Bab. 3 Bertemu dengan sahabat.
"Maaf Nyonya," telinga Alex berdengung mendengar suara cempreng nyonya mudanya yang sedang hamil itu. Alex lebih baik meminta maaf. Jika dia menjawab, maka akan panjang urusannya . Dan benar saja sang Nyonya langsung diam.
Alex tidak menyangka Nyonyanya yang dia kenal selama dua tahun ini ternyata punya sisi yang berbeda.
Padahal selama ini Alex mengira Olivia sosok yang baik, ramah dan lembut. Ternyata selain ramah dan baik, Nyonyanya juga tukang ngomel.
Kalah ibu-ibu komplek yang ada di sekitar apartemennya jika sedang melakukan transaksi dengan penjual sayur keliling.
"Bagaimana ya respon tuan jika tau biniknya sudah berubah menjadi macan, tidak seperti dulu lagi seperti kucing yang lembut dan penurut." Batin Asisten Alex.
Olivia berlari di koridor rumah sakit. Dia sudah tidak sabar lagi melihat suaminya dan memeluknya.
"Braakkk".
"Ckk..Kalo jalan lihat-lihat donk." Sentak Olivia sambil merapikan penampilannya. Olivia terjatuh dengan mulus dan pantatnya mencium lantai dingin rumah sakit.
Alex yang ikut di belakang sambil mengejar Nyonya mudanya yang berlari seperti mengikuti ajang perlombaan. Menahan tawanya melihat sang Nyonya terjatuh dengan lucu.
Yang lebih mencengangkan lagi Nyonyanya malah marah-marah sementara dirinyalah yang salah.
Orang yang yang di tabrak Olivia menahan jengkelnya.
"Situ yang salah situ juga yang nyocor." Batin seorang wanita yang di tabrak Olivia.
Saat bibir tipis wanita itu ingin membalas Olivia dirinya terbelalak.
"Oh my God. My best friend forever, BESTie khu."
Teriak wanita itu yang tak lain. Ajeng Kartini sahabat Olivia semasa ileran sampai kuliah.
Olivia terperanjat . "Ajeng ibu Kartini. Apa kabar lho batok kelapa?"
Ucap Olivia dengan wajah tak berdosanya.
"Mulai deh," kesal Ajeng.
"Aku tidak seperti dulu lagi Via. Tidak lihat apa, rambutku sekarang seperti iklan pantene. Bahkan artis anggun yang memerankan iklan itu kalah dari rambut tebal ku ini. Kamu lihat nih penampilanku juga cetar membahana. Aku syantik, tubuhku seksi, bahenol seperti gitar spanyol." Puji Ajeng sambil memperagakan gaya berjalanya ala-ala model yang berjalan di atas catwalk.
"Iya..ya. Kulitmu sekarang bening juga jeng. Coba dulu kulihat." Olivia memperhatikan dan memutar-mutar badan Ajeng. Jujur dia merasa speechlesss.
"Aduh.. sekarang bulu mata anti badai pun kamu pake. Udah pandai ya sekarang kamu berdandan jeng. Tidak seperti dulu lagi dekil, botak dan bau, iiiwuu..Aku bahkan mau muntah jika mengingatnya." Ucap Olivia dengan wajah menahan mualnya.
"Hih..Mulai deh Via. Jangan di ungkit-ungkit lagi masa lalu bisa tidak Via. Tolong juga sebutkan Namaku dengan benar. A-J-E-N-G. Ajeng" Ucapnya sambil mengeja namanya satu-satu.
"Aku kan jadi malu. Apalagi di sini ada mas-mas ganteng ini." ajeng mengedipkan satu matanya sambil mencolek dagu Alex yang bergidik ngeri melihat tingkah alaynya.
Alex tidak menyangka dua wanita yang didepanya itu rada gila. Padahal Alex sudah menantikan bahwa Nyonyanya akan kena marah dan jambak-jambakan dengan wanita itu. Seperti yang pernah di lihatnya di kantor. Dimana dua orang perempuan bertengkar dan berakhir cakar-cakaran. Tetapi yang terjadi di depanya saat ini di luar ekspektasinya. Kedua wanita itu berpelukkan seperti teletubbies.
"Kudengar kamu sudah nikah Via? Kok kamu tega sih tidak ngundang sahabat mu ini."
Protes Ajeng memasang wajah murungnya.
"Dasar sahabat tidak ada akhlak."
Gerutunya.
"Maaf Ajeng. Saat itu pernikahan kami buru-buru," lirih Olivia merasa bersalah.
"Buru-buru." Ajeng memicingkan matanya
"Kamu hamil Via?"
