Bab. 5. Aku istrimu Mas
Dan Elang saat itu duduk di bangku sekolah menengah pertama. Olivia adalah cinta pertama Elang. Sosok wanita yang selalu ditunggu-tunggu sahabatnya itu hingga dirinya beranjak dewasa. Bahkan Elang akan menjadikan Olivia sebagai istrinya suatu saat nanti.
Kevin ingin melihat raut wajah dingin sahabatnya itu, jika tau wanita yang selama ini di cintainya diam-diam telah di sakitinya walaupun secara tidak langsung. Kevin belum mengatakan kepada Elang bahwa Via itu adalah Olivia. Gadis Kecil yang disukai Elang dan dari dulu Elang selalu berharap bertemu dengan Via untuk mengungkapkan cintanya yang seluas samudera.
"Pasti Elang kalang kabut saat tau Olivia adalah Via." Batin Kevin tertawa sendiri saat membayangkan wajah naas Elang.
"Salah sendiri, masa tidak peka dengan nama istrinya yang kadang dipanggil orang-orang terdekatnya Via, termasuk ibu mertuanya. " Monolog Kevin kembali dalam hati.
Sementara Olivia tidak perduli ucapan Kevin yang sedikit aneh menurutnya.
"Bisa pula dia menyuruhku memberikan pelajaran pada suamiku. Apakah dia Gila?" Umpat Olivia.
"Ceklek."
Olivia masuk ke kamar rawat inap suaminya.
"Kenapa ulat bulu ini masih disini?." Gerutu Olivia sambil berjalan menghentakkan kakinya.
Mata tegas Elang langsung terbuka saat mendengar gesekan kaki di lantai. Elang paling tidak suka mendengar suara seperti itu.Telinganya terasa ngilu mendengarnya.
Dia melihat Olivia dengan tajam.
"Kenapa lagi wanita ini datang?" Batin Elang dalam hati.
Olivia yang mendapatkan tatapan tajam dari suaminya.
"Apa..?" Ucapnya dalam hati.
Olivia langsung memutar kepalanya. Dia masih kesal kepada suaminya yang membiarkan wanita lain menyuapinya. Dan sialnya wanita itu masih duduk tenang di sofa dekat tempat tidur suaminya tanpa merasa bersalah sedikit pun.
Elang mengerutkan keningnya.
Dia merasa aneh melihat tingkah Olivia yang notabene hanya orang yang tidak dikenalnya.
Elang duduk di tempat tidurnya dia tidak mengantuk lagi. Elang menghembuskan nafas beratnya, memandangi satu-persatu orang yang di ruangan itu.
Ibunya sedang tidur nyenyak. Ayahnya dan asistennya Alex sedang kekantor karena ada jadwal rapat. Karena Elang sedang sakit terpaksa ayahnya yang turun tangan.
"Erina, aku mau kekamar mandi bisakah tolong bantu aku ke kamar mandi?." Pinta Elang.
"Kamu tidak boleh kekamar mandi."
Potong Olivia langsung saat mendengar suaminya meminta tolong kepada mantannya.
Bahkan matanya menatap tajam suaminya itu dan siap mencabik-cabiknya. Jika bukan mengingat laki-laki itu sedang lupa ingatan. Olivia pasti menghajarnya habis-habisan.
"Istrinya disini, bisa-bisanya dia minta tolong sama ondel-ondel ini." Gerutu Olivia kembali menghentak-hentakkan kakinya menuju kekamar mandi mengambil pispot.
Elang kembali meringis melihat tingkah wanita yang di depanya itu.
"Sejak kapan kami mempunyai pelayan yang bar-bar seperti ini." batin Elang yang menganggap Olivia pelayan di mansion nya.
"Kau keluar, aku ingin membantu suamiku." Ucap Olivia ketus pada Erina yang saat itu mematung melihat cara Olivia yang ingin membantu Elang buang air kecil. Dia sedikit tidak rela saat ada wanita lain yang dengan bebasnya menyentuh laki-laki yang sangat di cintainya. Dan sialnya wanita itu istri sah laki-lakinya.
"Aku harap juga kau jangan datang lagi kesini atau menjumpai suamiku." Timpal Olivia dengan sinis. Membuat Erina mengepalkan tangan mulusnya. Wajahnya merah padam menahan rasa malu akibat di usir Olivia.
"Kau sedang apa?."
