Pustaka
Bahasa Indonesia
Bab
Pengaturan

2. Sebuah Hadiah

Seruni terbangun dari tidurnya, karena dering telepon yang masuk di hape-nya. Napasnya masih tersengal-sengal, dia begitu takut membayangkan semua peristiwa yang baru dialaminya di dalam mimpi tersebut. Dia tidak ingin menceritakan apa yang barusan dialaminya di dalam mimpi, dia takut menjadi pikiran Grasto.

“Sayang, kamu siap-siap ya, ‘ntar jam tujuh malam aku jemput, aku sudah selesai sidangnya,” pesan Grasto di telepon.

“Ya Mas, aku juga liat kamu tadi di Tv, aku senang banget Mas, aku terharu,” ucap Seruni sambil menenangkan perasaannya.

“Ya memang, aku harus lakukan itu Runi, dan itu sebuah keharusan, bukan karena kamu.”

“Aku ngerti Mas ... ya ‘udah aku mandi dulu ya… Mas gak mandi di sini aja?”

“Gak usah Runi, ntar jadi fitnah lagi, kamu juga yang repot,” pungkas Grasto menutup pembicaraan.

***

Grasto sudah mempersiapkan sebuah tempat yang spesial, untuk Candle Ligth Dinner-nya dengan Seruni, sebuah cafe yang ditata khusus, di atas sebuah puncak gedung yang panoramanya gedung-gedung di Metropolitan Jakarta, sebuah tempat yang sangat romantis dan terbuka. Di cafe itu tidak ada tamu-tamu yang lain kecuali Grasto dan Seruni.

Dengan Gaun malamnya, Seruni cantik luar biasa, seperti Pretty Woman yang sedang dijamu makan malam oleh kekasihnya. Cafe yang ditata serba putih, Seruni duduk di meja paling tengah, dengan gaun malam berwarna merah, Grasto masuk membawa tiga orang pemusik akustik, lagu pretty woman-pun mengalir mengiringi makan malam mereka berdua.

“Mas ... malam ini lagi-lagi aku tersanjung, aku benar-benar terharu, kamu selalu kasih aku kejutan,” ucap Seruni menatap penuh haru ke arah Grasto di depannya.

Mata seruni berkaca-kaca, tapi bibirnya penuh senyuman, cantik luar biasa dia malam ini, Grasto hanya bisa bergumam dalam hati.

“Runi, aku cuma mau bilang lewat semua ini, bahwa kamu itu wanita yang istimewa, dan kamu patut menerima keistimewaan ini.”

“Tapi Mas, apa aku pantas menerima semua ini? Aku ini siapa?” tanya Seruni seakan-akan dia mendengar apa yang dikatakan Grasto.

“Kamu adalah wanita yang sangat spesial di hatiku Runi,” Grasto langsung memotong ucapan Seruni. Dia hanya diam terharu, seakan gak percaya pada kenyataan yang ada.

"Aku juga ingin memberikan kamu sebuah mobil Runi, besok akan diantar ke rumah kamu," tekan Grasto.

"Untuk apa Mas? Aku gak membutuhkannya.” Seruni mencoba untuk menolaknya.

“Kenapa Runi? Mobil itu aku beli memang untuk aku hadiahkan pada kamu, kamu butuh itu Runi ... kamu bisa jalan-jalan sama teman-teman kamu, agar kamu tidak kesepian.”

“Itulah yang aku takutkan Mas, kamu kan tahu siapa teman-teman aku? Biarlah aku hanya di rumah, banyak hal yang bisa aku lakukan.” Seruni tetap pada pendiriannya.

“Kamu gak mau pakaipun mobil itu gak masalah Runi, yang penting mobil itu sudah milik kamu,” kilah Grasto.

“Mas, aku punya kamu aja sudah bahagia banget, aku gak ingin hal-hal yang berlebihan, aku sudah biasa hidup gak punya apa-apa."

Grasto terdiam sekaligus terharu melihat kenyataan tersebut. Seruni tidak hanya cantik secara fisik, hatinya juga cantik luar biasa. Grasto berdiri dari duduknya dan mendekati Seruni, memeluknya dari belakang dengan penuh kasih sayang, sementara pemusik terus mengalunkan lagu-lagu yang romantis, Grasto terus memeluk seruni dan mengajaknya berdansa.

Grasto membisikkan sesuatu di telinga Seruni sambil terus berdansa,

“Runi ... kalau jodoh itu seperti kepingan Puzzle, aku berharap kita adalah kepingan Puzzle yang memang sudah dipersatukan-Nya,” bisik Grasto, dan Seruni hanya bisa menjawab dengan tatapan yang penuh cinta pada Grasto.

