Bab. 6. Bertengkar
*Tidak mungkin, itu tidak mungkin, tidak ada satupun yang menarik dari tubuh wanita ini," monolog Elang kembali.
"Aku tidak percaya dengan yang kau katakan. Untuk itu bisakah kau tinggalkan aku. Aku bisa melakukanya sendiri."
Elang mengambil pispot laki-laki yang di tangan Olivia. Elang memberikan isyarat untuk Olivia supaya pergi. Namun wanita itu cuek saja.
Olivia bahkan duduk di sofa yang di duduki Erina tadi. Karena wanita itu tau diri juga dan keluar dari kamar suaminya. Olivia tidak keluar sekalipun di usir oleh suaminya.
"Aku suruh kau keluar, bukan malah duduk."
Ucap Elang merasa geram karena Olivia sungguh keras kepala.
"Kalo aku keluar siapa yang membantumu membuangnya. Lagian kenapa sih, jika aku disini. Kita itu suami istri, jadi mas tidak perlu malu. Coba sama ondel-ondel itu pasti mas lengketnya kayak perangko." Gerutu Olivia kesal.
Elang yang mendengar gerutuan Olivia menghembuskan nafas kasarnya.
*Apa dia cemburu? Sampai-sampai wanita yang kucintai di katakan wanita ini mirip ondel-ondel. Apa di tidak berkaca? Sungguh penampilannya lah seperti pemulung?" Batin Elang. Padahal Erina sangat cantik dan anggun dimata Elang. Wanita itu jauh lebih cantik, dan jauh lebih anggun di bandingkan istrinya.
Karena Elang tidak tahan lagi menahan air seninya. Akhirnya dia mengalah, dia belum punya cukup tenaga untuk menghadapi istrinya itu. Sepertinya kehidupannya kedepan tidak akan tenang dibuat wanita itu.
Elang langsung melakukan ritual buang air kecilnya. Telinganya merah padam saat suara air seninya mengalir deras mengisi pispot yang kosong itu. Sungguh Elang sangat malu.
Sebelum Elang minta tolong kepada wanita itu yang katanya istrinya, dirinya terkejut duluan saat Olivia sudah stand by di samping.
"Apakah kau melihatnya?" Tanya Elang dengan tatapan mata yang tidak bisa di bohongi.
"Melihat apa?" Jawab Olivia cuek.
"Lagian ngapain aku melihat itu.Sudah setiap hari juga aku melihatnya bahkan memegangnya." Olivia berbicara tenang sambil mengambil pispot dari tangan Elang yang sedang melongo tak percaya mendengar perkataannya
Di kamar mandi setelah Olivia membersihkan pispot itu. Olivia menghapus air matanya dengan kasar. Mungkin di depan suaminya dia terkesan cuek dan kasar, tetapi sebenarnya hatinya sangatlah rapuh dan hancur saat laki-laki yang mulai mengambil hatinya melupakannya.
Walaupun Olivia belum sepenuhnya mencintai Elang, Olivia selama dua tahun ini tetap mencoba memenuhi tanggung jawabnya sebagai istri yang baik bagi Elang. Melayani pria itu dan bersabar menghadapi sikap dinginya. Dan kini Olivia harus berjuang lebih keras lagi untuk membuat suaminya kembali jatuh cinta kepadanya.
*
*
*
Sudah satu minggu Elang berada di rumah sakit dan selama satu minggu itu hubungan Elang dan Olivia belum ada kemajuan bahkan terkesan semakin jauh. Bukan Olivia yang menjaga jarak tapi Elang suaminyalah yang menjauh. Elang belum bisa menerima Olivia sebagai istrinya.
Kedua mertua Olivia selalu memberikan nasehat kepadanya untuk tetap bersabar menghadapi Elang yang sedang lupa ingatan. Sehingga putra mereka selalu bersikap datar dan dingin kepadanya.
Bahkan ibunya tiga hari yang lalu juga ikut-ikutan memberikan wejanganya kepada Olivia sewaktu ibunya itu datang mengunjungi suaminya. Seolah Olivia lah yang menjadi penyebab suaminya kecelakaan sehingga dia harus sabar menanggung resikonya. Tidak ada satupun yang perduli kepada dirinya, bahwa dirinya juga butuh sandaran, butuh didengar. Olivia memang mengerti bahwa suaminya tidak bisa ditekan saat ini. Tapi entah kenapa kali ini Olivia sangat cengeng, sehingga setiap ada masalah sedikit saja dia akan menangis.