Ajeng menutup mulutnya. Sahabat yang dia anggap punya pemikiran yang polos ternyata bisa insiden juga.
"Hih..tolonglah ya Ajeng. Jangan berpikir yang macam-macam. Aku sama suamiku itu di jodohkan. Lebih tepatnya suamiku saat itu sudah mau tunangan. Dan tunangannya langsung memutuskan suamiku sepihak. Padahal satu Minggu lagi acara pertunangan mereka digelar. Ya..udah..Mertuaku yang lemah lembut itu langsung deh meminang diriku yang berhati malaikat ini." Terang Olivia.
Ajeng memutar matanya mendengar perkataan Olivia.
"Aku dengar suamimu Tuan Elang Miller,
Orang kaya dan orang yang sangat berpengaruh di negara kita ini. Apa itu benar Via?" Ajeng menatap Olivia dengan serius.
"Benar sekali, Tuan muda Elang Miller adalah suamiku. Suami tampan ku." Puji Olivia bangga.
"Oh my God. jadi gosip itu benar, dan artis papan atas yang bernama Erina itu mantan tunangan suamimu? Astaga sungguh beruntungnya dirimu Via. Aku tidak menyangka kau di nikahi Tuan muda kaya raya. Padahal jika dibandingkan dengan mantannya Tuan Elang kau sungguh kalah jauh. Kau hanya punya body rata, dadamu juga sangat kecil dan penampilan mu sungguh pas-pasan walaupun kau sedikit imut sih. Tetapi, tetap saja kau tidak sebanding dengan Tuan Elang yang memiliki segala-galanya." Ucap Ajeng panjang lebar, dia berbicara fakta. Membuat Olivia melotot sempurna.
"Kamu tidak senang jika aku menikah dengan laki-laki yang sempurna Ajeng?" Olivia menatap tajam Sahabatnya itu. Perkataan Ajeng membuatnya menjadi tidak percaya diri seperti dulu. Saat dirinya baru menikah dengan Elang Miller.
"Aku senang Via, senang banget malah. Ternyata Tuhan maha adik, dia memberikanmu jodoh yang sempurna secara kau juga wanita baik-baik. Ucap Ajeng, dirinya merasa bersalah karena sempat membandingkan sahabatnya dengan Erina. Dia ingin sekali mencubit bibir seksinya yang kadang berbicara jujur.
Sementara Alex berusaha menggigit bibirnya untuk tidak tertawa mendengar perkataan Ajeng yang benar sembilan puluh sembilan persen.
"Setidaknya aku bisa kecipratan melihat wajah tampan suamimu itu." Sambung Ajeng tersenyum lebar.
"Tidak boleh, kau tidak diizinkan mengagumi suamiku," tolak Olivia langsung.
"Awas ya jika matamu jelalatan memandangi wajah tampan suamiku. Aku akan marah nih." Olivia menunjukkan wajah marahnya yang menurutnya seram. Pokoknya kalahlah kunti-kunti.
"Iya..iya..dasar pelit, cerewet lagi, tidak ada perubahannya sejak dulu, bawaannya langsung emosi, sensitif banget. Kalah ibu-ibu hamil."
Celoteh Ajeng.
"Kamu benar banget Jeng. Aku juga lagi hamil.
"Temani aku periksa kapan-kapan ya."
Jelas Olivia antusias, dan raut wajahnya langsung berubah.
"Kamu serius Via?" Tanya Ajeng antusias.
"Sebentar lagi ada dong yang memanggilku aunty." Ajeng merasa senang.
"Aunty? No, kebarat-baratan aku tidak suka.
Anakku akan memanggilmu bibi saja." Olivia berucap tegas
"No. Anakmu akan memanggil ku aunty.
Titik tidak pake koma apalagi spasi." Ajeng bersikukuh.
Olivia memutar bola matanya malas.
"Kalo gitu udah dulu ya Ajeng. Aku lagi buru-buru. Suamiku katanya sudah sadar. Selamat bertugas. Kamu semakin cantik menggunakan jas putih itu." Puji Olivia sambil mengangkat kedua jempolnya lalu beranjak pergi dari sana.
"Eh.. Via. Nomormu mana? Itu yang paling penting." Teriak Ajeng.
"Direct Message aku di Ig aja. Aku sedang buru-buru Jeng." Balas Olivia dengan berteriak juga. Membuat Alex sedari tadi tidak nyaman.
Karena tatapan beberapa orang mengarah kepadanya tepatnya kepada Nyonya mudanya itu. Alex sungguh malu. Seumur-umur baru kali ini dia mempunyai majikan yang sangat noisy.