Cinta tidak memerlukan wujud, tapi haruslah bisa dirasakan. Cinta tidak harus selalu diucapkan, karena akan terasa semu. Rasa cinta akan terjaga dengan saling percaya.

***

Sebuah mobil Honda Freed warna putih memasuki halaman rumah Seruni, di belakangnya menyusul Toyota Crown 2.5 HV G Executive Hybrid, Mobil dinas anggota parlemen. Seruni berdiri di teras menatap kedatangan Grasto dan orang dealer mobil yang mengantar mobil Seruni.

Setelah Grasto turun dari mobilnya, Seruni menghampiri Grasto dan memeluknya dengan manja.

"Mas ini warna kesukaan aku banget, terima kasih ya, kamu selalu bikin aku bahagia,” ucap Seruni penuh sukacita.

"Runi, mobil ini kamu mau pakai atau gak, aku gak masalah, aku cuma ingin kamu senang menerimanya ya," ujar Grasto.

"Aku cuma mau pakai kalo jalan sama Mas aja, jadi kita gak pake mobil dinas, gimana?”

"Ya udah, aku balik ke kantor ya, ini konci dan surat-suratnya kamu pegang ya, nanti malam aku telepon, kita coba mobilnya ya,” ucap Grasto sambil menyerahkan BPKB dan STNK, serta kunci mobil ke tangan Seruni.

Sambil pamit Grasto mengecup kening seruni dengan lembut.

"Ya Mas, Mas nggak mampir dulu?” tanya Seruni penuh harap.

"Ga usah, udah siang ... aku ada sidang hari ini, aku harus buru-buru.”

"Ya deh Mas, ati-ati di jalan ya Mas.”

Mobil Grastopun meninggalkan halaman rumah Seruni, Seruni menatap kepergian Grasto sampai mobilnya hilang dari pandangan. Seruni diam terpaku, dia menatap mobil Honda Freed Putih yang terparkir di halaman. Seruni kembali teringat, awal perkenalannya dengan Grasto. Grasto yang dalam pandangannya begitu ganteng dan perlente, sangat jauh bandingnya dengan Seruni yang hanya seorang pelacur jalanan.

Jodoh, rezeki, dan maut memang bukan kuasa manusia. Manusia hanya menjalankan kehidupan sesuai dengan fitrahnya, untuk mengabdi dan beribadah kepada-Nya. Tidak satu pun manusia yang tahu seperti apa rencana Tuhan terhadap dirinya, begitu juga Seruni. Tidak pernah menyangka kalau Tuhan mengirimkan Grasto untuknya. Seruni mengenang kembali saat-awal kenal dengan Grasto, dia hanyut dalam lamunannya.

Flash back

Seruni sedang berdiri di pinggir jalan di sekitar lintas melawai, sementara di sudut jalan lain beberapa wanita jalanan juga sedang menyetop mobil yang lalu lalang di sekitarnya. Sebuah taksi berhenti persis di depan Seruni. Kaca jendela belakang diturunkan perlahan-lahan, seorang laki-laki ganteng, perlente menyapa Seruni,

"Hai, selamat malam ... jalan yuk?” Sapa lelaki itu.

Seruni agak kaget juga melihat laki-laki tersebut, karena jarang dia ketemu pelanggan yang keren seperti itu, karena tarip mereka yang praktik di jalan itu tergolong murah.

"Malam juga, emang mau kemana?” Seruni balik bertanya.

"Yah ... kamu ikut aja dulu, ntar baru kita atur ya," bujuk lelaki yang ada di dalam taksi.

“Laki-laki itu begitu ramah, kelihatannya gak reseh,” ucap Seruni dalam hati. Seruni pun segera masuk ke taksi, dan taksi pun segera meninggalkan jalan melawai. Di dalam taksi, laki-laki itu membuka pembicaraan sambil memperkenalkan diri.

"Nama saya Grasto, kamu siapa?”

"Aku Seruni Mas, panggil aja Runi, kita mau ke mana, Mas? Tapi maaf sebelumnya aku gak bisa lama-lama, sebelum jam 12 aku sudah harus pulang,” terang Seruni.

"Ow gak apa-apa ... bisa kok, aku juga gak mau lama-lama, paling juga satu dua jam aja ... kita chek in ya?”

"Ya boleh," jawab Seruni dengan senang, sebagai seorang pelacur tawaran seperti itu hal yang biasa bagi Seruni.

Bersambung

Unduh sekarang dan klaim hadiahnya
Scan kode QR dan unduh aplikasi Hinovel