Pustaka
Bahasa Indonesia
Bab
Pengaturan

Bab. 1 Kecelakaan

Olivia melangkahkan kakinya di koridor rumah sakit dengan langkah lebar.

Air matanya jatuh bebas mengiringi derap langkahnya. Satu jam yang lalu Olivia

baru menerima kabar dari asisten suaminya bahwa suaminya mengalami kecelakaan tunggal. Dari jarak beberapa meter Olivia melihat Kedua mertuanya dan asisten suaminya sedang menunggu cemas.

"Ibu bagaimana kabar suamiku?"

Tanya Olivia setelah tiba di dekat ibu mertuanya.

"Duduk dulu sayang. Elang masih di tangani dokter." Jawab ibu mertua Olivia yang bernama Wiwik. Wiwik melihat air mata di kedua netra menantunya yang sudah mengalir deras.

Wiwik mencoba menenangkan menantunya yang menangis pilu itu.

"Hanya Doa yang bisa kita panjatkan nak" ucap mertuanya dengan bibir bergetar membuat Olivia semakin binggung.

"Apakah keadaan Elang parah ibu?" tanya Olivia kembali merasakan rasa sesak di hatinya.

"Kata Kevin yang menangani Elang kemungkinan Elang akan mengalami kelumpuhan otak sementara atau permanen. Karena benturan di kepalanya begitu kuat sehingga mengalami perdarahan di dalam otak dalamnya," terang ibu mertuanya

"Deg, " Olivia menggeleng, tubuhnya bergetar hebat, nafasnya seolah berhenti, pikiran buruk hinggap di kepalanya.

"Tidak mungkin ibu, aku yakin suamiku tidak separah itu, aku yakin itu semua hanya omong kosong dokter Kevin saja ibu." teriak Olivia histeris.

"Aku yakin suamiku akan sembuh dan tidak mengalami kelumpuhan". Isaknya semakin pilu.

Suasana di ruang tunggu itu semakin di landa kesedihan saat istri dari seorang Elang Miller meraung menangisi keadaan suaminya.

Elang Miller, laki-laki tampan dan juga dingin, seorang CEO di salah satu perusahaan raksasa di Negara I.

Olivia dan Elang menikah karena di jodohkan.

Awal menikah Olivia dan Elang belum memiliki perasaan satu sama lain.

Enam bulan yang lalu, Elang berbicara empat mata kepada Olivia bahwa dirinya ingin memiliki anak dari Olivia. Elang juga sempat mengatakan bahwa Dia mulai menyukai sosok Olivia yang notabene wanita mandiri dan cekatan. Elang ingin Olivia menjadi ibu dari anak-anaknya.

Olivia senang mendengar pengakuan Elang. Karena Olivia juga diam-diam sudah mulai ada rasa untuk suaminya itu. Pernikahan Mereka kini telah berjalan dua tahun.

Tadi pagi subuh, saat Olivia mengalami keram di perutnya, Olivia terbangun. Olivia mengira dirinya datang bulan. Olivia pergi kekamar mandi, setelah dikamar mandi, Olivia tidak ada menemukan bercak merah. Seperti biasa jika dirinya datang bulan perutnya pasti terasa keram.

Olivia berfikir beberapa saat. Dirinya sudah telat satu minggu lebih. Tiba-tiba perasaan senang hinggap di hatinya. Olivia juga sedikit was-was karena takut dirinya kecewa lagi seperti sebelum-sebelumnya.

Olivia mengambil testpack yang selalu di persiapkan nya.

Setelah menunggu hampir sepuluh menit Olivia terkejut sekaligus merasa senang. Akhirnya yang di tunggunya selama enam bulan terakhir ini telah terkabul. Dengan langkah semangat empat lima Olivia membangunkan suaminya yang baru saja tidur setelah mereka melakukan hubungan suami istri.

"Mas coba lihat ini." Olivia menggoyang-goyangkan badan Elang.

"Apa sayang aku ngantuk, besok saja ya olahraganya," balas Elang saat mengira istrinya membangunkannya karena ingin menemaninya olahraga pagi.

"Aku bukan mau olahraga mas, siapa juga yang mau olahraga jam segini" gerutu Olivia.

"Jadi apa hm?" Elang masih memejamkan matanya.

"Ihh..makanya lihat dong mas, jika mas masih menutup mata otomatis mas tidak tau," ucap Olivia dengan suara manjanya.

