Bab. 2 Elang sadar dari koma.
"Cakenya tidak hancur mas, nanti ya aku makan cakenya, nanti aku habisin mas. Karena mas sudah berjuang membelinya sampe mengalami kecelakaan seperti ini." Ucap Olivia sesenggukan, air mata serta ingusnya telah bercampur di punggung tangan kokoh itu.
Olivia masih setia duduk di samping suaminya. memandangi wajah tampan suaminya itu.
"Nak kamu istirahat dulu, biar ibu dan ayah yang menjaga Elang. Kamu juga harus jaga kesehatan, apalagi sekarang kamu sedang hamil muda. ibu yakin tidak lama lagi Elang pasti sadar. Kamu istirahat ya nak!." Wiwik mencoba membujuk Olivia. Wiwik tau pasti menantunya menangis lagi sebab wajah menantunya terlihat sembab.
"Aku masih ingin disini ibu, aku takut, jika aku pergi mas Elang bangun, dan akunya malah gak ada ibu," ucap Olivia dengan suara seraknya.
"Setidaknya kamu mandi dan ganti baju nak, masa kamu memakai baju ini terus. Gimana jika Elang bangun terus melihat bajumu kusut begini. Di tambah lagi badanmu bau karena tidak mandi seharian, pulang sana mandi, dandan yang cantik sekalian. Jadi saat Elang buka mata wajah istrinya sudah cantik dan wangi," bibir Wiwik menyerocos seperti kreta api. Wiwik sedikit mengoda menantunya.
Olivia terdiam. Tetapi wajahnya bersemu merah.
"Hih..Ibu" rengek Olivia manja.
Walaupun Wiwik mertuanya. Olivia sudah menganggapnya seperti ibunya sendiri. Wiwik juga seperti itu, dia sudah menganggap Olivia sebagai putrinya. Karena rasa sayangnya terhadap Olivia sehingga Wiwik memaksa Arumi ibu Olivia untuk menjodohkan Olivia dengan putranya Elang. Wiwik tidak rela jika gadis yang sudah di pantaunya sejak dini dan selalu di limpahkannya dengan kasih sayang akan dipersunting orang lain.
"Pergi sana mandi, bau lho badan mu, ibu saja sampai menciumnya.
Ledek Wiwik pura-pura menutup hidungnya, membuat Olivia memanyunkan bibirnya sambil beranjak pergi dari ruangan suaminya.
Wiwik tersenyum melihat raut kesal menantunya, setidaknya menantunya itu tidak larut dalam kesedihan. Wiwik tidak ingin Olivia terus-terusan menangis, takut hal itu membahayakan calon cucunya
Alex mengantar Nyonya mudanya itu pulang ke mansion. Sejak dia menceritakan kejadian yang sebenarnya terjadi kepada Tuan mudanya. Wajah nyonya mudanya itu jadi terlihat dingin.
"Nyonya, apakah nyonya balik lagi ke rumah sakit? atau nyonya saya jemput besok pagi?
Tanya Alex sedikit takut. Takut sang nyonya menyemburnya.
Olivia memicingkan matanya.
"Bukanya kau sudah tau, aku terpaksa mandi ke mansion karena di paksa ibu? Jelas saja aku kembali kerumah sakit, aku juga akan tidur di sana. Olivia berbicara sambil mengalihkan pandangannya keluar kaca mobil. Dia masih kesal dengan asisten suaminya itu.
**Biasanya si Alex ini kerjanya bagus, tidak pernah ada kesalahan. Dia berkerja dengan sangat profesional dan totalitas. Bahkan sebelum aku menikah dengan suamiku, dia yang memenuhi semua kebutuhan suamiku. Termasuk membeli pakaian dalamnya. Ini kenapa kinerjanya menurun." Batin Olivia kesal.
Olivia merasa Alexlah penyebab suaminya kecelakaan.
Karena biasanya Alex yang menyupiri suaminya itu kemanapun pergi.
**Nanya salah," batin Alex
Alex mengangguk. Alex tau dia juga salah karena tidak menghentikan tuanya yang ingin mengendarai mobil sendiri. Secara tuannya itu sudah lama tidak pernah membawa mobil sendirian.
"Maaf Nyonya," guman Alex dengan suara pelan. Namun
Olivia masih bisa mendengar gumanannya.
"Jangan meminta maaf kepadaku, minta maaflah kepada tuanmu" jawab Olivia ketus.
Alex kembali mengangguk.