Hanya sahabatnya Ajeng lah yang selalu memberikan support kepada Olivia.
Sahabatnya itu juga yang menemani Olivia ke dokter kandungan untuk pertama kalinya.
Dokter kandungan Olivia berpesan untuk menjaga pola makan dan pikiran.
"Gimana tidak berfikir terus jika orang yang membuatnya melupakannya." Batin Olivia, saat menerima hasil USG anaknya.
Untuk pertama kalinya Olivia melakukan USG. Ada rasa haru sekaligus sedih saat matanya melihat gambar anaknya yang masih gumpalan kecil di foto itu.
Olivia menghapus air matanya yang mengalir karena rasa sesak di hatinya.
Olivia cemas jika suaminya itu selamanya tidak mengingatnya serta buah hati mereka.
"Jika ayahmu tidak mengingat kita lagi. Ibu janji, akan memberikan kasih sayang yang utuh untukmu." Ucap Olivia dengan bibir bergetar sambil mengusap-usap lembut perutnya yang masih rata.
Olivia telah mengatakan ke semua orang supaya merahasiakan kehamilannya dari Elang suaminya. Olivia takut Elang tidak bisa menerimanya dan mencoba berfikir keras , sehingga dapat membahayakan daya ingatnya.
Seperti pesan Kevin sahabat Elang, bahwa Elang tidak bisa memaksa untuk mengingat hal-hal yang masih di lupakannya. jika Elang memaksanya kemungkinan akan berpengaruh kepada proses penyembuhannya.
Dan bisa saja Elang semakin melupakan masa lalunya.
Kevin telah menjelaskan secara detail kepada Olivia supaya Olivia bersiap-siap untuk hal-hal yang lebih fatalnya dan tetap bersabar.
Olivia yang sedang duduk di depan kamar rawat inap suaminya, melihat pintu kamar suaminya terbuka.
Kedua mertuanya tersenyum melihat Olivia yang sedang menatap suaminya dengan teduh.
Hari ini Elang sudah diperbolehkan dokter untuk pulang.
Olivia dan Elang tadi pagi bertengkar gara-gara Olivia tidak memberikan izin kepada Erina untuk masuk keruangan suaminya. Sehingga suaminya itu marah besar dan tidak mau berbicara dengan Olivia.
Elang menghembuskan nafas kasarnya saat melihat istrinya duduk dikursi depan ruanganya.
Elang melihat wajah istrinya yang sembab.
Elang yakin istrinya itu pasti habis menangis.
Elang merasa sedikit tidak nyaman melihat netra jernih istrinya yang berubah sendu.
Ada rasa nyeri di hatinya saat dirinya membuat istrinya bersedih bahkan menangis.
Bukan maksud Elang memarahi Istrinya. Elang hanya ingin Erina sebagai wanita yang dicintainya mengantar Elang pulang. Katakanlah dia bajingan, yang secara sadar dia telah menyakiti istrinya. Elang sudah mencoba puluhan kali bahkan ratusan kali untuk mengingat sosok wanita yang menjadi istrinya itu. Dan sampai saat ini Elang masih belum bisa mengingat nya. Untuk itulah Elang menyuruh Erina datang karena hanya wanita itulah yang di percaya Elang merawatnya selain asistennya Alex. Tapi keinginannya itu di tolak sang ibu sebelum dirinya sempat memberi kan penjelasan kepada ibunya dan istrinya juga sudah mengusir lebih dulu Erina dari rumah sakit saat wanita itu tiba di depan kamarnya.
Mobil yang ditumpangi Olivia tiba didepan mansion besar dan mewah. Mansion yang ditempati Olivia dengan suaminya Elang setelah mereka resmi mejadi suami istri.
"Brakk.."
Olivia keluar dari dalam mobil, lalu menutup pintu mobil itu dengan kuat.
Membuat dua pria yang masih di dalam terkejut batin. Elang tidak menyangka istrinya berperilaku sangat bar-bar. Sementara Alex meringis melihat sifat kasar nyonya mudanya itu.
