Bab. 7. Olivia pindah kamar.
"Apakah dia masih marah. Batin Elang dalam hati. Elang juga cuek. Dia tidak pandai dalam membujuk wanita, Walaupun dirinya pernah berpacaran. Elang tidak pernah merayu wanitanya jika wanitanya sedang merajuk. Palingan Elang memberikan kartu ajaibnya untuk di foya-foyakan wanitanya dan hal itu bisa membuat wanitanya kembali tersenyum. Elang ingin membuat hal yang sama kepada istrinya, tapi istrinya sudah keburu pergi sehingga Elang tidak sempat memberikan kartu ajaibnya.
Di dalam kamar Olivia melakukan ritual mandinya, Olivia berendam dengan aroma sabun cair kesukaannya. Beberapa hari ini mandinya tidak benar , sehingga badanya terasa gatal dan juga lengket.
Olivia memejamkan matanya, dia ingin tidur sejenak, guna untuk meringankan beban dikepalanya, karena Olivia tau, perjalananya masih panjang, untuk menyadarkan suaminya dari penyakit amnesianya itu.
Olivia mencoba merilekskan badan dan pikiranya.
Baru satu minggu suaminya itu mengalami Amnesia, rasanya Olivia mau menyerah saja.
Akhir-akhir ini, pikiranya kacau. Mungkin karena pengaruh dirinya hamil, atau karena dirinya banyak mengalami masalah Olivia pusing memikirkannya.
"Masih lama?"
Ketukan di pintu membuyarkan lamunan Olivia.
Olivia malas menjawab. Dia Kembali memejamkan matanya.
Elang sudah mondar-mandir di depan pintu kamar mandi layaknya setrikaan, ada sedikit kecemasan di hatinya saat istrinya tidak menyahut dari dalam.
"Ini sudah lebih dari lima belas menit, kenapa dia lama sekali." Guman Elang.
Elang kembali duduk di tempat tidur besar itu.
Elang mengedarkan pandanganya keseluruh penjuru ruangan.
Di atas tempat tidur mereka, terpampang jelas bingkai foto pernikahan dirinya dengan Olivia yang sangat besar.
"Jadi aku benar menikah denganya?" Ucap Elang bergetar. Hatinya miris saat wanita yang menjadi istrinya bukanlah wanita yang di cintainya. Bahkan Elang lebih mendambakan menikah dengan Erina di bandingkan wanita lain yang tidak dikenal Elang sama sekali. Elang mengerutkan keningnya saat melihat perubahan di kamarnya yang begitu mencolok.
Kamarnya begitu ramai, warna catnya juga di ubah menjadi warna olive perpaduan antara putih dan gold, sungguh warna kamar itu begitu cerah. Warna itu bukan seleranya, dan letak setiap barang-barang di kamar itu juga bukan letak yang dia suka. Elang merasa kamar itu bak kapal pecah, begitu berantakan dan memusingkan.
"Apakah dia yang mengubah kamar ini? dan aku menurutinya begitu saja?" Batin Elang sambil memijit pelipisnya, kepalanya kembali berdendang ria melihat ulah istrinya yang sesuka hatinya menata kamar miliknya. Lalu Elang melangkahkan kakinya menuju ruang ganti, di sebelah kanan ruang ganti miliknya, dan sebelah kiri milik istrinya.
Ruang ganti itu tetap sama susunannya. Sesuai dengan keinginannya.
Yang berubah hanya bertambahnya pakaian wanita itu saja. Serta didalam tempat penyimpanan jam tanganya ada beberapa jam tangan wanita yang berwarna terang.
Elang sedikit penasaran dengan lemari pakaian istrinya. Apakah berantakan seperti kamar mereka? Pikir Elang menduga-duga. Elang membuka lemari pakaian istrinya dan dirinya sungguh terkejut lemari itu hampir kosong. Hanya beberapa gaun yang ada di sana dan beberapa potongan kain yang tersusun rapi.
Elang mengerutkan keningnya, selama ini dia selalu membelanjakan para wanita-wanitanya dengan barang-barang mewah tanpa batas. Masa istrinya hanya memiliki beberapa pakaian saja dan harga pakaiannya jauh diatas gaun-gaun yang pernah dibeli mantan-mantannya yang harganya puluhan juta. Hati Elang merasa tercubit melihat pemandangan itu.
"Apa yang kau lakukan? Kenapa kau membuka lemari pakaianku." Olivia terkejut melihat suaminya seperti pencuri disiang bolong.