Elang membuka ke dua mata tegasnya, dia paling tidak bisa mendengar rengekan manja istrinya itu.

Elang memicingkan matanya saat melihat benda pipih yang berwarna putih, dan menampilkan garis dua berwarna merah di jari lentik istrinya.

"Apa ini sayang?" Tanyanya dengan suara serak sambil mengambil benda putih itu dan mengubah posisi tidurnya menjadi telentang. Elang mengamati benda itu dan semakin mengerutkan keningnya,

pasalnya dia tidak pernah melihat benda seperti itu.

"Apa ini sayang?" tanyanya kembali, netranya menatap istrinya yang saat ini menampilkan senyum manisnya.

"Aku hamil mas."

"Hamil?"

Mata tajam Elang membola.

"Iya mas."

"Kamu serius sayang"?

Elang langsung terduduk. Dia sangat senang mendengar istrinya hamil.

"Kamu serius kan sayang?" Elang kembali mengulang pertanyaan nya. Takut dirinya salah dengar.

"Iya mas..Aku hamil mas."

Olivia bersuara sedikit serak, butiran bening mengalir di pipi mulusnya, rasa haru yang sejak tadi di tahanya kini meluap begitu saja saat melihat wajah suaminya yang begitu bahagia mendengar kehamilannya.

Elang mengusap butiran bening di wajah mulus istrinya, dia langsung menghadiahkan kecupan di seluruh wajah Olivia Dan juga perut Olivia yang masih rata. Elang begitu bahagia sehingga dirinya menciumi perut Olivia sampai puas membuat Olivia kegelian.

Elang begitu terharu saat yang di nantinya enam bulan terakhir ini telah terwujud.

Elang dan Olivia baru melakukan hubungan layaknya suami Istri enam bulan terakhir.

Setiap malam, setiap Elang selesai berhubungan badan dengan istrinya Olivia. Elang selalu berdoa, berharap benih yang di tanamnya akan segera jadi. Elang sudah tidak sabar lagi menanti kehadiran anaknya di rahim istri tercintanya. Sosok wanita yang telah mengisi kekosongan hatinya selama ini.

"Ceklek."

Pintu kamar operasi terbuka.

Membuyarkan lamunan Olivia.

Seorang dokter keluar dari kamar ruang operasi itu.

"Dokter Kevin bagaimana keadaan suamiku? Apakah operasinya berjalan lancar? Apakah suamiku sudah sadar?"

Olivia yang tidak sabar bertanya dengan tergesa-gesa dan menampilkan raut wajah sendunya. Kedua matanya telah bengkak menangisi suaminya yang sedang melawan maut.

Dokter lelaki itu terharu melihat istri dari sahabatnya itu begitu memperdulikan sahabatnya.

"Elang baik-baik saja kakak ipar, saat ini Elang sedang di bawa ke ruang ICU untuk di observasi. Jika Elang sudah sadar dia akan segera di pindahkan ke ruang inap biasa." Jelas dokter muda itu yang bernama Kevin sahabat dekat Elang.

Sedikit banyaknya dia telah mengetahui kehidupan rumah tangga sahabatnya itu yang kini sudah mulai terjalin serius. Sebab sahabatnya itu telah menambatkan hatinya ke pada sosok wanita mungil yang saat ini berdiri di hadapanya.

"Terimakasih dokter Kevin," ucap Olivia sedikit lega.

Olivia memasuki ruang ICU, disana Olivia melihat suaminya yang terbaring kaku.

Mata tajam suaminya masih tertutup rapat. Olivia menghampiri ranjang suaminya.

"Hai mas," lirihnya kembali menangis. " "Bertahan ya mas demi calon buah hati kita, mas juga harus cepat bangun, kan mas sudah berjanji akan menemaniku melihat calon anak kita." Ucap Olivia segugukan sambil menggenggam tangan besar suaminya.

"Kenapa mas harus membawa mobil sendiri, kenapa mas tidak menunggu asisten Alex siap rapat. Sehingga mas tidak mengalami ke jadian seperti ini."

Olivia telah mendengar penjelasan dari asisten suaminya. Alex mengatakan suaminya langsung meninggalkan ruang rapat dan pergi mengendarai mobil sendirian.

Bahkan suaminya itu masih sempat mampir ke toko cake langganan Olivia untuk membeli cake kesukaan Olivia yaitu black forest tiramisu.

Unduh sekarang dan klaim hadiahnya
Scan kode QR dan unduh aplikasi Hinovel