka.
"Baiklah terserah, kau yang putuskan, Tiago! Silakan pertahankan prinsipmu dan laporkan kami! Tapi asal kau tahu, kalau pada akhirnya kau akan menghancurkan dirimu sendiri serta keluargamu hanya karena satu wanita yang bahkan kau mengenalnya saja tidak!"
**