Elang bertanya sambil mengerutkan keningnya. Telinganya juga samar-samar mendengar wanita itu mengucapkan kata "suami". Elang tidak terlalu mengindahkannya karena dia sudah terkejut duluan melihat wanita itu dengan santainya memegang pispot laki-laki.
Elang menatap Olivia dengan tajam. Dia takut wanita yang di depanya itu langsung menelanjanginya. Melihat wanita itu yang sepertinya mempunyai nyali yang sangat besar untuk menyentuhnya.
"Bukankah Mas mau buang air kecil? Sini aku bantu." Ucap Olivia selembut mungkin, sambil menarik selimut yang menutupi aset berharga Elang.
"Kau siapa? Kenapa juga kau memanggilku Mas." Elang mencoba mempertahankan selimut yang di tarik Olivia.
Olivia mengembuskan nafasnya secara berlahan, mencoba menahan rasa sesak dihatinya. Olivia tersenyum. Lebih tepatnya tersenyum miris.
Bayangkan saja suami sendiri bertanya kepadanya "(Dia siapa)." Rasanya Olivia ingin berteriak dan mengatakan. "AKU ISTRIMU MAS." Tapi hal itu di urungkannya lantaran suaminya sedang lupa ingatan. Olivia kembali menarik nafas panjang. Sebenarnya dia bukan sosok yang penyabar. Olivia mempunyai kesabaran setipis tissue. Tapi demi suaminya, Olivia akan mencoba mempertebal kesabarannya menjadi setebal kamus bahasa Inggris, seperti miliknya dulu.
"Aku istrimu Mas." Ucap Olivia sedikit bergetar. Olivia mengatakannya sambil melihat perubahan wajah suaminya dan benar saja suaminya itu terkejut bahkan bola mata tajam itu seakan keluar dari sarangnya.
Elang terbelalak saat wanita yang di hadapannya ini ternyata Istrinya yang di bicarakan kedua orang tuanya saat pertama kali dirinya sadar. Elang awalnya tidak percaya. Tetapi setelah Elang melihat tanggal dan tahun yang ada di benda pipih berlogo Apple yang digigit itu baru Elang sedikit percaya. Elang bukan hanya terkejut saat wanita yang di hadapanya ini mengakui dirinya istrinya. Yang membuat elang tidak habis pikir. Kenapa dia menikahi wanita itu.
Wanita yang awalnya dia anggap sebagai pelayan mansionya. Sungguh wanita yang berdiri tepat di hadapannya ini bukan seleranya. Wanita yang di depannya itu tidak cantik, bentuk tubuhnya sungguh rata. Kalah tembok dinding di kamarnya dibandingkan tubuh rata wanita itu.
"Jadi benar aku sudah punya istri? Dan istriku berpenampilan seperti pelayan? Bahkan para pelayan di mansion ku masih jauh lebih menarik di bandingkan penampilan perempuan ini." Batin Elang sambil memijit pelipisnya yang mendadak berdenyut.
"Biar aku saja, kamu tunggulah di luar."
Ucap Elang datar. Dirinya belum bisa menerima semua ini. Takdir sepertinya iri melihat hidupnya yang terlalu sempurna sehingga takdir mempermainkannya. Kepalanya seakan mau pecah saat melihat wajah Olivia yang membuat dirinya tidak nyaman. Kesal sekaligus jijik, wajah wanita itu begitu polos, tidak ada satupun warna disana selain putih alami. Tidak seperti wajah kekasihnya Erina yang diberi sentuhan warna sehingga dirinya betah memandangi wajah cantik Erina.
"Kenapa Mas menolak bantuanku? Apakah Mas malu? Mas tidak usah malu, bukankah kita sudah melakukan hubungan suami istri?
Bahkan mas tidak akan mau berhenti jika sudah memintanya," ucap Olivia santai.
Elang tertekun mendengar perkataan absurd istrinya. Bisa-bisanya istrinya yang di lupakannya itu berbicara seperti itu tanpa beban.
*Apakah yang di katakannya benar? Kami sudah melakukan hubungan suami istri. Dan sialnya aku bahkan ketagihan pada tubuh ratanya itu?" Batin Elang sambil melirik Olivia dari atas sampai bawah. Elang langsung menggelengkan kepalanya, dia merasa geli membayangkan dirinya memadu kasih dengan Olivia.
*Tidak mungkin, itu tidak mungkin, tidak ada satupun yang menarik dari tubuh wanita ini," monolog Elang kembali.