Elang berbalik.
"Glek, dengan susah payah dirinya menelan ludahnya dengan kasar , melihat pemandangan di depanya yang sungguh menggoyangkan imannya sebagai laki-laki normal.
Istrinya hanya mengunakan handuk untuk menutupi asetnya,
Kulit istrinya seputih susu, air yang menetes dari rambut basahnya menambahkan kesan seksi pada tubuh istrinya itu.
Ditambah dengan aroma tubuh istrinya, yang sangat menyegarkan membuat Elang langsung tak terkendali.
Susah payah Elang mengontrol miliknya yang tiba-tiba saja berdiri tegak dan ingin melahap istrinya. Elang sungguh terkejut kenapa tiba-tiba miliknya jadi murahan seperti itu.
Melihat istrinya menggunakan handuk seperti itu saja sudah membuat nafsunya naik sampai ke ubun-ubun.
"Jadi yang dikatakan istriku itu benar."
Monolog Elang dalam hati.
Wajahnya saat ini sudah merah padam menahan hasratnya.
Olivia yang melihat respon suaminya terutama wajah suaminya itu, membuat Olivia memicingkan matanya.
Dia sudah hapal ciri-ciri suaminya jika miliknya sudah naik. Olivia menatap kebawah pusaran suaminya dan benar saja benda panjang itu sudah menonjol. Jika saja celana itu tidak menutupi aset suaminya Olivia yakin milik suaminya sudah pasti berdiri tegak.
"Aneh, amnesia tapi Nafsunya tetap ada." Batin Olivia sedikit jengkel, dia tidak akan melayani suaminya itu sebelum suaminya mengingatnya.
"Aaa..Aku hanya melihat ruang ganti kita.
Ucap Elang sedikit gugup.
"Aku ingin ganti baju, keluarlah. Pinta Olivia.
Elang tersentak dengan sikap dingin Istrinya itu.
"Iya..Aku akan keluar . Suara Elang sedikit berat.
"Aku akan pindah kamar." Ucap Olivia sebelum Elang melangkahkan kakinya keluar.
Elang sedikit terkejut.
"Aku tidak ingin satu kamar dengan orang yang tidak mengenalku. Sambung Olivia sambil menutup pintu ruang ganti itu.
Elang masih mematung di depan pintu ruang ganti. Ada rasa tidak suka saat istrinya pindah kamar. Walaupun dirinya melupakan istrinya, Tetapi Elang tidak suka melihat perubahan sikap istrinya yang seakan menjaga jarak darinya.
Elang melihat kebawah. Lalu menghembuskan nafasnya.
"Aku sedang lupa ingatan mungkin kau juga harus berpuasa." Lirihnya sambil melangkahkan kakinya ke kamar mandi untuk mendinginkan tubuhnya yang masih memanas.
Elang keluar kamar mandi. Saat ini tubuhnya sudah kembali segar. Selain mendinginkan junior miliknya Elang juga ingin membersihkan tubuhnya supaya benar-benar bersih. Karena selama dirinya dirumah sakit badanya hanya di lab istri kecilnya, Itupun kadang istrinya itu menggerutu tak jelas.
Selesai memakai baju kasualnya, matanya melirik lemari pakaian istrinya dan benar saja, pakaian istrinya yang beberapa biji itu sudah tidak ada disana.
"Jadi dia benar-benar pindah? Kekamar mana dia pindah? Batin Elang. Dia keluar dari kamar untuk melihat istrinya itu yang katanya pindah kamar. Elang melirik kamar tamu di sebelah kanan Isinya kosong, Lalu dia melirik Kamar ujung sebelah kiri Isinya juga kosong.
"Apakah dia tidur di lantai bawah? Monolognya kembali. Mengingat di lantai bahwa, kamar tamu juga ada disana.
Elang melangkahkan kakinya ke bawah, dirinya sengaja tidak menggunakan lift karena Dia ingin memantau istrinya langsung, mana tau dirinya tiba-tiba ketemu istrinya di tengah jalan.
Para maid sedang sibuk melakukan tugasnya masing-masing. Mereka terkejut melihat majikanya yang sepertinya sedang mengawasi pekerjaan mereka. Mereka sangat takut karena mereka sangat mengenali temperamen majikanya yang tidak menyukai keteledoran ataupun kesalahan sedikit saja.
"Tuan," Ucap mereka serentak sambil membungkuk. Elang cuek, saat ini dirinya fokus melihat sekeliling mansion, memastikan keberadaan istrinya.