Dia akan meminta maaf kepada tuanya, jika Tuanya sudah sadar.
* *Mudah-mudahan tuan cepat sadar, dan aku bisa minta maaf," Batin Alex.
Dimansion, di kamar utama Olivia mandi dengan buru-buru. Karena baru saja dirinya tiba dimansion . Mertuanya sudah menghubunginya dan mengatakan suaminya sudah sadar.
"Itukan apa ku bilang, coba ibu tidak menyuruhku mandi, pasti saat ini aku sudah di samping suamiku." Keluh Olivia sambil menggosok-gosok badanya, Olivia membasahi rambutnya asal-asalan.
**Yang penting sudah mandi dan ibu senang menantunya sudah sudah wangi."
Monolog Olivia dalam hati.
Selesai mandi, Olivia juga memakai pakaiannya dengan tergesa-gesa sambil menghubungi asisten suaminya yang masih di bencinya itu.
"Dimana asisten jelek ini, kok tidak diangkat-angkat teleponku."
gerutu Olivia, dia menamai Alex (Asisten jelek).
Padahal wajah Alex sangatlah tampan dan hampir membuat semua wanita di kantornya meleleh melihat ketampanannya.Tapi bagi Olivia yang masih membenci sang asisten itu. Ketampanannya tidak berlaku, apalagi dia memiliki seorang pria yang sangat sempurna disampingnya yaitu Elang Miller suaminya sendiri. Ketampanan Elang Miller bagaikan pahatan yang sempurna yang diciptakan sang kuasa.
"Hallo Nyonya," Alex menjawab sambil menyetir.
"Kamu balik sekarang, jemput aku ke mansion. Aku mau kerumah sakit segera, suamiku sudah sadar, tidak pake lama." Putus Olivia sepihak.
Olivia masih grasak-grusuk karena dirinya sambil masukkanya kakinya ke sepatu tod's miliknya.
"Baik Nyonya."
jawab Alex pasrah, walaupun sambungannya sudah terputus Alex tetap menjawab dengan sopan.
"Cepat sekali Nyonya mandi, apakah Nyonya mandi bebek? sekali celup sudah siap," batin Alex dalam hati. Untung yang di ejeknya itu lagi tidak didalam mobil. Alex sempat mengira nyonya mudanya mandi lama. Sehingga Alex menyempatkan diri ke apartemennya yang memakan waktu lima belas menit mengendarai mobil. Ternyata saat Alex baru saja menyentuh halaman apartemennya, majikanya sudah menghubunginya dan langsung minta di jemput. Dan tidak pake lama lagi.
Alex mengendarai mobilnya dengan kecepatan di atas rata-rata, jika dirinya saat ini bersama tuannya, Alex yakin sudah langsung di pecat dan di turunkan di tegah jalan.
Olivia menyisir rambutnya yang masih basah sambil berjalan. Kepala pelayan mansion itu mengikuti nyonya mudanya dari belakang, dia takut sang nyonya jatuh. Secara nyonyanya berjalan menyisir rambut sambil menuruni tangga.
"Nyonya pelan-pelan," ucap laki-laki itu dengan raut wajah cemas. Kakinya melangkah tertatih-tatih mengikuti langkah sang nyonya yang sangat lincah dan energik.
"Iss..pak Budi ngapain sih ikutin Oliv? Nanti kalo bapak jatuh bagaimana? Aku juga kan yang di salahkan. Pak Budi lanjutkan saja mengawasi para pelayan. Bapak tidak usah mengikuti ku." Omel Olivia Sambil menyemprotkan parfum kesukaanya ke badanya, sehingga mengenai pak Budi yang masih setia di belakang Olivia. Mata pak Budi kepedihan karena terkena air parfum majikanya.
"Kenapa lama sekali asisten jelek ini."
gerutu Olivia saat dirinya sudah berada di teras mansion megah itu.
"Itu Nyonya, tuan Alex sudah datang," ucap pak budi, menunjukkan sebuah mobil sport terbaru yang langsung berhenti didepan mereka.
"Terimakasih pak Budi". Ucap Olivia sambil memasuki mobil.
"Sama-sama Nyonya, hati-hati di jalan Nyonya,
tuan Alex pelan-pelan membawa mobilnya."
Ujar pak Budi sambil tersenyum dan sedikit bernafas lega.
"Kenapa kau lama sekali, kau tidak tau aku bahkan sampai keringatan kembali gara-gara menunggumu," cecar Olivia saat pantatnya baru saja mendarat mulus di kursi mobil.
